Yuk Ketahui Perilaku Konsumtif pada Penggemar K-Pop!
Gaya Hidup | 2023-05-21 11:18:25Korean Wave
Fenomena Korean wave merupakan budaya dari Korea Selatan yang sekarang sedang banyak digandrungi oleh para remaja hingga orang dewasa di seluruh dunia. Salah satu produk Korean Wave yang sangat populer dalam beberapa tahun kebelakang ini adalah K-Pop. K-Pop bisa dibilang sangat sukses karena dapat menggaet banyak sekali penggemar dari berbagai kalangan.
Korean Pop (K-Pop)
K-Pop bukan hanya genre musik namun juga menyajikan banyak sekali hal-hal yang menarik salah satunya adalah berbagai merchandise yang dikemas dengan tema yang beragam dan menarik. Agensi menjual berbagai macam merchandise seperti album, photocard, postcard, baju, tiket konser, lightstick, dan berbagai pernak-pernik yang bertemakan idola mereka yang dijual dengan harga yang relatif tidak murah.
Sebagai penggemar tentu saja para K-Popers ingin memiliki dan mengoleksi barang-barang tersebut, namun memiliki atau mengoleksi merchandise yang banyak menyebabkan frekuensi pembelian yang berulang dan menimbulkan perilaku konsumtif.
Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif sendiri merupakan kegiatan mengkonsumsi dan melakukan pemborosan secara berlebihan terhadap barang atau jasa yang tidak terlalu dibutuhkan (Aprilia & Hartoyo, 2013). Menurut para penggemar K-Pop, membeli merchandise merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap idola mereka, selain itu mereka juga merasa mendapat kesenangan dan kepuasan ketika membeli dan memiliki barang-barang tersebut.
Sebenarnya hal ini sah-sah saja untuk dilakukan jika masih dalam batas wajar, namun saya seringkali melihat di media sosial penggemar K-Pop menghabiskan jutaan bahkan puluhan hingga ratusan juta hanya untuk membeli atau melengkapi koleksi merchandise mereka.
Adanya kegiatan fansign atau kegiatan mengobrol dengan idola secara langsung membuat penggemar K-Pop semakin konsumtif karena kegiatan tersebut membuat para penggemar berlomba-lomba membeli album sebanyak-banyaknya agar bisa menang. Selain fenomena fansign, koleksi photocard juga sempat sangat ramai di kalangan penggemar, terutama di platform twitter.
Photocard sendiri merupakan gambar swafoto idola yang dicetak dalam bentuk kartu yang menjadi salah satu benefit yang diberikan saat kita membeli album dan didapatkan secara random. Fenomena ini tentunya dimanfaatkan oleh agensi untuk memproduksi dan menjual photocard secara terpisah atau bahkan menjual merchandise yang terdapat benefit photocard karena para penggemar rela membeli merchandise tersebut hanya untuk mendapatkan photocard-nya saja.
Walaupun semua keinginan tersebut dapat memicu penggemar agar bekerja lebih keras, perilaku konsumtif lebih banyak memunculkan dampak negatif bagi individu seperti:
- Kekacauan dalam pengaturan pengeluaran dan pemasukan
- Munculnya sifat tidak pernah puas
- Boros
- Hanya mencari kesenangan
- Munculnya pembelian impulsif
Nah untuk menghindari atau mungkin berhenti dari perilaku konsumtif, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:
- Membatasi pengeluaran
- Berlatih untuk mengontrol diri
- Pikirkan kembali manfaat dan kegunaan barang tersebut
- Membuat pencatatan pemasukan dan pengeluaran
- Buatlah prioritas daftar kebutuhan
- Pikirkan masa depan
Nah dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku negatif yang tentunya dapat memberi dampak buruk bagi kita. Semoga dengan adanya artikel ini dapat membantu teman-teman untuk menghindari bahkan berhenti dari perilaku konsumtifnya.
Sumber: Tanliana, D., Savitri, L., & Utami, S. (n.d.). Perilaku Konsumtif Penggemar Korean Wave di Twitter (Studi Tentang Fenomena Koleksi Photocard K-Pop).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.