Mengungkap Hubungan Antara Konsep Diri, Minat, dan Sifat Teliti dalam Motivasi Akademik Siswa
Pendidikan dan Literasi | 2024-12-19 22:55:35Jurnal yang berjudul "(How) do self-concept, interest, and conscientiousness function together in academic motivation? A typological approach developed and replicated in two large-scale samples" yang diterbitkan dalam Learning and Instruction, Volume 90 pada tahun 2024, ditulis oleh Axel Grund, Ineke M. Pit-ten Cate, dan Antoine Fischbach. Penelitian ini mengkaji bagaimana konsep diri, minat, dan sifat teliti bekerja bersama untuk mempengaruhi motivasi akademik siswa. Sebagai seorang reviewer, saya, Faiha Widad Fillah, memberikan ulasan terhadap jurnal ini pada 17 Desember 2024.
Abstrak
Jurnal ini membahas bagaimana konsep diri, minat, dan sifat teliti bekerja bersama dalam mempengaruhi motivasi akademik siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan tipologis untuk mengidentifikasi kombinasi alami dari tiga faktor ini dan mengaitkannya dengan hasil akademik siswa, seperti prestasi belajar dan kecemasan sekolah. Penulis menggunakan Latent Profile Analysis (LPA) untuk menganalisis data yang diperoleh dari dua sampel besar siswa di Luksemburg. Hasil penelitian menunjukkan adanya enam profil motivasi, yang mencakup sinergi dan kompensasi dalam motivasi akademik siswa. Abstrak ini memberikan gambaran jelas tentang tujuan, metode, dan hasil penelitian, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Pengantar
Penulis menekankan pentingnya motivasi akademik sebagai faktor utama dalam menentukan performa siswa di sekolah. Motivasi tidak hanya berfungsi sebagai prasyarat untuk belajar, tetapi juga menjadi hasil dari pengalaman belajar dan konteks pembelajaran, yang dapat menciptakan siklus pembelajaran seumur hidup yang baik maupun buruk (e.g., Denissen, Zarrett, & Eccles, 2007; Eccles & Wigfield, 2002; Marsh & O’Mara, 2008; Ryan & Deci, 2020). Dalam pendidikan abad ke-21, relevansi motivasi semakin jelas karena motivasi yang rendah tidak hanya menjadi fenomena umum, terutama di tingkat pendidikan menengah, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kinerja dan kesejahteraan siswa.
Penulis menjelaskan dua komponen utama motivasi akademik, yaitu ekspektasi dan nilai (Eccles & Wigfield, 2002). Ekspektasi merujuk pada keyakinan siswa tentang kemampuan mereka untuk mencapai tujuan yang bernilai, melakukan tugas-tugas untuk mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan mereka secara umum (Bandura, 1997; Eccles & Wigfield, 2002; Heckhausen, 1977). Sementara itu, nilai merujuk pada alasan dan insentif yang dikaitkan dengan pembelajaran (Eccles & Wigfield, 2020; Ryan & Deci, 2020). Harapan dan nilai ini memiliki hubungan timbal balik, di mana ekspektasi tinggi dapat meningkatkan nilai yang dirasakan siswa terhadap suatu tugas, dan sebaliknya (Denissen et al., 2007; Eccles & Wigfield, 1995; Feather, 1982; Wigfield et al., 1997).
Selain itu, penulis memperkenalkan conscientiousness atau sifat teliti sebagai faktor tambahan yang berkaitan positif dengan prestasi akademik. Sifat ini dapat berfungsi sebagai mekanisme kompensasi ketika ekspektasi atau minat siswa rendah, meskipun sering kali diiringi oleh kecemasan sekolah yang lebih tinggi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kombinasi alami antara konsep diri akademik, minat sekolah, dan sifat teliti, serta menganalisis bagaimana kombinasi ini memengaruhi penyesuaian akademik siswa, termasuk performa belajar dan kesejahteraan emosional mereka.
