
Pesan untuk Kepala Sekolah: Liburan Usai, Akhlak Jangan Surut
Eduaksi | 2025-04-06 19:50:59
Sebentar lagi libur Idulfitri akan usai. Anak-anak akan kembali ke sekolah, kembali ke ritme belajar, kembali ke dunia yang penuh dinamika sosial.
Sebagai orang tua yang juga aktif mendampingi sekolah dan memerhatikan karakter anak-anak, saya melihat momen ini sebagai waktu yang tepat untuk menguatkan kembali komitmen bersama: bahwa pendidikan akhlak tidak boleh berhenti hanya karena liburan telah selesai.
Tulisan ini saya tujukan untuk para kepala sekolah dan pemimpin lembaga pendidikan. Mereka adalah nahkoda yang menentukan arah, suasana, dan arah gerak pembinaan karakter di sekolah. Di saat siswa kembali dari rumah ke sekolah, para kepala sekolah punya peran penting dalam menjaga kesinambungan nilai-nilai akhlak yang sudah dirawat selama liburan.
Pertama, Lebaran adalah ruang pembelajaran nilai. Anak-anak mengalami langsung bagaimana memberi maaf, meminta maaf, berbagi makanan, mengunjungi sanak saudara, dan menyapa orang lain dengan penuh senyum. Itu semua adalah pelajaran akhlak yang alami dan menyentuh. Jangan sampai ketika mereka kembali ke sekolah, atmosfer itu hilang begitu saja. Akan sangat baik bila sekolah membuka kembali kegiatan dengan suasana penyambutan yang sarat makna: menyambung silaturahmi, berbagi cerita, dan saling mendoakan.
Kedua, rutinitas sekolah adalah ruang pembiasaan karakter. Liburan sering mengubah pola tidur dan aktivitas anak. Di sinilah sinergi antara orang tua dan sekolah menjadi penting. Orang tua bisa membantu anak menyiapkan diri kembali, tapi sekolah juga perlu hadir sebagai tempat yang ramah, menyemangati, dan menyapa mereka dengan ketulusan. Kepala sekolah dapat mendorong para guru untuk menjadi wajah yang bersahabat di hari-hari pertama, agar transisi dari rumah ke sekolah berlangsung hangat dan menyenangkan.
Ketiga, pendidikan akhlak adalah kerja kolaboratif. Akhlak anak tidak hanya dibentuk oleh ceramah atau hafalan dalil, tapi tumbuh dari keseharian dan teladan. Maka, perlu ada komunikasi aktif antara sekolah dan rumah. Sebuah pesan singkat namun bermakna dari kepala sekolah kepada orang tua bisa menjadi jembatan: ajakan agar nilai-nilai baik yang ditanam selama Lebaran tetap dirawat bersama di rumah dan sekolah.
Keempat, awal baru adalah kesempatan membenahi niat dan cara. Pekan-pekan awal sekolah pasca-liburan bisa digunakan untuk evaluasi pendekatan karakter di sekolah. Apakah pembinaan akhlak selama ini menyentuh keseharian siswa? Apakah ada ruang lebih luas bagi siswa untuk tumbuh sebagai pribadi beradab? Kepala sekolah bisa mengajak guru untuk merancang kembali langkah kecil namun berdampak dalam membangun budaya sekolah yang menumbuhkan akhlak mulia.
Sebagai orang tua, saya menyaksikan sendiri bahwa akhlak anak tidak cukup hanya disampaikan, tetapi perlu ditumbuhkan bersama. Ketika sekolah dan rumah sejalan, akhlak tidak hanya diajarkan, tapi hidup dan menyatu dalam diri anak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook