Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alfa Kurnia

Manfaat Teknologi Digital dalam Beribadah di Bulan Ramadhan

Teknologi | Wednesday, 05 Apr 2023, 05:39 WIB

It seems like Ramadan in Kampung Durian Runtuh so fun, Mama” ujar anak saya setelah menonton Upin Ipin di Netflix dengan jaringan internet cepat sembari menunggu waktu berbuka puasa.

“Mereka bisa main di masjid setelah salat Maghrib sama teman-teman, bisa pergi ngaji bersama-sama,” katanya lagi. “Enggak seperti aku yang di rumah aja.”

Yah, perkataan anak saya memang tidaak salah. Keluarga kami memang lebih suka menghabiskan waktu di rumah saat Ramadan. Mulai dari sahur sampai salat tarawih.

Di sekolah anak-anak juga tidak ada kegiatan semacam pondok Ramadan atau berbuka puasa bersama karena memang bukan sekolah Islam. Bahkan kegiatan madrasah diliburkan selama bulan suci umat Islam ini. Sehingga bulan Ramadan memang terasa lebih sunyi bagi keluarga kami.

Namun, seingat saya, ketika saya seusia mereka pun tidak mengalami keriuhan Ramadan seperti yang sering ada di iklan televisi. Mungkin karena saat itu kami tinggal di kota besar di lingkungan perumahan yang cukup sepi.

Kenangan Ramadan di Tahun 1990-an

Kenangan rutinitas Ramadan masa kecil saya yang cukup seru adalah salat tarawih berjamaah di masjid untuk mencatat ceramah dan minta tanda tangan pemberi ceramah di jurnal Ramadan. Dalam jurnal itu juga ada check list ibadah puasa dan salat wajib serta tarawih yang harus dikumpulkan ke guru agama setelah Hari Raya Idul Fitri.

Aktivitas itu berakhir setelah saya lulus sekolah dasar secara di SMP tidak ada lagi kewajiban mengisi jurnal Ramadan. Berganti dengan kegiatan berburu kartu-kartu lebaran lucu dan mengirimkannya kepada teman-teman lewat kantor pos. Dan berharap cemas menanti ada kiriman kartu lebaran untuk saya.

Namun, saya pernah menghabiskan beberapa minggu Ramadan dan hari raya Idul Fitri di rumah ayah saya yang meski di kota namun terletak di lingkungan padat penduduk. Di mana banyak sekali anak seusia saya yang selalu menghidupkan suasana di bulan suci.

Yah, secara masa itu belum ada jaringan internet cepat, ya. Sehingga untuk menghabiskan waktu luang ya bermain bersama di luar rumah supaya tidak terasa lapar menunggu waktu sahur dan berbuka puasa.

Berkeliling kampung pada dini hari untuk membangunkan penduduk supaya tidak terlambat sahur adalah kegiatan yang suka kami lakukan. Seru, lho berjalan ramai-ramai saat udara masih sejuk dan langit masih gelap sambil teriak, “Sahur! Sahur!” Beberapa anak membunyikan kentongan supaya suasana lebih meriah.

Kalau tidak ada keliling di dini hari, saat hari libur kami akan berjalan pagi setelah salat Subuh. Begitu matahari terbit baru kami pulang dan tidur sampai siang.

Pada sore hari kami akan berburu makanan untuk takjil. Beraneka jajanan dijual oleh tetangga maupun pedagang makanan dadakan yang muncul di depan gang. Setelah buka puasa baru bersiap salat Isya dan tarawih bersama. Menyenangkan sekali.

Ramadan Era Digital dengan Jaringan Internet Cepat

Seiring dengan berjalannya waktu disertai perkembangan teknologi termasuk ketersediaan jaringan internet cepat, cara menjalani Ramadan pun ikut berubah.

Di beberapa daerah mungkin masih merasakan keseruan ngabuburit seperti pengalaman masa kecil saya, tapi banyak juga yang tidak.

Tidak sedikit keluarga yang memilih menunggu waktu berbuka puasa di rumah saja dengan mengikuti kajian secara online atau menonton hiburan bertema Islami lewat layanan TV Digital. Saya pun masih mengikuti kelas tahsin online via Google Meet yang infonya saya peroleh dari Instagram.

Mencari tahu waktu berbuka puasa pun sekarang tidak lagi mengandalkan azan dari masjid. Apalagi yang rumahnya jauh dari masjid seperti saya sudah terbiasa menunggu panggilan salat dari aplikasi di ponsel menggunakan jaringan internet cepat dari IndiHome.

Jika tidak sempat memasak hidangan buka puasa pun tidak perlu berpayah ke luar rumah, tinggal gunakan layanan pesan antar, makanan favorit kita akan tiba di rumah dalam sekejap.

Dari segi aktivitas sosial pun berubah. Kegiatan buka puasa bersama seolah menjadi agenda rutin yang harus dihadiri saat ini. Mulai dari bukber bersama keluarga, sahabat, teman kantor, teman komunitas, tetangga sampai teman-teman sekolah.

Serunya lagi merencanakan buka puasa bareng ini cukup melalui aplikasi pesan instan. Sehingga tidak perlu repot menelepon satu per satu, ya.

Kalaupun tidak bisa berkumpul di bulan Ramadan, teknologi digital tetap dapat mendekatkan yang jauh lewat panggilan video atau konferensi video. Jadi kami yang tinggal di rantau begini tetap dapat bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman dengan bantuan koneksi internet dari Telkom Indonesia.

Dan menjelang hari Raya tidak perlu lagi sibuk mencari kartu lebaran. Mengirim pesan lewat aplikasi atau mengunggah foto keluarga dengan tulisan standar ucapan selamat Hari Raya di media sosial adalah cara baru berbagi kebahagiaan saat Idul Fitri.

Bahkan menunaikan zakat dan sedekah pun bisa dilakukan melalui situs-situs amil zakat dan dibayar lewat dompet digital atau transfer bank. Sungguh praktis.

Jadi, meski mungkin keramaian bulan Ramadan saat ini sudah berbeda dengan tahun sembilan puluhan, bukan berarti mengurangi kebahagiaan kita menjalaninya.

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital, kita tetap dapat beribadah dengan maksimal dan insyaAlah memperoleh kemenangan di hari yang fitri nanti.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image