Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Universitas Ahmad Dahlan

Bahaya Kimia, KKN UAD Dorong KWT di Bantul Pakai Pupuk Kompos

Eduaksi | Thursday, 16 Mar 2023, 13:30 WIB
Mahasiswa KKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Kelompok Wanita Tani Bantul dalam agenda pembuatan pupuk kompos (Foto: Istimewa)

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode 101 Unit VII.A.2 menyelenggarakan sosialisasi sekaligus praktik pemanfaatan sampah dapur menjadi pupuk kompos di Taruban RT 08, Padukuhan Ngringinan, Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Yogyakarta, pada Jumat (17-2-2023). Kegiatan tersebut menyasar Kelompok Wanita Tani (KWT) di daerah setempat sebagai partisipan.

Wisnu Alkhowarizmi Al Qurizmi, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UAD selaku pemateri menyampaikan bahwa kegiatan sosialisasi tersebut dilaksanakan sebagai upaya meminimalisasi sampah yang dihasilkan dari dapur, khususnya sisa-sisa sayuran dan buah-buahan.

“Pupuk kompos merupakan bahan organik, tidak menggunakan bahan kimia serta bebas bau sehingga sangat ramah lingkungan. Terbuat dari bahan alami seperti sisa kupasan bawang putih dan bawang merah, tangkai bayam, kangkung, dan lainnya. Sedangkan untuk medianya, kita bisa memanfaatkan galon bekas sebagai media pembuatan pupuk kompos agar mengurangi sampah plastik di lingkungan sekitar,” papar Wisnu.

Lebih lanjut, Wisnu menjelaskan proses pembuatan kompos. Pertama, siapkan alat dan bahan yaitu galon bekas dan pisau, setelah itu potong bagian atas galon kira-kira 10‒15 cm dari tutup galon dan sisakan kira-kira 5 cm sebagai engsel agar lebih mudah menambahkan sisa-sisa sampah dapur ke dalam galon. Kedua, lubangi galon di sisi-sisi galon sekitar 20 lubang sebagai tempat pembuangan gas yang dihasilkan dari pupuk kompos tersebut. Ketiga, berikan alas atau dasar berupa tanah setinggi 5 cm dan kemudian masukkan sisa-sisa sampah dapur yang berasal dari tumbuhan atau buah-buahan. Setelah itu, tutup dengan tanah secukupnya di atas sampah dapur yang sudah dimasukkan.

“Pengomposan ini memakan waktu kurang lebih 1‒3 bulan tergantung banyaknya sampah dapur yang dihasilkan. Untuk mempercepat pengkomposan, sebaiknya bahan sampah dapur di potong ke ukuran yang lebih kecil agar proses pengomposan lebih mudah diurai,” imbuh Wisnu.

Melalui arahan dari dosen pembimbing lapangan (DPL), Dr. H. Abdul Choliq Hidayat, M. Si., tim KKN UAD berharap dengan adanya kegiatan tersebut, KWT Ngringinan mulai menerapkan pupuk kompos untuk kebutuhan pupuk tanaman dan mengurangi penggunaan pupuk dari bahan kimia. Sehingga, secara tidak langsung mereka sudah berperan dalam mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah dapur yang dibuang sembarangan.

Senada dengan itu, salah satu anggota KWT, Fitriana menyampaikan apresiasi dari sosialisasi dan praktik pembuatan pupuk kompos dari bahan alami tersebut. Menurut pengakuannya, masyarakat di Padukuhan Ngringinan terbiasa menggunakan pupuk dari bahan kimia, sehingga dengan adanya agenda ini bisa menjadi inspirasi untuk membuat pupuk kompos dari bahan alami tanpa bahan kimia. Ia juga berharap, masyarakat lebih sadar tentang bahaya penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan mulai mempraktikan pembuatan pupuk kompos alami di rumah masing-masing. (tsa/guf)

uad.ac.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image