Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Javier Ihsan Adhipratama

Flexing: Kekayaan di Media Sosial Atau Petaka Finansial?

Gaya Hidup | Tuesday, 23 May 2023, 20:54 WIB
Foto Pria Bergaya. (Unsplash/Sane Sodbayar)

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, fenomena gaya hidup "flexing" semakin populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Flexing sendiri merujuk pada gaya hidup yang cenderung menampilkan kekayaan dan kemewahan di media sosial. Tidak jarang, mereka yang berpartisipasi dalam gaya hidup ini akan menunjukkan kemewahan mereka dalam bentuk mobil mewah, tas designer, pakaian branded, atau bahkan perjalanan ke luar negeri.

Bagi sebagian orang, gaya hidup flexing dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi untuk mencapai kesuksesan finansial dan membangun citra diri yang positif. Namun, bagi yang lain, flexing dapat menjadi petaka karena mengakibatkan kesulitan finansial dan merusak citra diri. Mereka yang terjebak dalam spiral utang dan kebutuhan untuk terus menunjukkan kemewahan mereka pada media sosial dapat kehilangan kontrol atas keuangan dan merusak hubungan dengan teman dan keluarga.

Tentunya, fenomena flexing ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan nilai sosial. Sejauh mana kita seharusnya menunjukkan kemewahan kita pada publik dan apakah tindakan ini dapat mempengaruhi pandangan orang lain tentang kita? Apakah kita seharusnya lebih fokus pada nilai-nilai yang lebih penting seperti integritas, kerja keras, dan ketulusan?

Kita juga perlu mengingat bahwa keberhasilan finansial dan kebahagiaan tidak hanya dapat diukur dari apa yang kita miliki atau tunjukkan di media sosial. Keberhasilan sejati datang dari dalam diri kita, dari nilai-nilai positif yang kita anut dan pengalaman hidup yang kita peroleh. Jadi, mungkin saatnya bagi kita untuk merenungkan kembali nilai-nilai apa yang sebenarnya penting dalam hidup kita.

Gaya hidup flexing dapat menjadi motivasi atau petaka, tergantung pada bagaimana kita memandang dan mempraktikannya. Kita harus memilih untuk tidak terjebak dalam tekanan untuk menunjukkan kemewahan kita pada media sosial dan fokus pada nilai-nilai yang lebih penting dalam hidup.

Selain itu, kita juga perlu menyadari bahwa gaya hidup flexing dapat berdampak pada lingkungan sosial kita. Mereka yang terus-menerus menunjukkan kekayaan dan kemewahan mereka di media sosial dapat memunculkan rasa iri dan cemburu di kalangan orang lain. Hal ini dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial dan menimbulkan konflik antara individu atau kelompok.

Lebih lanjut, gaya hidup flexing juga dapat memberikan dampak negatif pada keuangan pribadi. Banyak orang yang tergoda untuk membeli barang-barang mewah yang sebenarnya melebihi kemampuan finansial mereka hanya untuk menunjukkan kesan kemewahan dan kekayaan pada media sosial. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat mengakibatkan utang dan masalah keuangan lainnya.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang cerdas dan bertanggung jawab, kita perlu lebih bijaksana dalam mengambil keputusan finansial dan menentukan nilai-nilai yang penting dalam hidup kita. Kita harus memilih untuk tidak tergoda oleh tekanan sosial untuk menunjukkan kemewahan kita pada media sosial dan memfokuskan diri pada hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image