Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Irmina Ayu Lentera

Pencegahan Stunting Melalui Skrining Anemia pada Pelajar Kecamatan Jonggol

Eduaksi | Monday, 13 Mar 2023, 09:46 WIB

BOGOR - Puskesmas Sukanegara Jonggol melaksanakan program pemerintah dalam Aksi Bergizi untuk mencegah stunting. Puskesmas melakukan kegiatan edukasi gizi, skrining anemia pada remaja putri (Rematri), dan Penyakit Tidak Menular (PTM). Skrining anemia dilakukan di SMP dan SMA yang ada di wilayah kerja Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Program skrining anemia dibuat berdasarkan hasil dari keputusan ketiga kementerian, Kemenkes, Kemendikbud, dan Kemenag. Pengadaan program ini bertujuan untuk mendeteksi dini anemia pada remaja putri. Adapun program skrining anemia diliat melalui pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) yang di bawah normal atau kurang dari 12. Sasaran utamanya, yakni remaja putri kelas 7 SMP dan kelas 10 SMA.

Skrining anemia adalah kegiatan kolaborasi setiap tahun ajaran baru, antara pelayanan kesehatan masyarakat anak usia sekolah dengan gizi. Petugas Puskesmas bidang Austrem, Chairunisa Pertiwi, menyampaikan skrining anemia dinilai penting dilakukan untuk mendeteksi dini anemia pada remaja putri. Pasalnya, remaja putri mengalami menstruasi dan rentannya mengalami 5L sehingga mempengaruhi proses belajar.

“Skrining ini dilakukan karena remaja putri mengalami menstruasi yang membuat kehilangan darah cukup banyak. Kadar Hb yang rendah akan mempengaruhi proses belajar. Remaja putri juga rentan mengalami 5L: Lelah, Letih, Lemah, Lesu, dan Lunglai terutama saat tidak diimbangi dengan gizi yang baik. Selain itu, kegiatan ini sebagai langkah awal dalam mendeteksi anemia pada remaja putri,” ujarnya pada Sabtu (4/03/2023).

Sebelum dilaksanakan penjaringan kesehatan, para siswa melaksanakan olahraga fisik dan sarapan pagi bersama. Kemudian, remaja putri akan diarahkan untuk penjaringan kesehatan dari kepala sampai kaki. Kegiatan medis yang dilakukan antara lain pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, dan pemeriksaan Hb. Selain itu, remaja putri menerima tablet tambah darah yang nantinya diminum bersama dan diberikan penyuluhan terkait pencegahan anemia. Selepas penyuluhan, siswi diminta untuk mengisi aplikasi Ceria untuk membantu memantau konsumsi tablet tambah darah.

Hasil dari siswi yang mengikuti skrining selama ini cukup mengejutkan. Chairunisa Pertiwi mengatakan dari 136 ada 74 siswi SMP atau 54,41% yang terdeteksi anemia dan 32 dari 49 siswi SMA atau 65,3% terdeteksi anemia. Siswi yang terdeteksi anemia akan diberikan tata laksana berupa intervensi dan berada di bawah pengawasan tenaga medis.

Dwi Handayani, Nutrisionis Puskesmas Sukanegara menambahkan skrining anemia disebut sebagai pencegahan dini stunting. Remaja putri yang mengalami anemia memiliki potensi mengalami anemia ketika hamil. Perempuan hamil yang anemia dapat berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau prematur.

“Intinya hubungannya (stunting dan anemia) itu panjang. Stunting bukan masalah yang disebabkan karena satu atau dua hari, melainkan tumpukan masalah gizi yang terjadi secara kronis. Misalnya, remaja putrinya anemia, dia pun biasanya akan menjadi ibu hamil yang anemia juga. Pada saat ibunya hamil dan terkena anemia, ada risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bisa jadi prematur. Ke depannya, jika berat bayi rendah atau prematur, otomatis ada risiko stunting yang lebih tinggi. Jadi, karena sistemnya gizi seperti tabungan. Yuk! Kita cegah saat kita masih remaja. Khususnya untuk remaja putri yang nantinya jadi calon ibu,” ungkapnya saat menceritakan sangkut paut anemia dengan stunting.

Lebih lanjut, Dwi Handayani mengungkapkan tablet tambah darah bisa menurunkan potensi anemia dan mencegah stunting pada kelahiran bayi. Awal mula pembagian tablet tambah darah sebenarnya sudah berlangsung lama dengan target remaja putri hanya menerima. Keputusan mengonsumsi atau tidaknya dikembalikan kepada remaja putri, sehingga gugur kewajiban setelah membagikannya. Tahun 2021, ternyata remaja putri mulai terdeteksi anemia yang akhirnya menjadi indikator dalam gizi. Melihat hal ini, pemerintah memutuskan membuat program yang tidak hanya menerima, melainkan sampai tahap mengonsumsi tablet tambah darah. Tahun 2022, program skrining anemia semakin ditingkatkan sebagai media evaluasi kepatuhan dari konsumsi tablet tambah darah.

Dwi Handayani dan Chairunisa Pertiwi menyampaikan harapan nantinya angka anemia dapat turun dan mencegah anak mengalami stunting melalui pelaksanaan skrining anemia. Tenaga kesehatan juga akan terus mengupayakan edukasi pentingnya tablet tambah darah, anemia, dan stunting kepada pelajar disetiap kesempatan. Kolaborasi dengan pihak sekolah pun menjadi langkah lanjutan dalam memonitoring siswi terhadap konsumsi tablet tambah darah.

“Melihat hasil skrining yang telah dilakukan, sementara ini langkah yang akan diambil yaitu berkolaborasi dengan pihak sekolah. Diharapkan tenaga didik juga dapat melakukan kegiatan minum tablet tambah darah bersama walau tanpa kami, petugas puskesmas,” tutur perawat Nisa.

SMAN 1 Jonggol menjadi salah satu sekolah di Kecamatan Jonggol yang melaksanakan kegiatan skrining anemia dan penjaringan kesehatan. Salah satu guru SMAN 1 Jonggol, Endah Darmawanti menyambut baik kegiatan skrining anemia untuk mendeteksi anemia pada para pelajar di sana. Kegiatan ini diharapkan rutin dilaksanakan untuk mendukung proses belajar di sekolah, terutama terkait kesehatan siswi.

“Tentu kami sambut baik ya, karena ini program dari Dinas Kesehatan yang bagus khususnya untuk siswi. Apalagi siswa terutama yang perempuan mengalami menstruasi. Lalu, bagus juga untuk mendeteksi kesehatan para pelajar biar semakin konsentrasi saat belajar,” katanya mewakili pihak sekolah.

Devi (16), siswi kelas 10 SMAN 1 Jonggol dalam tuturnya juga mengatakan senang dengan adanya penyuluhan dan skrining anemia. “Pengetahuan baru tentang anemia dan pentingnya tablet tambah darah. Kami juga jadi tahu mengenai kadar Hb di tubuh kita. Kalo rendah dikasih anjuran untuk makan sayur, banyak minum air putih, dan rutin konsumsi tablet penambah darah,” pungkas dia.

Irmina Ayu Lentera.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image