Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diana Rahayu

3 Hal Wujudkan Impian Mudik Asyik Tanpa Panik

Agama | Friday, 14 Apr 2023, 23:25 WIB

Mudik lebaran merupakan momen yang selalu ditunggu dan dipersiapkan oleh siapapun yang sedang merantau. Menabung dari gaji bekerja selama setahun untuk bisa pulang kampung. Berkumpul melepas rindu bersama sanak saudara. Berbagi kabar dan bahagia setelah lama hidup terpisah dan berjauhan. Sungguh sebuah momen indah yang begitu dinanti.

Namun, persiapan mudik yang tak sedikit, kadang kandas karena musibah terjadi saat di perjalanan. Kemacetan yang panjang hingga berujung kematian, menjadi horor menakutkan yang masih membayang bagi pemudik. Tragedi Tol Brexit tahun 2016 lalu dengan kemacetan parah sepanjang 35 km dan membawa korban jiwa, tak akan pernah terhapus dari ingatan para pemudik yang terjebak waktu itu.

Sungguh mencekam, selama berhari-hari mereka terjebak di jakan tol yang seharusnya membuat perjalanan pemudik lancar bebas hambatan. Akibatnya sebanyak 17 orang yang meninggal dunia dan puluhan orang dilarikan ke rumah sakit. Kala itu, rata-rata korban mengalami kelelahan, dehidrasi, keracunan karbondioksida, kecelakaan. Ada pula yang terkena serangan jantung dalam perjalanan.

Miris, mudik asyik yang ditunggu menjadi tragedi yang membuat panik. Berkaca dari tragedi yang memilukan 7 tahun silam, maka sudah sepantasnya pemerintah harus serius berbenah dan tidak menganggap remeh hal-hal yang akan menjadi hambatan bagi pemudik. Besarnya gelombang pemudik dalam waktu bersamaan pun harus benar-benar difikirkan. Strategi terbaik memecah keruwetan dan kemacetan perlu dipersiapkan. Apalagi mudik tahun ini bertepatan dengan kondisi cuaca yang rawan bencana, terutama banjir, longsor dan tanah ambles.

Belum lagi biaya tiket moda yang terus naik jelang lebaran. Kenaikan harga tiket 25-35% di tengah himpitan beban ekonomi, tentu makin membuat panik para pemudik. Wajar saja jika banyak yang nekat menempuh perjalanan jauh bersama anak dan istri dengan berkendara roda dua. Padalah beban yang dibawa cukup banyak, dari pakaian hingga makanan dan oleh-oleh untuk keluarga. Semua dilakukan hanya karena mengejar ongkos hemat saat mudik.

Di sisi lain, tingkat kecelakaanpun akan makin tinggi dengan makin besarnya volume moda yang melintasi jalan raya utama jalur mudik. Ditambah lagi kondisi jalan/infrastruktur yang dilalui pemudik banyak yang rusak ataupun dikebut penyelesaiannya. Hingga tidak bisa memberikan rasa aman dan menjamin keselamatan pemudik dari kecelakaan tunggal, akibat kerusakan jalan ataupun proyek setangah jadi yang sebenarnya tak layak dilalui.

Lantas bagaimana mewujudkan mudik asyik tanpa panik?

Setidaknya 3 hal berikut harus dilakukan oleh penguasa, hingga mudik akan menjadi sebuah perjalanan yang asyik dan membahagiakan bagi rakyat tanpa ada kepanikan sedikitpun:

Pertama, mindet bahwa mudik adalah ritual tahunan haris dihilangkan dari penyelenggara negara. Diganti dengan pemahaman bahwa mudik adalah sebuah pelaksanaan salah satu syariat agama Islam, yakni perayaan Hari Raya Idulfitri bersama keluarga. Di dalamnya ada aktivitas birrul walidain dan silaturahmi. Dengan mindset ini pemerintah akan bersungguh-sungguh mewujudkan mudik yang aman, nyaman bahkan gratis, karena menjadi wasilah/sarana terlaksananya perintah agama.

Kedua, mindset bahwa pemudik adalah musafir. Dimana seorang yang dalam perjalana pasti membutuhkan tempat istirahat yang layak. Sehingga sudah selayaknya pemerintah menyediakan banyak tempat peristirahatan bagi para pemudik di perjalanan. Mencukupi kebutuhannya sebagai ibnu sabil.

Ketiga, maindset bahwa pemudik juga merupakan ibnu sabil. Pada kondisi tertentu, musafir juga bisa digolongkan sebagai ibnusabil. Tatkala kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah, menjadikan mereka termasuk salah satu golongan yang wajib menerima zakat. Sebagaimana tujuan mudik lebaran untuk birrul walidain dan silaturahmi, maka ini menunjukkan perjalanan mereka adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah.

Pada poin ini, negara seharusnya merasa sangat berkepentingan untuk menyelenggarakan proses mudik dengan sebaik-baiknya, yakni aman dan nyaman, bahkan gratis. Karena para pemudik yang tidak lain termasuk golongan musafir, memiliki posisi penting dalam Islam. Doa seorang musafir adalah doa yang diijabah oleh Allah sehingga tidak semestinya seorang musafir menjadi korban kezaliman, dengan adanya infrastruktur jalan yang rusak dan harga tiket mudik melambung tinggi.

Wallahu’alam bishowwab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image