Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Bullying Makin Marak, Generasi Semakin tak Berakhlak

Agama | Friday, 17 Mar 2023, 13:16 WIB

Bullying Makin Marak, Generasi Semakin Tak Berakhlak

Oleh : Siti Raudah (Mahasiswa)

Baru memasuki tahun 2023, pemberitaan mengenai aksi bullying dikalangan remaja semakin marak. Mulai dari kasus Anak SD yang gantung diri akibat dibully teman sekolah lantaran tak punya ayah, hingga kasus tiga pelajar di Makassar yang tewas usai minum miras oplosan pada selasa 21 Februari malam. AA (15), MRP (17), dan RF (16), meminum alcohol 96 persen dengan campuran coca-cola yang diduga dipaksa oleh para pelaku. Bagai fenomena gunung es kasus bullying remaja yang dilaporkan hanyalah sedikit dibanding kasus bullying lainnya yang tidak tercatat dan dilaporkan.

Bahkan data statistik tentang kasus bullying tahun 2015 hingga tahun 2022 menunjukkan pada tahun 2015, WHO melakukan survey yang menyimpulkan bahwa 21 persen atau sekitar 18 juta anak usia 13-15 tahun mengalami bullying dalam satu bulan terakhir. Survey GSHS juga menggambarkan 25 persen dari kasus bullying berupa pertengkaran fisik. 36 persen dialami oleh laki-laki yang dilaporkan lebih tinggi dari pada anak perempuan yang hanya 13 persen.

Data lain juga berasal dari survey Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) tahun 2018. Survey tersebut menyimpulkan bahwa 2 dari 3 remaja laki-laki dan perempuan berusia 12-17 tahun mengalami bullying. Pada tahun 2020 KPAI mencatat ada 119 kasus bullying terhadap anak. Tahun 2021 KPAI mencatat ada 53 kasus bullying terjadi dilingkungan sekolah, dan 168 kasus perundungan didunia maya.

Begitupun pada tahun 2022 KPAI melaporkan kasus bullying dengan kekerasan fisik dan mental yang terjadi di lingkungan sekolah sebanyak 226 kasus, termasuk 18 kasus bullying di dunia maya. Sungguh miris sekali melihat fenomena bullying yang semakin marak. Lonjakan kasus bullying tentu tidak bisa dianggap remeh karena jumlah kasusnya yang tidak sedikit. Tentu kita bertanya-tanya mengapa pemuda di zaman ini begitu mudah melakukan bullying, menindas, menyakiti, mencelakai, bahkan tak sedikit yang melakukan pembunuhan? Mengapa pemuda saat ini banyak yang tak berakhlak dan bersifat jahat? apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka?

Banyak faktor yang menyebabkan pemuda saat ini mengalami kemerosotan moral. Faktor-faktor tersebut diantaranya disebabkan dari lingkungan keluarga yang kurang mendidik anaknya, lingkungan sekitar yang cenderung cuek dari amar makruf nahi mungkar dan dari media saat ini yang seringkali menampilkan tayangan berbau kekerasan dan perkelahian.

Oleh sebab itu penting bagi orang tua untuk memahami perannya dalam membentengi anak-anaknya dari kerusakan moral. Akan tetapi upaya tersebut nampaknya cukup sulit karena kita hidup di sistem kapitalisme yang hanya menilai segala sesuatu dari materi dan segala sesuatu selalu dijadikan sebagai peluang bisnis. Berbagai kelas parenting yang diadakan untuk masyarakat sulit didapatkan dalam sistem kehidupan saat ini karena biayanya yang tidak murah. Padahal kebutuhan pendidikan agama bagi keluarga sangat dibutuhkan bagi semua orang tua namun negara nampak lepas tangan dari perannya dalam menyiapkan calon orang tua yang memahami peran dan tanggung jawab dalam mendidik anak.

Begitupun dalam sistem pendidikan. Sudah seharusnya sistem pendidikan saat ini berperan untuk mendidik generasi agar siap menjadi orang tua. Perempuannya harus diajarkan untuk menjadi calon ibu dan pencetak generasi peradaban. Sedangkan laki-laki diajarkan tentang perannya sebagai pemimpin keluarga. Hal ini sangatlah penting agar generasi siap saat menjadi orang tua dan bisa mendidik anaknya agar memiliki akhlak dan kepribadian Islam. Namun sayangnya sistem pendidikan sekuler lah yang berkuasa di kehidupan saat ini. Akibatnya masyarakat menstandarisasi kehidupannya atas standarnya masing-masing dan tidak memperdulikan halal dan haram.

Apalagi asas pendidikan adalah kapitalisme yang hanya mencetak orang-orang yang memiliki prestasi dunia. Akibatnya orang tua yang terbentuk dalam sistem kapitalisme hari ini adalah orang tua yang belum siap menjalankan tugas-tugas menjadi orang tua.

Berbeda dengan sistem Islam. Islam memiliki panduan dari sisi agama tentang bagaimana menjadi orang tua yang tidak hanya menyiapkan anak-anaknya untuk mengarungi kehidupan dunia akan tetapi agar bisa selamat sampai akhirat. Tugas orang tua dalam Islam adalah mampu mengembalikan anaknya dalam keadaan bersih tanpa dosa.

Pendidikan anak dalam Islam tentunya akan diintergrasikan oleh Negara yang sistem pendidikannya menerapkan kurikulum berbasis aqidah islam sehingga melahirkan kepribadian islam yakni pola pikir islam dan pola sikap islam yang sesuai dengan tuntunan Islam. Pendidikannya pun juga gratis dan berkualitas yang disediakan oleh Negara agar generasi bisa menjadi pemimpin peradaban bukan malah perusak peradaban. Sudah saatnya Negara menjadikan Islam sebagai solusi dalam mencegah kasus bullying agar generasi selamat dari kerusakan akhlak. Wallahu ‘alam bis shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image