Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Thi Umay

Bidaah Series: Urgensi Jalan Keimanan

Agama | 2025-04-12 23:59:38

Series Malaysia tengah menjadi perbincangan masyarakat Indonesia karena dirasa relate dengan kondisi umat Islam di negeri ini. Masyarakat menilai bahwa tidak sedikit aliran keagamaan di Indonesia menjadi sarang terjadinya penyimpangan agama itu sendiri. Hal ini mengakibatkan menambah fobia masyarakat terkait Islam itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka hakikatnya dapat ditelaah secara seksama beberapa titik kritis dari series “Bidaah” terkait Islam itu sendiri. Khususnya bagaimana kaum Muslimin hendaknya memulai proses belajar Islam sehingga tidak terjerumus kepada kesesatan.

Pada hakikatnya, manusia memiliki akal yang dikaruniakan oleh Allah sebagai timbangan yang mampu menentukan benar dan salah. Akal ini juga dibersamai dengan adanya fitrah atau hati nurani manusia yang codong pada kebeneran. Setiap manusia memiliki dua alat ini untuk memverifikasi kebenaran sebuah ide. Jika ide tersebut memuaskan akal dan juga sesuai dngan fitrah sehingga mampu menentramkan hati, maka ide tersebut dapat tervalidasi kebenarannya.

Syekh Taqiyuddin An Nabani dalam kitab Nidzamul Islam bab 1 menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk memvalidasi secara mandiri terkait kebenaran keimanannya. Artinya, ia harus memvalidasi menggunakan akal dan juga fitrah dalam dirinya terkait dengan keimanan itu sendiri. Setiap manusia dapat menggunakan akalnya untuk mengamati sekelilingnya sehingga mampu menemukan bahwa segala sesuatu memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini mengharuskannya bersandar pada hal yang tidak memiliki keterbatasan, yaitu Tuhan. Inilah disebut dengan fitrah manusia.

Apabila seseorang telah menemukan keimanannya dengan penuh kesadaran maka ia hanya akan tunduk pada aturan Tuhannya bukan aturan manusia. Ia akan senantiasa mencari tau apakah sebuah hukum tervalidasi dari Tuhannya ataukan hanya sebuah tipu daya oknum yang mengatas namakan agama. Sedangkan, jika keimanan hanya berlandaskan fitrah semata tanpa adanya proses berpikir maka potensi untuk melakukan hal hal bid’ah semakin besar. Sebab, karakter perasaan adalah menambah nambahkan sesuatu sesuai praduka dan mood belaka. Hal ini memberikan potensi manusia untuk melakukan aktivitas penyembahan kepada Tuhannya sesuai dengan perasaannya serta senantiasa mengikuti arahan agamawan tanpa tau hukum aslinya dalam Islam seperti apa. Hal inilah yang digambarkan dalam series “Bidaah” dimana keimana dibangun berdasarkan perasaan, sehingga seluruh amalnya disandarkan pada perasaan bukan kepada syariat Islam.

Proses menemukan keimanan dengan pemikiran ini hakikatnya dapat dilakukan oleh institusi negara melalui sistem pendidikan apabila tujuan dari pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Hal ini hakikatnya dapat ditemui ketika Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah hadir di tengah kehidupan masyarakat. Sedangkan dalam pendidikan sekuler hari ini proses menemukan keimanan menjadi problem individu yang harus diselesaikan oleh tiap individu tanpa bantuan negara. Negara justru memberikan fasilitas kebebasan dalam memiliki keyakinan tanpa batasan apapun sehingga menumbuh subuhkan aliran kesesaatan. Wallahualam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image