Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Ramadhan Bulan Literasi, Upaya Pencerdasan Umat dari Segala Kebodohan

Agama | Saturday, 25 Mar 2023, 08:51 WIB

Penulis: (Halawiyah, S.Ag.,M.Pd.I/Pendidik)

Allah SWT berfirman, "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)". (QS. Al-Baqarah: 185).

Bulan Ramadhan adalah bulan awal mula diturunkannya Al-Qur’an. Momentum agung pencerdasan manusia dari segala bentuk kejahiliyahan (kebodohan). Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang paling agung dan akan terus nampak hingga akhir zaman. Keberkahannya terus mengalir dan tak akan pernah terputus. Sebuah kitab suci yang akan selalu membimbing seorang muslim menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang menjadikannya imam, akan selamat dengan izin Allah, namun siapa yang tak menghiraukannya, maka cepat atau lambat kebinasaan akan menghampirinya.

Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW menunjuk pada ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan membaca sebagai kunci ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-„Alaq : 1-5)

Iqra atau perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Mungkin mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum turunnya Al-Qur’an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu tulisan sampai akhir hayatnya. Namun, keheranan ini akan sirna jika disadari arti kata iqra dan disadari pula bahwa perintah ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad SAW semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan. Hal ini disebabkan karena realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan bagi kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.

Perintah untuk “membaca” dalam ayat itu disebut dua kali yakni perintah kepada Rosulullah SAW. dan selanjutnya perintah kepada seluruh umatnya. Membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan, baik secara etimologis berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-buku, maupun terminologis, yakni membaca dalam arti lebih luas. Maksudnya, membaca alam semesta (ayatul-kaun). Kata “kalam” disebut dalam ayat itu lebih memperjelas makna hakiki membaca, yaitu sebagai alat belajar.

Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah. bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat.

Quraish Shihab, dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al-Quran, memaparkan perintah untuk membaca dan menuntut ilmu dalam pandangan Islam yang tercermin dengan jelas dan dimulai dari kata iqra. Tetapi, perintah membaca itu tidak bersifat mutlak, melainkan muqayyad (terkait) dengan suatu syarat, yakni harus “Bi ismi Robbika” (dengan/atas nama Tuhanmu).

Inilah momentum agung sang Maha Pencipta mengawali perintah bagi langkah kehidupan manusia dengan perintah membaca. Dengan membaca akan terbuka cakrawala ilmu dan akan terkuak segala kelemahan manusia untuk kemudian mengubah perilaku jahiliyah/kebodohan menjadi manusia cerdas yang berilmu dan memiliki iman yang kokoh. Sebagai motivasi Rasulullah pun berupaya mendorong umatnya untuk cinta membaca Al-Quran seperti dalam hadits berikut ini, yang artinya:

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-, beliau menuturkan, Rasulullah –shallalahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Quran), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Namun alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (H.R. At-Tirmidzi)

Demikian besar motivasi dari Allah dan Rasulnya untuk meraih keutamaan membaca Al-Qur’an. Akan tetapi tingkat literasi di masyarakat Indonesia ternyata masih rendah. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), tingkat literasi Indonesia perlu terus ditingkatkan karena saat ini masih menempati peringkat ke-62 dari 70 negara.

(Data diperoleh penulis dari :https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/02/04/literasi-indonesia-peringkat-62-dari-70-negara-menko-airlangga-dorong-kebiasaan-membaca.)

Kondisi ini merupakan tantangan kita bersama dan salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan akses terhadap sumber bacaan berkualitas. Bulan suci Ramadhan merupakan moment terbaik untuk mendongkrak kebiasaan membaca, motivasi spiritual religious yang sangat jelas, bahwa membaca adalah perintah Sang pencipta dalam kalam sucinya. Patut kita syukuri banyak elemen masyarakat yang berupaya menghidupkan bulan suci ini sebagai bulan literasi, seperti adanya pembiasaan tadarus Al Quran, baik di lingkungan sekolah, baik formal maupun non formal maupun masyarakat pada umumnya, seperti di Mesjid maupun Majlis taklim.

Tumbuh suburnya program Pesantren Kilat pada lingkungan tersebut dapat juga menjadi solusi mendongkrak kualitas dan kuantitas Litrasi masyarakat di bulan Suci Ramadhan. Agar memperoleh hasil yang maksimal maka harus ada evaluasi atas hasil kegiatan tersebut agar upaya peningkatan literasi berlanjut hingga di luar bulan Ramadhan dan motivasi untuk terus membaca sebagai kebiasaan baik yang terus berjalan. Insya Allah kaum muslimin akan makin sadar pentingnya literasi serta akan terhindar dari segala bentuk kebodohan. Semoga amin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image