Akuakultur: Jalan Sunyi Menuju Ketahanan Pangan Global
Info Terkini | 2024-12-20 16:10:00Dalam hiruk-pikuk perbincangan tentang solusi ketahanan pangan global, akuakultur sering kali menjadi sosok yang terlupakan. Padahal, sektor ini memegang kunci penting untuk menjawab tantangan kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi. Namun ironisnya, akuakultur masih menjadi jalan sunyi, baik di dunia pendidikan maupun dalam kesadaran masyarakat umum.
Akuakultur, atau budidaya organisme air seperti ikan, udang, dan rumput laut, memiliki potensi besar dalam menyediakan protein hewani yang berkelanjutan. Data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menunjukkan bahwa sektor ini telah menyumbang lebih dari 50% produksi ikan global, dan angkanya terus meningkat. Namun, di Indonesia, yang memiliki potensi akuakultur luar biasa sebagai negara kepulauan, minat terhadap bidang ini masih tergolong rendah.
Salah satu indikatornya adalah minimnya peminat jurusan akuakultur di perguruan tinggi. Di banyak universitas, jurusan ini sering berada di urutan buncit dalam hal jumlah pendaftar. Kebanyakan siswa lebih memilih bidang studi yang terdengar lebih populer seperti kedokteran, teknik, atau ekonomi. Padahal, jurusan akuakultur menawarkan prospek karier yang menjanjikan, mulai dari peluang menjadi pengusaha budidaya hingga ahli konservasi sumber daya laut.
Ketidaktahuan masyarakat tentang apa itu akuakultur menjadi salah satu penyebab utama rendahnya minat terhadap bidang ini. Banyak yang mengira akuakultur hanya sebatas "memelihara ikan di kolam" tanpa memahami kompleksitas dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan ekonomi. Akuakultur melibatkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari bioteknologi, manajemen lingkungan, hingga ekonomi. Di balik praktik budidaya sederhana, terdapat inovasi seperti sistem akuaponik, teknologi bioflok, dan rekayasa genetik untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Padahal, akuakultur menawarkan solusi nyata untuk tantangan besar seperti kelangkaan lahan pertanian dan penurunan stok ikan di laut akibat overfishing. Budidaya ikan dan rumput laut dapat dilakukan di lahan sempit dan bahkan di area perairan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan. Selain itu, rumput laut sebagai bagian dari akuakultur memiliki peran ekologis penting karena mampu menyerap karbon dan membantu mitigasi perubahan iklim.
Namun, untuk mendorong perkembangan akuakultur, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak. Pemerintah, misalnya, dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk riset dan pengembangan akuakultur. Edukasi tentang pentingnya sektor ini juga perlu diperkuat, baik melalui kampanye publik maupun integrasi dalam kurikulum pendidikan. Di sisi lain, sektor swasta bisa berkontribusi dengan investasi di teknologi akuakultur modern.
Di tingkat individu, generasi muda perlu diberi pemahaman bahwa memilih karier di bidang akuakultur bukanlah pilihan yang "ketinggalan zaman." Sebaliknya, ini adalah langkah strategis untuk ikut serta dalam upaya menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan, peluang di sektor ini diprediksi akan terus tumbuh.
Akuakultur mungkin masih menjadi jalan sunyi, tetapi ini adalah jalan yang membawa harapan besar bagi masa depan ketahanan pangan global. Saatnya kita menaruh perhatian lebih pada bidang ini dan memberikan dukungan yang layak. Dengan memaksimalkan potensi akuakultur, kita tidak hanya memastikan keberlanjutan pangan bagi generasi mendatang, tetapi juga menjaga kelestarian ekosistem bumi yang kita cintai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.