Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aliifah Thohiroh

Kuliah Sambil Kerja, Worth It kah?

Gaya Hidup | 2023-05-19 21:51:06

“Dicari pekerja: maksimal umur 25 tahun, pengalaman kerja minimal 30 tahun.” Meme tentang kejamnya persaingan antar calon pekerja itu sudah tidak asing lagi di telinga kawula muda umur 20an. Pasalnya, perusahaan kecil yang mendominasi lapangan pekerjaan di Indonesia seringkali memberikan persyaratan yang “melangit” dan tidak mungkin dipenuhi oleh mahasiswa yang fokus tekun belajar thok selama masa perkuliahan.

Tidak hanya tentang masa depan, dunia sosial yang sekarang kita diami ini idealismenya sudah menjulang tinggi jika dibandingkan dengan masa bapak-bapak kita. Banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk mencapai sesuatu lebih awal dan berusaha melampaui pencapaian teman sebayanya. Momok “Sukses sebelum umur 30” atau “Mapan sebelum menikah” atau “Miliarder muda” membuat anak-anak muda masa kini seakan sedang kejar-kejaran dengan waktu, semua internship dicomot, webinar apapun yang gratis kerap dihadiri, sampai di tahap ekstremnya yaitu melamar kerja atau buat side hustle sendiri.

Semua yang barusan penulis sampaikan adalah alasan kenapa para mahasiswa sekarang ingin –seminimal-minimalnya pernah terbesit, untuk bekerja sambil kuliah. Kebimbangan pasti merasuk ke tulang karena mitos-mitos mahasiswa tidak kelar kuliah karena kerja sudah memenuhi kepala. Beda lagi dengan mahasiswa berkocek tipis yang memang wajibun kudubun bekerja sambil kuliah, yang opsi lainnya cuma berhenti kuliah karena tidak bisa bayar uang UKT, mereka tidak bisa bimbang. Cuma bisa pasrah.

Sebagai mahasiswa yang punya dua kerjaan part-time dari awal kuliah, penulis akan spill suka-dukanya jadi mahasiswa yang kuliah sambil kerja untuk membantu galauers yang sedang bingung apakah akan mulai apply pekerjaan atau tidak.

1. Kamu bakal jadi mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah Pulang Kuliah Pulang)

Kemungkinan besar kamu bakal pulang langsung setelah bel bunyi, tentu saja kalau tidak ada kerja kelompok. Entah karena capek, karena shift kamu bakal segera mulai, atau karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan di kos-an. Hal-hal itu membuat kamu lebih sulit untuk hang-out sama teman-teman setelah kuliah atau di akhir pekan, sehingga lambat laun teman-teman kamu bakal mulai menaruh ekspektasi rendah saat mengajak kamu ngobrol atau jalan-jalan. Selain kamu merasa ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan, kamu juga harus menjaga stamina kamu supaya tidak nge-drop. So, once you sign up for a job, say bye to college’s social life.

2. Harus siap-siap dikasih bombastic side eye sama dosen ketika terlambat mengumpulkan tugas.

Di masa awal kamu bekerja, mungkin kamu masih bisa mempertahankan kedisiplinan dan membagi rata waktu kamu untuk kuliah dan bekerja. Namun, naik-turun pasti ada di setiap kehidupan manusia. Kadang kamu merasa semangat dan berapi-api, kadang juga motivasi kamu terasa seperti ketinggalan di dalam angkot saat pulang kerja beberapa hari yang lalu. Nyatanya memang mengerjakan tugas kuliah di bawah tekanan pekerjaan itu sama sekali tidak mudah. Satu-satunya cara untuk mempertahankan mental kamu yang selembut pantat bayi itu adalah berusaha terima dan mempertebal wajah a.k.a bodoamat ketika tugas kamu enggak sempurna, terlambat mengumpulkan tugas, atau bahkan tidak mengumpulkan tugas. Kamu perlu pintar-pintar menghitung dari mana sumber persentase terbesar nilai IP kamu dan maksimalkan di sana.

3. Hadapi toleransi 0 untuk burn out.

Kamu super duper beruntung kalau bisa menemukan atasan yang mengerti bagaimana hectic-nya kehidupan bekerja sambil kuliah, tetapi jaga-jaga saja jika kamu menemukan atasan yang sebaliknya. Perusahaan akan berorientasi dengan kinerja kamu sebagai pekerja dan mengukur keuntungan yang mereka dapat ketika mempekerjakan kamu di perusahaan, mereka bukan orang tua kamu yang akan mengurangi pekerjaan ketika kamu lelah. Jadi, jangan harap kamu bisa tambah hari cuti ketika tugas kuliah kamu lagi mengalir deras bagaikan kasih sayang ibu. Jalan keluarnya adalah bangun komunikasi yang baik dengan atasan, cari pekerjaan yang friendly untuk mahasiswa, atau jaga benar-benar kedisiplinan serta kesehatan fisik dan mentalmu agar tidak keteteran dan burn out.

Nah, itu adalah sedikit cuplikan dari kehidupan kuliah sambil bekerja. Tujuannya sama sekali bukan untuk menakut-nakuti, tetapi hanya sebagai referensi untuk mempertimbangkan apakah resiko yang akan kamu terima setara dengan nilai-nilai dan mimpi yang kamu perjuangkan.

High risk, high return. Semua yang sulit pasti banyak manfaatnya, tetapi jangan lupa pilih manfaat yang akan benar-benar berguna untuk kehidupan kamu. Beberapa keuntungan yang riil penulis rasakan dari bekerja sambil kuliah adalah: mendapat banyak previlage dalam dunia kerja karena sudah memiliki portofolio karya serta pengalaman kerja, terus meluasnya relasi dan circle pertemanan, merasa lebih familiar dengan kehidupan pasca kuliah karena banyak interaksi dengan orang yang lebih tua, dan tentunya mendapat uang yang bisa dihabiskan untuk keperluan atau investasi.

Worth atau tidaknya bekerja sambil kuliah kembali lagi ke tujuan yang ingin kamu capai dalam jangka panjang. Jika bekerja sambil kuliah memberikan kontribusi positif yang besar dalam impian kamu, lakukanlah. Namun, jika masih ada alternatif yang lebih baik selain bekerja, mungkin kamu perlu mempertimbangkan alternatif itu alih-alih banting tulang bekerja sambil kuliah. Jadi, pikirkan dahulu keputusanmu matang-matang sebelum melamar kerja, ya!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image