Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image andri gunawan

TENTANG ROMANTISME #2: Bagaimana hubungan romantis lahir dan tumbuh?

Guru Menulis | Wednesday, 22 Dec 2021, 15:57 WIB

https://wallpapersafari.com

Sebagaimana saya jelaskan di artikel sebelumnya bahwa Komunikasi interpersonal merupakan hal yang penting dalam hubungan romantis seseorang (deVito:2013). Komunikasi interpersonal adalah salah satu kunci dari hubungan romantis, sekaligus dapat menentukan kesuksesan, dan kebahagiaan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam berkarir, hubungan percintaan, maupun dalam hubungan berkeluarga.

Komunikasi interpersonal memungkinkan kita untuk mengetahui di tahap manakah seseorang berada dalam tahapan sebuah hubungan romantis. Hal yang paling jelas dari karakteristik dalam sebuah hubungan adalah mereka hadir dalam tahapan, mulai dari sebuah interaksi awal sampai intimasi (keintiman), bahkan terkadang sampai ke tahap perpisahan atau pemutusan hubungan (DeVito, 2013).

Para ahli menyampaikan bahwa hubungan romantis memiliki tiga tahapan yakni growth, navigation, dan deterioration. Menurut Mongeau&Henningsen tahapan growth merupakan tahapan awal dari dua tahapan lainnya (navigation dan deterioration)

Berdasarkan identifikasi para ahli tahapan growth memiliki enam tahapan, dimana tahapan ini berkembang, atau berkemajuan secara berurutan, walaupun tidak selalu (Woods, 2010). Enam tahapan growth itu adalah #1.individuality, #2. invitational communication, #3. Explorational communication, #4. Intensifying communication, #5. revising communication, #6. commitment.

Enam tahapan growht dalam tahapan hubungan romantis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

#1.Individuals

Mikulincer&Shaver mengatakan bahwa tahap pertama dalam tahapan growth adalah individualitas. Masing-masing orang adalah individu dengan kebutuhan, tujuan, gaya cinta, kecenderungan persepsi, dan kualitas tertentu yang memengaruhi apa yang orang cari dalam hubungannya.

Pilihan seseorang untuk memulai hubungan percintaan juga dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek diri yang tidak disadari bahkan oleh diri sendiri, seperti sejarah personal dan identitas, serta gaya keterikatan (attachment style). Attachment style didapatkan seseorang dari bagaimana komunikasinya dengan orangtuanya. Hal yang paling penting dalam komunikasi interpersonal adalah saat seseorang terlibat dalam perbincangan tentang dirinya sendiri atau pembukaan diri (self disclose).

Menurut deVito seseorang mengungkapkan dirinya atas dasar dukungan yang diterima, dia akan mengungkapkan dirinya kepada orang yang ia sukai dan untuk orang yang ia percaya. Pilihan seseorang dalam memulai hubungan romantis dipengaruhi oleh sejarah personal dan identitas seseorang termasuk attachment styles nya.

William Schutz mengatakan alasan mengapa seseorang melakukan komunikasi, hal tersebut ia jelaskan dalam teori kebutuhan interpersonal yang menekankan bahwa seseorang menciptakan dan menjaga sebuah hubungan untuk memenuhi tiga kebutuhan yakni (1) Kebutuhan afeksi, yaitu keinginan untuk memberi dan menerima cinta. (2) Kebutuhan inklusi, keinginan untuk bersosialisasi dan dimasukkan dalam kelompok. (3) Keinginan untuk mengendalikan atau kebutuhan kontrol, yaitu keinginan untuk mempengaruhi orang-orang dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan kita. Kebutuhan-kebutuhan ini kemudian bisa menjadi alasan seseorang untuk memulai, menjalani dan menjaga hubungan romantisnya.

Diri atau Self adalah salah satu konsep terpenting dalam komunikasi interpersonal. Konsep penting lainnya adalah “orang lain” atau Others. Seseorang dapat mengenal dirinya sendiri dari proses komunikasi dengan orang lain, dari orangtua sebagai orang pertama yang sangat berpengaruh bagi konsep diri, lalu berlanjut berkomunikasi dengan teman, lalu guru, lalu bos dalam pekerjaan. Bahwa seseorang mengembangkan dirinya dari dua macam komunikasi perspektif, yaitu perspektif dari orang lain yang berpengaruh untuk orang tersebut (yaitu keluarga, orangtua) dan perspektif dari orang lain secara general (dari masyarakat sekitar, dari grup sosial, budaya, dan lain-lain) orang-orang ini lah yang mempengaruhi konsep diri dan mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak, berpikir dan merasakan sesuatu.

Dalam hal ini, orangtua sebagai orang pertama yang semestinya mengajarkan cinta dan memberikan rasa aman dan nyaman pada seorang anak memiliki peran penting dalam bagaimana anak ini juga merefleksikan dirinya dalam hubungan romantisnya saat dewasa (attachment style).

