Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahman Tanjung

7 Novel yang Bisa di Baca saat Ramadan

Sastra | Sunday, 26 Mar 2023, 16:55 WIB
Seorang Wanita Membaca Buku di Perpustakaan (Sumber: pexels.com)

Tak terasa kita sudah berada di minggu pertama bulan Suci Ramadan tahun 2023 atau 1444 H. Seperti diketahui bersama, Ramadan merupakan bulan yang paling istimewa dan dinanti oleh umat muslim di seluruh Dunia, karena bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan rahmat, keberkahan dan ampunan, serta setiap amalan akan dilipatgandakan pahalanya.

Saking banyaknya keistimewaan tersebut, Rasulallah SAW pernah bersabda, "Seandainya umat manusia mengetahui pahala ibadah di bulan Ramadhan, maka niscaya mereka akan meminta agar satu tahun penuh menjadi ramadhan.” (HR. Tabrani, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi).

Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita mengisi Ramadan dengan sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya adalah dengan membaca, karena ada ungkapan yang menyatakan bahwa membaca adalah jendela dunia. Bahkan seorang tokoh penulis terkenal Indonesia, Almarhum Buya Hamka pernah berkata, "Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik"

Salah satu jenis buku yang bisa dibaca saat mengisi Ramadan ini adalah Novel. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Koleksi Novel Pribadi (Dok. Pribadi)

Berikut 7 (tujuh) Novel yang sarat makna yang bisa menjadi bacaan anda saat mengisi Ramadan ini:

#Novel 1: Sabtu Bersama Bapak

Novel ini sebenarnya sudah diangkat menjadi film layar lebar pada tahun 2016 dengan judul yang sama dengan Novelnya. Diperankan oleh Abimana Aryasatya, Deva Mahenra, Arifin Putra dan Acha Septriasa.

Novel karya Adhitya Mulya yang diterbitkan pada tahun 2014 ini menceritakan tentang kisah seorang anak laki-laki bernama Gilang yang menghabiskan waktu bersama ayahnya setiap hari Sabtu. Gilang sangat mencintai ayahnya yang selalu memberinya pelajaran hidup dan menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu hari ayah Gilang mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Gilang yang masih kecil harus belajar untuk menjalani kehidupan tanpa kehadiran ayahnya dan merasa sangat kehilangan. Namun, melalui pengalaman-pengalaman baru yang dialaminya, Gilang belajar tentang arti kesabaran, keberanian, dan keberhasilan dalam hidup. Novel ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan keluarga dan agama dalam menjaga keteguhan hati dan keberanian dalam menghadapi kehidupan.

#Novel 2: Bumi Cinta

Buat anda penggemar karya-karya Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik) seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih. Satu lagi Novel karyanya yang tak kalah menarik, yaitu Bumi Cinta.

Novel ini tebit pertama kali tahun 2010, yang mengisahkan tentang Muhammad Ayyas, seorang santri salaf asal Indonesia yang hidup di Rusia, negara yang memiliki pandangan bebas terhadap seks dan pornografi. Ayyas sedang menyelesaikan studi pasca sarjana di India dan harus melakukan penelitian di Rusia.

Kehidupan di negara mayoritas Ateis ini sangat sulit bagi Ayyas, karena ia sering mendengar komentar tentang primitifnya agama Islam. Namun, perannya menjadi sangat penting dalam memperjuangkan dan mengingatkan orang-orang bahwa Tuhan itu ada dan Islam bukanlah agama yang primitif.

Dalam novel ini mengajarkan kita agar menjadi manusia yang beriman, memiliki tekad yang kuat, serta melakukan perbuatan baik di mana saja, adalah sebagai identitas sebagai seorang Muslim yang taat.

#Novel 3: 99 Cahaya di Langit Eropa

Novel ini terbit pada tahun 2011 dan juga pernah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Novel karya sepasang suami istri, Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra menceritakan tentang perjalanan mereka berdua, ke sejumlah negara di Eropa untuk menelusuri jejak-jejak Islam di benua tersebut.

Dikisahkan dalam perjalanannya, mereka berdua mengunjungi berbagai kota di Eropa, seperti Istanbul, Turki dan Paris, Prancis. Mereka bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, termasuk orang Muslim dan non-Muslim, serta berinteraksi dengan komunitas Muslim di setiap tempat yang mereka kunjungi.

Melalui perjalanan ini, Hanum dan Rangga menemukan bahwa Islam di Eropa sangat beragam dan terkadang bertentangan dengan stereotip yang seringkali dianggap sebagai satu kesatuan. Mereka juga mengalami beberapa tantangan dan kesulitan, seperti ketidaknyamanan dalam menghadapi perbedaan budaya dan bahasa yang berbeda.

Namun, melalui pengalaman-pengalaman ini, Hanum dan Rangga berhasil menemukan 99 cahaya atau pelajaran yang berharga tentang kehidupan Muslim di Eropa. Novel ini memberikan perspektif baru tentang Islam yang damai dan rahmatan lil alamin.

