Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andi Putri

Generasi Emas Menuju Indonesia 2045, Mampukah?

Eduaksi | 2023-05-14 03:52:14
Sumber : google

Persiapan menuju Indonesia Emas 2045 disambut salah satunya dengan adanya Webinar bersama BKKBN Kaltim dengan tema, "Generasi bebas stunting menuju Indonesia Emas 2045" yang diadakan tanggal 11 April lalu.

Tahun 2045 menjadi tahun yang dinantikan sebab Indonesia berada pada usia emasnya yaitu 100 tahun. Hal ini yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.

Belum lagi tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan jumlah penduduk 70% didominasi oleh usia produktif (15-69 tahun).

Sehingga menjadi perhatian penting demi terwujudnya salah satu dari empat pilar pendukung Indonesia Emas 2045 yaitu pembangunan SDM.

Indonesia juga diprediksi akan menduduki peringkat ke-5 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Hal tersebut diukur diukur dari adanya peluang Bonus Demografi yang akan didapat Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan lifeskill untuk mencapai generasi emas 2045. Kelima life skill ini yaitu critical thinking, creativity and innovation, communication skill, collaboration, dan conficence.

Lima keterampilan tersebut harus dapat dikuasai agar generasi muda mampu bersikap dan bertindak dalam menghadapi tantangan dan permasalahan baru.

Antara Mimpi dan Realitas Tak Sejalan

Agar Indonesia bisa menjadi bagian dari Negara Maju dengan harapan mampu menjadi bagian satu dari 5 kekuatan ekonomi dunia, haruslah ditopang dengan SDM unggul dan menguasai IPTEK (generasi emas). Hanya saja haruslah mimpi sejalan dengan kondisi yang ada.

5 lifeskill yang digadang-gadang harus dimiliki generasi emas sudah termaktub dalam pembahasan Kurikulum merdeka. Tentunya dengan mekanisme merdeka belajarnya bisa diharapkan lifeskill tersebut bisa diraih.

Kurikulum Merdeka dapat menjadi jembatan untuk terwujudnya Generasi Emas Tahun 2045 dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum Merdeka adalah konsep kurikulum yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk mandiri, kreatif, dan inovatif.

Kurikulum ini menekankan pada pengembangan soft skill seperti keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi, serta keterampilan digital. Tapi, benarkah demikian?

Hanya saja, pola yang diinginkan dalam kurikulum merdeka salah satunya sesuai dengan request kebutuhan tenaga kerja semata. tagline “merdeka belajar” serta adanya konsentrasi pada pendidikan vokasional, hanyalah bertujuan mencetak pekerja. Ditambah lagi dengan pendidikan yang kurikulumnya lebih memfokuskan pada soft skill dan hard skill, namun tidak dengan penanaman moral juga penguatan pada identitas ideologinya. Maka output yang dihasilkan hanya mengikuti sebagaimana serapan dalam dunia kerja, yang tak jauh-jauh peruntukkannya untuk mengisi perusahaan-perusahan milik para kapitalis.

Generasi muda akan dijadikan mesin pembersih masalah yang dihasilkan oleh kapitalisme global. Termasuk menghadirkan 5 lifeskill tersebutpun hanya untuk menciptakan SDM yang siap kerja. Bukan menjadikan generasi emas yang sesungguhnya.

Tak hanya itu Gen Y dan Z yang menjadi kontributor dalam generasi emas 2045 harus menghadapi situasi dunia di masa mendatang yang diwarnai dengan persaingan politik dan ekonomi internasional yang makin berat dan lebih ketat. Khususnya dalam upaya negara-negara besar membangun pengaruh politik serta berebut sumber daya dan pasar dunia yang kian terbatas.

Indonesia sendiri, hari ini masih menghadapi pekerjaan rumah (PR) besar terkait kualitas generasi. Beberapa pihak bahkan melihat bahwa kebijakan pemerintah menyangkut generasi masih jauh dari menyelesaikan masalah.

Penerapan aturan hidup yang serba sekuler, liberal, dan kapitalistik oleh negara, serta lepas tangannya negara dari pengaturan berbagai urusan umat, membuat era digitalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang terjadi hari ini hanya membentuk generasi yang serba tahu dan serba pintar, tapi rapuh akibat tak memiliki ketahanan ideologi.

Sehingga hasilnya generasi emas jauh dari yang diciptakan, krisis moral disertai kriminalitas menghiasi kehidupan pemuda.

*Islam Mampu Mencetak Generasi Emas*

Fatamorgana Generasi Emas dalam lingkungan kapitalisme, hanya akan menyisakan banyak PR yang harus diselesaikan. Namun berbeda dengan Islam, hadirnya sebagai ideologi yang memiliki seperangkat aturan komplit untuk menyelesaikan permasalahn umat termasuk masalah menyiapkan generasi pengisi peradaban kedepannya.

output pendidikan Islam tak hanya melahirkan generasi beriman dan bertakwa, serta paham bagaimana menyikapi dan memberi solusi problem kehidupan mereka dengan skill yang memadai dan sesuai aturan syariat, tapi juga memiliki visi keumatan berbasis ideologi yang didukung sistem hidup yang mumpuni. Itulah syariat Islam kaffah yang diterapkan dalam bingkai kehidupan bernegara. Indonesia Emas hanya akan terwujud manakala generasi hari ini berpegang teguh pada ideologi Islam.

Dan itu semua sudah Allah janjikan dalam firmanNya,

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)

Wallahu'alam Bi shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image