Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ariane Nur Arifin

Meskipun Tidak Ada Pandemi, Apa Saya Akan Tetap Mencintai Diri Sendiri?

Curhat | 2023-05-07 10:06:47

“Sumpah dia udah glow up,”

Insecure banget liat body nya jadi tambah bagus.”

Perkataan tersebut yang sering saya dengar belakangan ini. Sembari mendengarnya, saya tetap tersenyum dan mengiyakan apa yang teman saya komentari tentang orang lain. Namun, di balik itu semua ketika saya pulang ke rumah kembali saya melihat ke kaca. Bersedih, mengapa saya tidak bisa seperti orang lain? Mengapa dari dulu fisik ini begitu-begitu saja tidak berubah menjadi lebih baik dan nyaman dipandang seperti orang lain?

Antara Aplikasi TikTok, kata insecure dan glow up di tengah pandemi

Pandemi Virus COVID-19 telah masuk ke Indonesia pada Bulan Maret 2019. Tak terasa, akhirnya banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat yang awalnya sering beraktivitas di luar rumah terpaksa harus membatasi diri untuk beraktivitas di luar dan pada akhirnya mereka banyak menghabiskan waktu di rumah. Kondisi yang terus-menerus dilakukan ini pada akhirnya menimbulkan rasa bosan yang besar. Hal ini tentunya sangat dirasakan oleh generasi muda. Generasi muda yang biasanya tergolong aktif malah berdiam diri di rumah. Tentunya, kondisi ini menjadi suatu hal yang tidak mudah bagi mereka. Generasi yang cenderung suka berkelompok, terhubung satu sama lain dan suka bermain dengan teman sebaya ini akan jenuh jika hal yang disukainya itu diambil (Red, 2020). Pada akhirnya mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan benda kecil yang kini bak menjadi kebutuhan primer, apalagi kalau bukan handphone.

Dengan handphone tersebut generasi muda mulai berselancar di media sosial. Berbagai aplikasi telah mereka unduh untuk mengatasi rasa bosannya di rumah. Berbicara soal aplikasi, kini tengah marak suatu aplikasi yang banyak di unduh di tengah pandemi ini. Aplikasi itu adalah TikTok. Maraknya aplikasi ini tentunya bukanlah suatu hal yang aneh. Sebab aplikasi ini menawarkan berbagai fitur menarik. Selain itu, tuntutan untuk bisa menggunakan kreativitas itulah yang memicu aplikasi ini banyak digemari. Data menyebutkan bahwa Aplikasi TikTok telah diunduh lebih dari 700 juta pengguna pada tahun 2019 dan jumlahnya terus meningkat pada akhir Mei 2020 (Ferdiasnsyah, 2020; Annur, 2020).

Dari aplikasi ini pengguna juga mendapatkan banyak manfaat. Selain dapat meningkatkan kreativitas, pengguna juga bisa banyak belajar dari video yang mereka lihat di TikTok. Mereka bisa belajar tentang tutorial menggunakan sesuatu, memasak, dan make up. Namun, dibalik itu semua TikTok tidak hanya memiliki manfaat saja. Mengerikannya, aplikasi ini sama seperti media sosial lainnya yang dapat menyebabkan gangguan mental. Bagaimana tidak, terkadang melihat banyak sekali orang-orang yang lebih sempurna dari mereka di video aplikasi tersebut. Ada yang lebih cantik, lebih kurus, lebih tampan, lebih sempurna hidupnya. Sehingga, terkadang mereka menjadikan orang-orang yang ada di TikTok sebagai standar kehidupan mereka. Tak jarang, hal tersebut mengakibatkan stress tersediri hingga mereka mati matian untuk mengubah diri sendiri demi terlihat menarik seperti orang-orang di TikTok.

Mereka mulai mengubah dan merawat diri agar selama masa pandemi mereka bisa berubah menjadi lebih baik dari segi fisik. Mereka yang berhasil berubah akan disebut glow up yang artinya mereka sudah berhasil memperlihatkan kecantikan atas keberhasilan mereka. Sedangkan, mereka yang merasa belum glow up akhirnya menjadi insecure. Dua kata ini menjadi semakin marak di masa pandemi dan akhirnya dapat menimbulkan tekanan tersendiri bagi sebagian orang.

“Padahal, insecure merupakan hal yang tidak baik jika dirasakan terus menerus dan dapat menjadi racun di kehidupan kita.”

Sebenarnya apa itu insecure dan bagaimana dampaknya?

Dari pengertiannya, insecure menurut Abraham Maslow adalah suatu keadaan dimana seseorang yang merasa tidak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan kebanyakan manusia berbahaya dan egois. Orang yang mengalami insecure biasanya sering merasakan kesedihan, cemas, dan mereka merasa tidak percaya diri.