Pembahasan
Penelitian ini melibatkan lebih dari 12.000 siswa dari dua gelombang data yang dikumpulkan pada tahun 2018 dan 2019 melalui program ÉpStan di Luksemburg. Sampel ini mewakili berbagai jalur pendidikan (tinggi, menengah, dan rendah). Setiap siswa diukur berdasarkan tiga faktor motivasi: konsep diri akademik, minat sekolah, dan sifat teliti. Hasil analisis dengan LPA menunjukkan enam profil motivasi: Highly Motivated, Conscientiously Motivated, Unconfident, Self-Confident, Lowly Motivated, dan Amotivated. Profil Highly Motivated menunjukkan hasil akademik terbaik, sementara Amotivated menunjukkan hasil terendah. Profil Self-Confident memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan Unconfident, meskipun keduanya memiliki tingkat motivasi yang mirip namun dengan pola yang berbeda. Siswa dengan Conscientiously Motivated menunjukkan performa baik meskipun memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Penulis menjelaskan bahwa sifat teliti dapat berfungsi sebagai kompensasi, sementara konsep diri akademik yang rendah dapat menyebabkan interferensi motivasi, seperti yang terlihat pada profil Unconfident. Penulis menghubungkan temuan ini dengan teori self-concept dan CONIC model, yang mengusulkan bahwa sifat teliti bisa menggantikan kekurangan minat dan ekspektasi. Penelitian ini memberikan wawasan baru dalam merancang intervensi pendidikan yang lebih sesuai untuk mendukung motivasi dan penyesuaian akademis siswa.
Kesimpulan
Penelitian ini mengidentifikasi enam profil motivasi yang memiliki dampak signifikan terhadap prestasi akademik, kecemasan sekolah, dan kepuasan sekolah. Profil Highly Motivated menunjukkan penyesuaian akademik terbaik, sementara Amotivated memiliki hasil terendah. Sifat teliti (Conscientiousness) ditemukan dapat menggantikan minat yang rendah, namun seringkali disertai dengan kecemasan yang lebih tinggi. Penulis menekankan pentingnya memahami profil motivasi yang kompleks dalam merancang intervensi pendidikan yang lebih tepat guna dalam mendukung penyesuaian akademik siswa.
Kekuatan Penelitian
- Metode yang Tepat: Latent Profile Analysis (LPA) efektif untuk mengidentifikasi kombinasi motivasi siswa secara komprehensif.
- Sampel Besar: Penelitian ini melibatkan lebih dari 12.000 siswa, membuat hasilnya sangat representatif.
- Bahasa yang Mudah Dipahami: Penulis menyajikan penelitian dengan bahasa yang jelas dan analisis yang terstruktur, memudahkan pembaca untuk memahami.
- Implikasi Praktis: Temuan penelitian memberikan wawasan yang berguna bagi guru dan praktisi pendidikan untuk meningkatkan motivasi dan kesejahteraan akademik siswa.
Kelemahan Penelitian
- Variabel Terbatas: Penelitian hanya fokus pada tiga faktor motivasi utama tanpa mempertimbangkan faktor eksternal lain seperti dukungan sosial atau lingkungan belajar.
- Desain Cross-Sectional: Penelitian ini hanya dilakukan pada satu waktu, sehingga tidak dapat melihat perubahan motivasi siswa seiring waktu.
- Keterbatasan Konteks: Hasil penelitian mungkin tidak sepenuhnya berlaku di negara lain karena hanya dilakukan di Luksemburg.
- Pengukuran Self-Report: Penggunaan kuesioner self-report dapat mempengaruhi keakuratan data karena bisa terjadi bias dalam jawaban siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Grund, A., Pit-ten Cate, I. M., & Fischbach, A. (2024). (How) do self-concept, interest, and conscientiousness function together in academic motivation? A typological approach developed and replicated in two large-scale samples. Learning and Instruction, 90, 101509.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.