Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abigail Laodikia

Sastra Layak Dicintai

Sastra | Wednesday, 22 Dec 2021, 10:41 WIB
via Pixabay.com
via Pixabay.com

“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.” ― Pramoedya Ananta Toer.

Mengapa sastra diciptakan di dunia ini? Pertanyaan ini kemudian menjadi sebuah diskursus yang tidak akan pernah selesai diperbincangkan. Sastra adalah makhluk yang abadi. Sastra diciptakan dengan penuh kecintaan.

Seberapa penting sastra bagi kita? Kenapa kita harus mencintai sastra? Ada apa di balik sastra sehingga ia layak untuk dicintai? Apakah karya-karya itu memiliki manfaat atau kegunaan bagi manusia? Entahlah. Banyak pesan tersirat dari beberapa pertanyaan ini.

Sejatinya, sastra layak untuk dicintai. Dibalik sebuah karya sastra, ada cinta untuk penikmatnya. Cinta ini dibuktikan dengan sebuah sumbangsih pencerahan terhadap pikiran dan perasaan manusia. Pencerahan terhadap pikiran dapat digali dengan salah satunya adalah mencermati alur dalam sebuah cerita.

Apabila kita berbicara mengenai alur cerita, syarat dari sebuah alur cerita adalah ia punya hubungan logis antar bagian-bagian yang membangun sebuah cerita. Dengan mencermati pola hubungan tersebut, secara tidak langsung pembaca atau penikmat karya sastra juga diajak untuk berpikir secara logis dan rasional.

Ketika pembaca dan penikmat karya sastra diajak untuk berpikir, menggali makna sedalam-dalamnya dari sebuah karya sastra dapat dilakukan untuk mendapat pencerahan. Misalnya untuk memahami sebuah puisi, seseorang tidak cukup hanya bertumpu pada pemahaman secara literal.

Sebagai penggali makna, seseorang dituntut untuk menemukan apa yang tersirat di balik sebuah tanda yang tersurat. Dan untuk menemukan apa yang tersirat, diperlukan sebuah metode ilmiah. Metode ilmiah ini akan mampu mencerahkan pikiran manusia karena dengan metode ini, seseorang tidak akan sembarangan dalam memahami sesuatu..

Karya sastra yang baik biasanya menyediakan semacam cetak biru untuk masyarakat. Hal ini bisa kita lihat dari tulisan-tulisan peradaban kuno, seperti Mesir dan Cina, atau filsafat dan puisi Yunani, dari Epos Homer hingga drama William Shakespeare. Dalam hal ini, karya sastra memberikan wawasan dan konteks kepada masyarakat. Dengan cara ini, sastra lebih dari sekadar artefak sejarah atau budaya. Sastra, dalam hal ini, bisa juga berfungsi pengantar dunia pengalaman baru.

Tetapi, biasanya apa yang kita anggap sebagai sastra dapat bervariasi di setiap generasinya. Misalnya puisi-puisi Chairil Anwar. Puisinya dianggap gagal oleh para konservatif di jamannya, kemudian karya tersebut malah diakui sebagai karya agung dan sering disebut karya terbaik.

Melalui cerita ini, kita dapat menemukan makna dalam sastra dengan melihat apa yang seorang penulis tulis atau katakan dan bagaimana dia mengatakannya. Kita dapat menafsirkan dan memperdebatkan pesan penulis dengan memeriksa kata-kata yang ia pilih dalam puisi atau karya tertentu atau mengamati karakter atau suara mana yang berfungsi sebagai koneksi ke pembaca.

Sastra, terlepas dari itu semua, punya pengaruh lebih ke dalam kehidupan manusia, baik sebagai penulis maupun penikmat sastra. Seperti yang sudah didapatkan beberapa penelitian bahwa orang yang membaca sastra memiliki lebih banyak empati terhadap orang lain karena sastra menempatkan pembaca pada posisi orang lain.

Terakhir adalah pertanyaan apakah sastra dapat membuat manusia bahagia?

Jawabannya adalah tidak diragukan lagi. Orang yang telah tercerahkan pikirannya akan memiliki langkah yang mantap dalam mengarungi sengkarut kehidupan. Mantapnya langkah tersebut membawakan ketenangan dalam batin sehingga perasaan pun juga tercerahkan. Akhirnya pencerahan tersebut juga mendatangkan manfaat praktis-pragmatis material yang melengkapi segalanya.

Singkatnya, sastra memang layak untuk dicintai karena ia bisa membuat hidup manusia lebih bahagia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image