#2. Invitational Communication

Invitational communication, yaitu seseorang mengirimkan sinyal bahwa mereka ingin berinteraksi, dan terdapat respon dari orang yang dikirimkan sinyal tersebut. Bagian terpenting dari invitational communication adalah level dari suatu hubungan, bukan konten dari komunikasi itu sendiri (Woods, 2016). Misalnya saat seseorang mengatakan “Aku menyukai jenis musik yang kau putar” arti sesungguhnya adalah orang tersebut benar-benar menyukai musik tersebut, namun dalam invitational communication, makna dari level ini adalah, “aku tertarik berkomunikasi denganmu, apakah kau juga?’.

Komunikator dalam tahap ini mencoba untuk menunjukan diri mereka sebagai seseorang yang baik, dapat dimengerti, dan mudah bersosialisasi (Knapp, 2014). Dalam tahap ini juga seiring dengan membangun percakapan ringan, kita mengobservasi lawan bicara dengan hati-hati untuk mengurangi ketidaktahuan dan ketidakpastian dan berharap untuk mendapatkan suasana, ketertarikan atau orientasi terhadap diri kita (Knapp, 2014).

Pada tahap ini kita bertanya pada diri kita sendiri apakah orang ini “menarik” atau “tidak menarik” dan apakah kita harus memulai atau menginisiasi komunikasi. Kemudian kita menentukan apakah ini adalah waktu yang tepat untuk memulai pertemuan dan membuka percakapan – “apakah ia sedang sibuk, atau sedang terburu-buru atau sedang dikelilingi oleh banyak orang”. Akhirnya kita menentukan kapan waktu yang tepat untuk membuka percakapan untuk mendapat perhatiannya (Knapp, 2014).

Dari semua orang yang kita jumpai, kita hanya tertarik pada beberapa. Tiga pengaruh terbesar pada ketertarikan awal adalah konsep diri, kedekatan, dan kesamaan (Woods, 2016). Konsep diri kita mempengaruhi orang-orang yang kita anggap sebagai kandidat yang tepat untuk hubungan romantis (Woods, 2016). Ini adalah tahapan dimana pembukaan diri masih dalam tahap permukaan, dimana topik pembicaraan belum terlalu mendalam. Dalam tahapan ini seseorang akan mencari kesamaan, melakukan upaya untuk mencapai kedekatan atau mencari tahu satu sama lain secara mendasar untuk sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya.

#3. Explorational Communication

Dalam tahapan ini terdapat pertumbuhan romantisasi dalam hubungan dan komunikasi yang terjalin yang terfokus kepada belajar untuk mengenal satu sama lain. Di tahap ini individu mencoba mengurangi ketidakpastian dengan bertukar informasi mengenai satu sama lain sehingga mereka bisa mengevaluasi kemungkinan dalam melanjutkan hubungan mereka ke suatu yang lebih serius. Derajat seseorang dalam membantu satu sama lain untuk menemukan topik yang terintegrasi menunjukan derajat ketertarikan mereka dalam melanjutkan interaksi dan keinginan untuk melanjutkan hubungan mereka.

Menurut Woods, Informasi yang diberikan dalam tahap explorational communication tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orang dalam suatu hubungan yang baru menempatkan dirinya atau menggambarkan dirinya lebih baik daripada yang sesungguhnya.

Menurut DeVito, jika seseorang ingin mendekatkan diri dengan orang yang disukai maka mereka bisa memulai dengan melibatkan diri kepada orang yang disukai dengan mengintensifkan interaksi dan dengan mulai mengungkapkan diri sendiri. Seseorang dapat meningkatkan kontak dengan pasangannya; memberikan tanda kasih sayang pada pasangannya seperti hadiah, kartu, atau bunga; tingkatkan daya tarik pribadi ; lakukan hal-hal yang menyarankan untuk mengintensifkan hubungan, seperti menggoda atau membuat pasangan iri; dan menjadi lebih intim secara seksual.

Menurut Woods, Seseorang berbicara untuk mewujudkan ekspektasi dan mengerti tentang interaksi mereka, mulai dari topik yang ringan sampai berat, topik yang sensitif atau yang biasa saja. dari interaksi ini seseorang mengembangkan dan menjaga hubungan mereka.

Miller mengatakan bahwa kita menggunakan tiga informasi dasar dalam pertemuan interpersonal kita. Tiga prediksi tersebut adalah cultural information, sociological information, dan psychological information. Cultural information adalah infromasi yang muncul dalam pertemuan diantara orang asing, seseorang dengan kultur atau budaya yang sama kemungkinan akan berbagi perilaku dan pemikiran yang diprediksi sama, yang kemudian kesamaan ini bisa jadi cara untuk memulai percakapan. Selanjutnya setelah mendapatkan informasi mengenai orang lain, kita akan menggunakan informasi sociological sebagai dasar strategi percakapan dan adaptasi. Pengetahuan mengenai preferensi member grup yang sering digunakan dalam pertemuan sosial kasual dapat digunakan sebagai strategi percakapan dan pengetahuan untuk mengetahui satu sama lain. Dasar ketiga dalam prediksi ini melibatkan informasi psikologikal yang mengenali individu yang diasosiasikan dengan perbedaan pembicaraan antara partner. Sumber informasi ini menjadi penting karena hal inilah yang membedakan antara pembicaraan ringan dengan orang asing dan orang dengan hubungan yang sangat dekat (Knapp, 2014).

