Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zakia Hafshah

Mengulik Mitos di Curug Cinulang

Wisata | 2023-05-02 14:28:24

Salah satu objek wisata yang berlokasi di Desa Sindulang Kecamatan Simanggung. Tempat satu ini terletak di perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung. Nama Curug Cinulang pun dapat kita lihat memang terinspirasi dari nama desanya yaitu "Sindulang".

Curug Cinulang dari tahun ke tahun mengalami banyak perubahan yang cukup signifikan, mengumpulkan dari beberapa sumber terpercaya diketahui bahwa lokasi Curug Cinulang ini baru dibuka sebagai tempat wisata setelah lagunya "viral" loh!

"Di Curug Cinulang, bulan bentang narembongan, hawar-hawar aya tembang, tembang asih tembang kadeudeuh duaan"

Di Curug Cinulang, bulan bintang menampakkan diri, sayup-sayup terdengar lagu, lagu cinta, lagu kasih kita berdua

Tembang lagu tersebut dinyanyikan oleh almarhum Hendarso dan menjadi terkenal pada zamannya. Walau raga sudah tiada, karya-karya dari beliau ternyata memberikan banyak manfaat kepada warga sekitar.

"Saenggeus aya si Darso ngalagu, jadi weh rame kadinya" - Ucap pak Atang Mansyur, warga asli sana yang sedari kecil sudah menyaksikan langsung perubahan dari Curug Cinulang, baik dari akses jalan maupun fasilitas yang ada di dalamnya.

Namun dibalik pesona keindahan Curug Cinulang, ternyata tempat tersebut diselimuti oleh banyak mitos yang melegenda sampai saat ini!

Disebutkan bahwa siapapun yang datang membawa kekasih pujaan hati, maka setiap hubungan tersebut bisa berakhir di tengah atau berlanjut sampai akhir hayat. Begitu juga sebaliknya, jika setiap pelancong datang sendirian, dia akan segera menemukan pasangannya.

Sempat ramai disebutkan juga bahwa ketika tengah malam, sering terdengar suara jam weker maupun riuh suara orang seperti pasar dari lokasi curug tersebut, namun setelah didatangi langsung tidak ada sumber suara seperti orang ataupun benda yang kerap terdengar oleh para warga di Desa Sindulang.

Mitos tersebut masih dipercaya oleh warga sekitar hingga saat ini, terlepas dari kebenarannya. Mitos sejenis ini dapat menjadi poin plus tersendiri untuk mendongkrak tempat wisata lokal di Jawa Barat.

1. Akses Jalan

Untuk menuju lokasi Curug Cinulang dari Kota Bandung kira-kira bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 jam menggunakan jalur tol Cileunyi dan kemudian meneruskan perjalanan ke arah Nagreg lalu ke Cicalengka, para pendatang niscaya tidak akan tersesat sebab jalan yang dilalui relatif ramai penduduk meskipun di sekelilingnya masih dikelilingi pepohonan besar.

Adapun jika ingin memakai kereta, bisa menggunakan kereta lokal dari arah Kiaracondong sampai Cicalengka, ketika sampai di stasiun sudah banyak kendaraan seperti kol bak ataupun angkot yang siap mengantarkan langsung ke tempat tujuan.

2. Spot foto

Salah satu spot foto sendiri yang paling ikonik tentu saja dua sumber air terjunnya!

Usut punya usut, sempat ramai disebutkan bahwa dari dua sumber air terjun tersebut sempat ada ular besar yang terjebak dan tak bisa keluar dari bebatuan selama bertahun-tahun lamanya!

Selain berfoto di depan air terjun, para pengunjung juga bisa mencoba berfoto di Pintu masuk Curug ataupun saat melintas di Jembatan Kayu, namun harus tetap diingat untuk menjaga barang bawaan dan melihat kondisi sekitar agar tidak sampai tergelincir.

3. Berenang

Berenang atau bermain air ya?

Di Curug ini para pengunjung tidak hanya sekadar berfoto, namun bisa juga menikmati dinginnya air terjun dan merasakan langsung sensasi terpercik air yang segar karena langsung berasal dari sumbernya. Maka, sangat disarankan untuk para pengunjung yang ingin bermain air untuk membawa baju ganti.

Harga tiket masuk ke lokasi ini terbilang cukup murah dan konsisten tidak mengalami kenaikan harga meskipun tengah musim liburan, dengan harga Rp 10.000 para pengunjung telah mendapatkan akses masuk dengan fasilitas yang terbilang cukup lengkap, mulai dari mushola, toilet, hingga tempat jajanan yang berjejer.

Di tengah ramainya pembangunan wisata baru, warga sekitar sangat mengharapkan Curug Cinulang dapat terus dilestarikan dan tidak terlupakan kehadirannya seiring waktu berjalan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image