#Novel 4: Surga yang Tak Dirindukan

Novel karya Asma Nadia ini juga pernah di filmkan pada tahun 2015 dan bahkan sampai dibuatkan menjadi trilogi. Novel yang pertama kali terbit tahun 2014 ini bercerita tentang kehidupan seorang wanita bernama Arini yang menikah dengan seorang pria bernama Prasetya.

Melalui kisah Arini, Asma Nadia menggambarkan berbagai persoalan dalam rumah tangga, termasuk kurangnya komunikasi dan perhatian antara suami dan istri, serta kesulitan dalam menjaga kesetiaan dan iman di tengah godaan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Novel ini mengajarkan pentingnya komunikasi, pengorbanan dan kesabaran dalam mempertahankan hubungan rumah tangga yang harmonis, serta mengajak pembaca untuk merenungkan makna surga yang sebenarnya dan kekuatan agama dalam menghadapi cobaan hidup.

#Novel 5: Pergi

Dari sekian banyaknya Novel karya Tere Liye, salah satu Novelnya yang berjudul "Pergi" yang diterbitkan tahun 2018 sepertinya layak untuk dijadikan bacaan inspiratif sambil mengisi Ramadan ini.

Novel yang memiliki genre action, drama, dan laga ini sebenarnya terkait dengan Novel dari Tere Liye sebelumnya yang berjudul "Pulang" dengan menampilkan tokoh utama yang sama bernama Bujang.

Berbeda dengan Pulang yang memiliki arti kembali ke hakikat kehidupan, Bujang dalam novel ini melakukan perjalanan petualangan untuk menemukan arti tujuan hidup dan makna yang terkandung dalam kata "Pergi". Selama perjalanannya, Bujang mengalami banyak hal dan menemukan cara untuk berdamai dengan masa lalunya yang menyakitkan, salah satunya saat dia menjenguk pusara orang tuanya.

Novel ini mengajak pembacanya untuk lebih memahami tentang proses menemukan arah hidup, mencari tujuan, dan menentukan langkah yang akan diambil melalui berbagai kenangan masa lalu serta menghadapi tantangan hidup yang sulit dalam menentukan arah yang akan diambil.

#Novel 6: Para Priyayi

Novel sebanyak 308 halaman ini merupakan karya dari Umar Kayam yang terbit pertama kali pada tahun 1992.

Dalam Novel ini, Umar Kayam menceritakan kisah tentang Soedarsono, seorang anak keluarga buruh tani yang diharapkan menjadi pemimpin keluarga Priyayi kecil. Berkat dorongan seorang asisten wedana, ia mendapatkan pendidikan dan akhirnya memasuki dunia birokrasi sebagai Priyayi pangreh praja.

Ketiga anaknya tumbuh sebagai guru opsir peta dan sukses melewati masa penjajahan Belanda dan Jepang. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "Priyayi" di sini? Apakah hanya status sosial, pandangan dunia, gaya hidup, atau semuanya?

Pembaca akan dibawa untuk lebih mengetahui dan memahami makna sebenarnya dari Priyayi itu, dimana dalam Novel ini seorang Priyayi harus kokoh pendiriannya dan tanpa pamrih dalam berjuang.

Priyayi selalu menjaga nama baik keluarga, dalam istilah Jawanya adalah: “Mikul duwur, Mendem jero” (menjunjung tinggi nama baik, mengubur dalam aib keluarga).

#Novel 7: Ada Surga di Rumahmu: 7 Keajaiban Orang Tua

Novel ketujuh yang saya rekomendasikan untuk menjadi bacaan di Ramadan ini merupakan novel karya Ustad Ahmad Al Habsyi yang terbit pertama kali pada tahun 2012 serta telah diangkat juga ke layar lebar pada tahun 2015 yang disutradarai oleh Aditya Gumay.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan yang sederhana pasangan suami istri, Umi dan Abuyadi dengan ketujuh anaknya yaitu Ramadhan, Raniah, Raziq, Rifqi, Ruzain, dan Raudah.

Dalam novel ini, penulis menyajikan tiga bagian cerita. Bagian pertama membahas bahwa surga terdekat adalah rumah kita sendiri dan terkadang kita sering mengabaikan surga yang melekat pada ayah dan ibu kita sendiri, sehingga dapat membuat kita sibuk mengejar surga di luar yang belum tentu menjamin kita masuk surga.

Bagian kedua membahas bahwa kita sering menciptakan kebahagiaan di luar rumah namun mengabaikan kebahagiaan di dalam rumah. Saat kita merasa senang atau mendapatkan banyak rezeki, kita cenderung membagi kebahagiaan dengan teman dan sahabat tanpa memberitahukan atau membagikannya dengan orang tua.

Bagian ketiga membahas bahwa banyak dari kita mencari kemuliaan atau Karamah dari orang-orang yang istimewa atau tempat-tempat tertentu, padahal sebenarnya kemuliaan atau Karamah dapat ditemukan pada orang tua kita.

Itulah ketujuh novel yang kiranya dapat dibaca dalam mengisi waktu Ramadan ini. Kira-kira, kamu sudah baca yang mana dari ketujuh novel tersebut? atau mungkin punya rekomendasi Novel lainnya? silakan tulis di kolom komentar ya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image