#4. Intensifying Communication

Dalam tahap ini, pasangan menghabiskan waktu bersama lebih banyak dengan cara mengurangi waktu diluar. Pengungkapan diri menjadi lebih jauh, satu sama lain menjadi lebih tahu bagaimana partner mereka berpikir dan bagaimana perasaannya. Saat mereka mengembangkan pengetahuan mereka antar satu sama lain, mereka mengembangkan dual perspective dan mulai mengakui bahwa mereka berdua sebagai sebuah pasangan (Woods, 2016).

Dalam tahapan ini intimasi menjadi komponen cinta yang ditonjolkan. Sternberg mengatakan bahwa beberapa orang mengekspresikan komponen keintiman atau intimasi yaitu dengan mengkomunikasikan isi hati atau bagaimana perasannya, mengungkapkan kebaikan dan tentang apa yg paling disuka dari satu sama lain, membagi waktu antara diri sendiri dan orang lain untuk satu sama lain, mengekspresikan empati, dan menawarkan support secara material maupun emosional. Pertukaran dari self-disclosure atau pembukaan diri antara partner menjadi hal yang penting dalam mengembangkan intimasi dalam tahapan awal suatu hubungan (Woods, 2016). Pembukaan diri membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan dengan pendekatan yang hati-hati. Jika pembukaan diri bertemu dengan pengertian dari partner maka kepercayaan akan tumbuh dalam hubungan mereka (Woods, 2016).

#5. Revising Communication

Revising communication bukanlah tahap perkembangan dalam semua hubungan romantic, namun sangat penting saat tahap ini muncul dalam hubungan. Dalam tahap ini, masalah mulai terdeteksi dan partners mengevaluasi apakah masalah ini akan mereka lalui atau tidak. Dalam tahap ini, partner keluar dari kenyamanan dan melihat hubungan mereka secara realistis dan mulai mengevaluasi masalah mereka, apakah mereka ingin memperbaikinya atau memutuskan hubungan mereka (Woods, 2016).

DeVito mengatakan bahwa dalam tahap memperbaiki hubungan ada intrapersonal repair dan interpersonal repair dimana pasangan bisa menganalisis apa yang salah dan mempertimbangkan cara untuk menyelesaikan kesulitan suatu hubungan.

Dalam tahap ini pasangan memastikan dan mempertimbangkan dengan matang apakah keduanya benar-benar akan bersama atau tidak, jika masih bersama maka akan terjadi perbaikan atau cara untuk tetap melanjutkan hubungan mereka, namun jika sebaliknya maka hubungan kemungkinan akan berakhir.

#6. Commitment

Tahapan terakhir adalah tahapan komitmen. Tahap komitmen berarti dimana saat kedua individu bersedia untuk menjalin hubungan dan mempertahankan hubungan mereka. Komitmen memiliki berbagai macam bentuk. Salah satu bentuk nya adalah komitmen berdasarkan tingkat ketertarikan masing-masing untuk hubungan mereka dan untuk satu sama lain – atau yang bisa disebut dengan tipe komitmen berdasarkan “keinginan” (Knapp, 2014).

Namun orang juga tetap berada di hubungan karena alasan lain. Terkadang komitmen didasari pada apa yang menurut mereka atau salah satu pasangan harus dilakukan, bukan karena mereka ingin melakukannya (Knapp, 2014). Perspektif ini dapat dikaitkan dengan persepsi bahwa tidak ada alternatif yang baik, bahwa hubungan akan lebih sulit untuk diakhiri daripada untuk tetap bersama, bahwa terlalu banyak yang telah diinvestasikan dalam hubungan untuk menghentikannya, atau mengatasi reaksi orang lain akan terlalu sulit.

Komitmen secara tidak langsung membuat individu mengatur dan berinvestasi lebih banyak dalam hubungan mereka. Investasi dalam berkomunikasi ini digunakan pasangan untuk merawat hubungan mereka. Komitmen mengarahkan partner untuk berinvestasi lebih banyak dalam suatu hubungan, terutama dalam hal komunikasi untuk menjaga kepuasan satu sama lain.

Semua hubungan tidak terkecuali hubungan romantis dijaga bersama-sama dengan komitmen, yang didasari oleh keinginan, kebutuhan bahkan mungkin keharusan untuk tetap bersama. Kekuatan dan ketahanan dalam sebuah hubungan juga bergantung pada derajat komitmen yang terjalin.

DeVito menjelaskan bahwa jika sebuah hubungan menunjukan tanda-tanda kemunduran dan hubungan ini memiliki komitmen yang kuat, maka mereka kemungkinan akan bisa mengatasi kemunduran ini dan bisa tetap melanjutkan hubungan.

Sternberg menjelaskan beberapa cara untuk mengekspresikan komitmen termasuk janji, kesetiaan, tinggal dalam suatu hubungan melalui masa-masa sulit, keterlibatan, dan pernikahan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image