Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Pujiono

Antara Keputusan dan Tindakan

Gaya Hidup | Saturday, 13 May 2023, 09:05 WIB
https://pixabay.com/id/photos/search/berpikir/

Sebuah tindakan, sikap, dan perkataan merupakan hasil sebuah keputusan seseorang. Dibenaknya ada proses sidang, baik sidang yang berlangsung cepat maupun lambat. Adu argumentasi terjadi, hingga muncullah suatu pilihan keputusan (sikap, tindakan atau perkataan). Setiap hari rata-rata orang berfikir 70000 kali.

Argumentasi terjadi di otak. Suatu organ istimewa yang Allah karuniakan kepada kita. Otak itu sangat luar biasa. Dalam otak terjadi proses listrik dan kimia dalam memproses informasi. Kecepatanya mengagumkan, 418km/jam. Otak ini memang kecil, ia hanya 1,3kg. Namun di dalamnya 463 km pembuluh darah dan 100 miliar neuron.

Memutuskan terjadi setiap saat. Bahkan hitungannya bisa dibilang sangat cepat. Mungkin di bawah satuan terkecil jam kita. Proses memutuskan ini berpadu antara logika otak dan perasaan / emosi. Ini terjadi pada setiap individu. Inilah keputusan vital bagi setiap orang. Sebuah keputusan tanpa sidang.

Hasil pilihannya akan menentukan kondisi berikutnya. Jika pilihannya tepat maka keuntungan yang akan diraih. Namun jika keputusan tidak tepat, maka akan lahir kondisi yang bermasalah.

Misalnya, saat kamu duduk di pinggir jalan, tiba-tiba ada pengemis yang sudah tua renta, sulit jalanya dan berpenyakitan. Dia sangat mengiba kepada kamu. Kata-katanya menyentuh hati. Apa yang terjadi?

Di benakmu muncul pergulatan argumentasi, membantu atau tidak. Pertimbangan-demi pertimbangan muncul dan menghiasi benak kepala.”Benarkah dia pengemis sungguhan? Bagaimana kalau dia cuma pura-pura? Dia bisa jadi dimanfaatkan oleh orang lain? Masak orang setua ini tidak ada yang mengurusi?” Inilah segudang pertimbangan untuk tidak menolong.

Disisi lain muncul pikiran, “Bagaimana kalau ini terjadi pada diriku? Malang betul nenek ini, sudah tua masih harus menyelesaikan sendiri kebutuhannya. Nampak dari tampilannya dia tidak pura-pura? Lagian ngapain pura-pura kalau hanya sekedar mencari recehan.” Dan sederet argumentasi di benak yang mendukung untuk memutuskan , memberi pertolongan.

Atau dalam kasus lain, saat beberapa program social experiment yang banyak ditayangkan di beberapa channel medsos. Misalnya dalam satu unggahan video, ada agen menyamar dan berpura-pura butuh duit. Dia minta -minta kepada target. Kemudian dia mengiba, hingga akhirnya si target memberi . di akhir aksi, dibuka semua sandiwara dan ditanyakan kepada si tertarget,” Kenapa Ibu mau memberi padahal ibu juga membutuhkan?

Jawabannya kurang lebih ,” Saya merasa kasihan, bagaimana kalau itu terjadi pada orang dekatku?

Intinya dia memutuskan melakukan perbuatan baik. Dasar keputusan berbuat baik karena dia memiliki memori pertimbangan untuk melakukan hal itu.

Dalam mengambil keputusan untuk berbuat, bersikap dan berkata-kata, dipengaruhi oleh minimal 2 hal berikut.

Pengetahuan

Pengetahuan yang didapat melalui bangku sekolah, buku bacaan, hasil sharing dengan kawan, ceramah yang dia dapat atau momen-momen spesial akan menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan sebuah tindakan. Asupan-asupan pengetahuan itu mengendap di memori, Ketika muncul stimulus, maka pengetahuan menjadi pijakan memutuskan untuk berbuat.

Bunyi kentongan yang dipukul terus-menerus jaman dulu adalah sebuah informasi yang harus disikapi. Bagi yang mengetahui maksud kentongan itu akan bergegas menyelamatkan diri, bagi yang tidak tau maksud, dia tenang-tenang saja, malah keheranan, “ada apa ini?”

Kentongan terus menerus itu adalah kentongan titir yang menandakan adanya bahaya mendadak. Bunyi terus menerus tanpa jeda menunjukkan kepanikan.

Intinya, pengetahuan yang kita miliki akan membantu memilih keputusan yang tepat. Maka disinilah pentingnya mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Mengingat masalah yang akan dihadapi sangat komplek, dan setiap masalah membutuhkan penyelesaian yang tepat. Tepatnya penyelesaian dipengaruhi oleh keputusan yang diambil. Keputusan yang diambil bisa tepat bisa tidak, tergantung dari pengetahuan yang dimiliki.

Lingkungan

Saat orang mengambil keputusan sesuai dengan pengetahuan, belum tentu dia langsung melakukan Amanah keputusannya. Ada sekat lagi yang masih mempengaruhi. Lingkungan. Mengapa masih ada orang yang tinggal di daerah rawan bencana alam? Padahal secara logika sebaiknya geser ke tempat yang lebih aman. Kenyataan mereka masih berada di sana.

Mengapa demikian? Faktor lingkungan lah yang membuat begitu. Lingkungan menyatakan tidak mengapa. Seperti ini biasa. Sejak dulu sudah tinggal disini. Jika mau pindah, pindah ke mana? Inilah penguat lingkungan. Sehingga logika keputusan yang diambil belum bisa dieksekusi.

Disinilah kepentingan kita menambah asupan ilmu sebanyak-banyaknya, mengedukasi lingkuangan sebaik-baiknya, hingga keputusan bertindak bisa tepat. Tepatnya keputusan akan mengantarkan tepatnya Tindakan. Tepatnya tidakan akan mengantarkan kepada kejayaan. Insya Allah!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image