Menurut psikolog klinis Melanie Greenberg, Ph.D., terdapat 3 penyebab umum seseorang merasa insecure, yaitu:

  1. Pertama, insecure karena kegagalan atau penolakan yang terjadi baru-baru ini. Hal ini disebabkan karena peristiwa yang baru terjadi sangat mempengaruhi suasana hati dan perasaan kita tentang diri kita sendiri.
  2. Kedua, insecure karena mengalami kecemasan sosial. Disebabkan karena rasa takut dievaluasi orang lain dapat menyebabkan rasa cemas yang pada akhirnya membuat seseorang menghindari situasi sosial.
  3. Ketiga, insecure yang didorong oleh perfeksionisme. Ketika seseorang menciptakan standar yang tinggi di kehidupan mereka dan tidak bisa mencapainya, akhirnya mereka menyalahkan diri sendiri dan merasa sedih.

Sementara dilansir dari Situs Halodoc, jika perasaan insecure tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kepribadian borderline, gangguan kecemasan, paranoid, gangguan makan dan masalah pada body image.

Ternyata, setelah memahami itu semua terdapat obat yang manjur untuk mengatasi rasa insecure ini. Obatnya adalah dengan mencintai diri sendiri.”

Pada akhirnya mau tidak mau kita harus mencintai diri sendiri

Mencintai diri sendiri atau self-love dapat menjadi antibodi seseorang agar tidak mudah berputus asa atau bahkan depresi, menurut Betari Aisyah SPsi, seorang tim Riliv, layanan aplikasi konseling online dengan psikolog.

Self-love yang merupakan proses menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri tanpa menyalahkan diri sendiri ternyata dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan kita seperti dapat mengurangi stress, dapat membuat kita merasa lebih bahagia dan membuat kita lebih nyaman dalam menjalani hidup.

Terdapat beberapa cara untuk mencintai diri sendiri

1. Memaafkan diri sendiri dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain

Tentu saja ada beberapa hal dari dalam diri kita yang berbeda dengan orang lain. Ada beberapa hal yang memang tidak bisa kita kontrol dan kita memang diciptakan seperti itu karena manusia tidak ada yang sempurna. Cobalah untuk melihat kebaikan dari kekurangan kita, memaafkan, dan berhentilah membandingkan diri dengan orang lain karena belum tentu apa yang kita punya ada pada mereka.

2. Ikuti minatmu dan fokuslah untuk mengembangkan diri sendiri

Alangkah baiknya kelebihan kita dijadikan pacuan agar terus kita kembangkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sesungguhnya, Tuhan pasti menciptakan kita tentu dengan memiliki beberapa kelebihan bukan hanya kekurangan saja.

3. Kelilingilah dirimu dengan orang yang menerimamu apa adanya

Terkadang memang di dalam hidup kita sering dikelilingi orang-orang yang istilahnya toxic sering membuat hidup kita menjadi tidak nyaman. Dibalik itu semua pastinya akan ada orang yang menerima dirimu apa adanya. Segeralah keluar dari lingkaran orang-orang toxic dan mendekatlah kepada mereka yang menerimamu dengan tulus.

”Terlepas dari itu semua kita kadang merasa bahwa mencintai diri sendiri hanyalah sebuah teori. Terkadang ketika sudah mencoba mencintai diri sendiri kita kemudian akan berada pada suatu titik yang membuat kita bosan dan mengeluh lagi, lalu malas untuk mencintai diri kita ketika melihat orang lain. Namun, cobalah, mau tidak mau kita harus mencintai diri sendiri bukan? Tentunya, untuk membuat hidup kita agar berjalan lebih baik.”

Meskipun tidak pandemi, apa saya akan tetap mencintai diri sendiri?

Seperti perkataan yang telah saya kutip di awal. Teman-teman saya banyak sekali yang mengomentari perubahan fisik dari orang lain. Akhirnya, itu yang membuat saya terobsesi untuk mengubah penampilan saya. Mulai membeli berbagai produk yang terkenal yang dipakai orang lain. Melakukan diet, olahraga, dan lain sebagainya. Namun, sedihnya saya tidak berubah menjadi lebih baik, saya malah terkesan semakin memburuk. Akhirnya, saya sedih, saya jadi ingin kembali lagi ke diri saya di masa lalu sebelum pandemi terjadi.

Pandemi ini tentunya sangat banyak mengubah saya. Ini bukan hanya tentang keadaan merebaknya virus, tetapi dari segi mental dan kondisi saya sendiri. Saya menyesal mengapa saya ingin mengubah diri saya demi terlihat baik di mata orang lain, bukan karena diri saya sendiri. Namun dari pandemi ini, saya akhirnya banyak belajar berbagai hal terutama tentang mencintai diri sendiri. Itu merupakan prinsip yang harus saya pegang di hidup saya. Bukan tentang menjadi lebih egois, tetapi jika mencintai diri sendiri dilakukan di kehidupan pasti orang di sekitar kita akan merasakan keuntungan juga.

“Ternyata setelah ditelisik, pandemi ini bukan hanya menjadi momok atau hal yang menakutkan saja. Dari kacamata saya, saya memandang jika pandemi ini tidak ditakdirkan oleh tuhan, saya mungkin tidak akan belajar mencintai diri sendiri.”

sumber gambar: https://satupersen.net/blog/cara-melatih-self-love
sumber gambar: https://satupersen.net/blog/cara-melatih-self-love

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image