Pohon Petir: Ketika Alam Meninggalkan Jejak Luka yang Memukau
Eduaksi | 2025-11-15 17:13:30Pernah nggak sih kamu melewati sebatang pohon tua dengan luka panjang seperti bekas sayatan raksasa dari atas sampai bawah? Itu dia yang namanya pohon petir saksi bisu dari amukan langit yang sanggup mengubah nasib sebuah makhluk hidup dalam sekejap. Lebih dari sekadar pohon rusak, ini adalah bukti nyata bagaimana alam punya cara dramatis untuk mengingatkan kita akan kekuatannya.
Saat Petir Memilih Korbannya
Bayangin aja, sambaran petir itu bawa energi jutaan volt yang melesat ke tubuh pohon dalam hitungan mikrodetik. Menurut Guru Besar Institut Teknologi Bandung (Zoro, 2002), "petir terbentuk dari awan Cumulonimbus. Di dalam awan tersebut, terdapat partikel bermuatan positif (+) dan negatif (-). Partikel yang positif tersebut berkumpul di atas, dan negatif berkumpul di bawah. Kemudian saling bergesekan, sehingga jika energinya cukup maka akan dilepaskan dalam bentuk petir."
Tapi kenapa kok ada pohon yang sering kesambar, ada yang aman-aman aja? Ternyata ada faktor-faktornya. Pohon yang menjulang sendirian di tempat terbuka jelas jadi target empuk. Ditambah lagi kalau pohonnya punya kandungan air melimpah atau akarnya nyambung ke sumber air tanah praktis jadi jalur tercepat buat aliran listrik dari langit. Makanya pohon-pohon besar seperti beringin, trembesi, atau kelapa sawit yang berdiri gagah di tengah lapangan sering banget ketemu nasib ini.
Hidup Setelah Disambar: Bukan Sekedar Mitos
Nah, ini yang bikin kagum. Ternyata banyak pohon yang kesambar petir nggak langsung mati. Mereka bertahan hidup dengan segala kekurangan yang ada. Luka di batang perlahan ditutup oleh lapisan kulit baru, cabang-cabang yang tersisa tetap bertunas, bahkan buah pun masih muncul kalau musimnya tiba.
Keberlangsungan hidup pohon ini tergantung dari titik kena sambarannya. Kalau cuma mengenai bagian luar sementara lapisan kambium si penghasil sel-sel baru masih utuh, peluang hidupnya masih besar. Tapi kalau petir nembus sampai ke inti batang atau bikin akar gosong, ya sudah, tinggal menghitung hari sampai pohon itu roboh.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Pertama soal daya tahan. Pohon-pohon ini ngajarin kita bahwa rusak berat bukan berarti tamat. Ada mekanisme perbaikan alami yang bekerja pelan tapi pasti. Selama sistem intinya masih berfungsi, kehidupan bisa berlanjut meskipun dengan bekas luka yang permanen.
Kedua, pengingat akan besarnya kekuatan alam. Sambaran kilat dalam sepersekian detik itu bisa bawa daya setara konsumsi listrik rumah selama berbulan-bulan. Kita yang merasa canggih dengan teknologi modern, tetap aja rapuh di hadapan ledakan energi spontan dari atmosfer. Ini bikin kita paham posisi kita sebenarnya: kecil, dan harus hormat pada alam.
Ketiga, warisan pengetahuan turun-temurun ternyata bukan omong kosong. Orang-orang tua dulu selalu bilang jangan berlindung di bawah pohon tinggi pas hujan badai. Mereka nggak punya penjelasan ilmiah mungkin, tapi pengalaman dan pengamatan mereka akurat. Sayangnya sampai sekarang masih aja ada kasus orang meninggal karena tersambar petir pas berlindung di bawah pohon besar.
Dilemanya: Biarkan Berdiri atau Tebang Saja?
Di kota-kota, pohon petir sering jadi sumber perdebatan sengit. Kalangan pegiat lingkungan bilang: ini pohon masih hidup, masih produksi oksigen, masih jadi habitat burung dan serangga. Tebang kenapa? Sementara pihak keamanan mikir: pohon ini struktur internalnya udah lemah, kapan aja bisa tumbang dan timpa orang atau kendaraan. Bahaya!
Penelitian dari Universitas Diponegoro (Wahyuadji et al., 2024) tentang desain sistem proteksi eksternal gedung terhadap surja petir menegaskan bahwa "Indonesia, berada diantara garis ekuator, merupakan negara kepulauan yang 70% wilayahnya dikelilingi lautan. Penguapan air laut yang tinggi dan beberapa kondisi lainnya dapat menyebabkan terbentuknya awan hujan," yang berpotensi meningkatkan risiko sambaran petir.
Jalan tengahnya sebetulnya ada: panggil ahli pohon profesional buat evaluasi mendetail. Kalau pohonnya masih kokoh dan lokasinya nggak strategis, pasang aja penangkal petir tambahan dan biarkan dia hidup. Tapi kalau udah rapuh dan berada di area ramai, ya mau nggak mau harus ditebang dengan syarat ditanam pohon pengganti yang banyak di tempat lain.
Ketika Luka Justru Menciptakan Keindahan
Ada ironi menarik di sini. Bekas sambaran petir yang meninggalkan alur-alur dalam di kulit kayu justru bikin pohon itu punya karakteristik visual yang kuat. Fotografer landscape dan seniman sering berburu pohon-pohon kayak gini karena bentuknya yang unik dan penuh cerita.
Lebih dari itu, celah-celah hasil sambaran petir malah jadi rumah baru buat makhluk lain. Serangga bikin sarang di sana, burung tidur di lubang-lubangnya, pakis dan anggrek tumbuh di sela-sela kulit yang terkelupas. Dari kehancuran, muncul kehidupan baru. Filosofis banget kalau dipikir-pikir.
DATA PUSTAKA
Zoro, R., 2002. Penelitian Intensitas Petir Depok. Institut Teknologi Bandung. URL https://itb.ac.id/berita/mengenal-petir-dan-manfaatnya-bagi-kehidupan-di-bumi/57093
Wahyuadji, M.A., Sukmadi, T., Sumardi, 2024. Desain Sistem Proteksi Eksternal Gedung Terhadap Surja Petir di Museum Negeri Lampung. Transmisi: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro 26, 95–104. https://doi.org/10.14710/transmisi.26.2.95-104
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
