Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deni Firman Nurhakim

Perlukah Berburu Lailatul Qodar?

Agama | 2023-04-16 10:41:34

Tidak terasa, kita sudah berada di penghujung Ramadan, tepatnya di sepuluh hari terakhir Ramadan 1444 H. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, di sepuluh hari terakhir ini seyogyanya kita semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita. Siti Aisyah r.a, Isteri Nabi Muhammad SAW menuturkan:

“Apabila sudah masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, Rasulullah SAW membangunkan keluarganya, ‘mengencangkan sarungnya’, dan menghidupkan malamnya” (H.R. Bukhori).

Namun patut disayangkan, sunnah Nabi tersebut kemudian dipersempit sebatas menunggu dan berburu Lailatul Qodar. Benar, tidak salah bila kita mengharapkan bertemu dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan tersebut. Namun, akan menjadi keliru bila ibadah-ibadah yang dilakukan itu sepenuhnya diorientasikan hanya untuk memperoleh Lailatul Qodar, BUKAN karena iman (iimaanan) dan mengharapkan keridhaan Allah SWT (wahtisaaban).

Makna Lailatul Qodar

Kalau kita sepakat dengan tafsir kata “lailatul qodar” yang menunjukkan arti malam kemuliaan/malam penentuan, itu artinya Lailatul Qodar terjadi pada waktu malam hari. Dan pengertian “malam” itu mulai terbenam matahari hingga terbit fajar. Dengan demikian, tanpa ditunggu dan diburu pun Malam Qodar --sama seperti malam-malam lainnya-- akan datang dan menyapa seluruh manusia tanpa terkecuali.

Bedanya, ada yang merasakan sapaan Laelatul Qodar tersebut dengan jelas, ada juga yang kurang jelas. Bahkan, ada yang sama sekali tidak jelas. Yang membedakan penerimaan mereka adalah kadar kejernihan hati masing-masing. Bila diibaratkan, hati itu bagaikan antena TV. Semakin baik hati kita, maka semakin bagus daya tangkapnya terhadap energi positif Lailatul Qodar. Namun sebaliknya, semakin kusam hati kita, maka semakin buruk daya tangkapnya terhadap energi positif yang dipancarkan Lailatul Qodar.

Kebeningan Hati

Dengan demikian, agar bisa meraih kemuliaan Malam Qodar, modal terpentingnya adalah hati yang bening. Untuk mengukur kebeningan hati, Ibnu Qoyyim dalam kitabnya “Ar-Ruh” menguraikan:

“Hati yang telah mencapai kedamaian dan ketentraman

bisa mengantarkan pemiliknya dari ragu kepada yakin; dari kebodohan kepada ilmu; dari lalai kepada ingat; dari khianat kepada amanat; dari riya kepada ikhlas; dari lemah kepada teguh, dan dari sombong kepada tahu diri”.

‘Alaa kulli haal, daripada sibuk menerka-nerka kapan persisnya datang Lailatul Qodar, lebih baik kita terus menata hati kita agar bersih dari sifat-sifat tercela, juga meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita ikhlas semata karena Allah SWT. Sehingga saat Lailatul Qodar datang menyapa, kita merasakan sapaan tersebut dengan jelas, sejelas-jelasnya. Pada akhirnya, Lailatul Qodar pun menjadi titik balik terbentuknya pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Wallaahu a’lamu bis showaab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image