Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image irfan adha

Atasi Fear of Missing Out dengan Joy of Missing Out

Gaya Hidup | Saturday, 18 Dec 2021, 16:38 WIB

Kita semua mengetahui bahwa di era informasi seperti saat ini media sosial merupakan hal yang “wajib” dimiliki oleh semua kalangan, baik yang muda maupun orang tua. Tidak mengherankan juga, sebenarnya kenapa media sosial bisa sangat diminati. Salah satunya karena memang media sosial merupakan wadah, bagi seseorang untuk mengekspresikan diri mereka dengan bebas. Mulai dari warga sipil, hingga kalangan public figure serta content creator sekalipun. Hal inilah yang menjadikan media sosial bukan hanya sebagai wadah, tetapi juga menjadi pusat informasi dan juga menjadi pusat lahirnya trend yang banyak orang ikuti. Hal ini juga yang mendorong lahirnya perilaku fear of missing out pada kalangan masyarakat, nah dalam artikel ini saya akan membahas apa sih itu fear of missing out dan bagaimana ya gaya hidup joy of missing out dapat melawannya.

Menurut Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013), fear of missing out merupakan ketakutan akan kehilangan informasi momen berharga tentang orang atau kelompok lain, di mana individu yang bersangkutan tidak dapat hadir dalam momen tersebut dan biasanya ditandai dengan keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet atau dunia maya. Secara sederhana fear of missing out dapat didefinisikan sebagai ketakutan akan ketertinggalan informasi yang sedang terjadi. Perilaku fear of missing out ini membuat seseorang selalu cemas apabila ia tertinggal suatu informasi dan trend terbaru, sehingga membuat sebagian orang cenderung membuang banyak waktunya memegang smartphone, hanya agar tidak tertinggal informasi terbaru. Hal ini dapat berdampak buruk pada tingkat produktivitas seseorang.

Namun, pada dasarnya manusia memanglah membutuhkan teknologi. Akan tetapi banyak juga orang yang terlalu mendewakan teknologi sampai-sampai ia lupa pada dunia nyata, ia terlalu banyak menghabiskan waktunya dalam dunia virtual dan tentunya berdampak pada psikologis seseorang. Dari sini lho, awal lahirnya joy of missing out sebagai sebuah solusi untuk melawan fear of missing out.

Kristen Fuller (2018), sebagai seorang dokter dan penulis dalam Psychology Today, mengatakan "pada dasarnya joy of missing out adalah tentang sesuatu, untuk menjadi puas dengan kehidupan saat ini". Perilaku gaya hidup joy of missing out memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalani hidup dalam ritme yang lebih lambat, lebih terfokus pada relasi dengan sesama manusia. Kemampuan untuk mengatakan tidak, yang memberikan ruang khusus terhadap diri sendiri agar terlepas dari ketergantungan teknologi. Serta untuk memberi kesempatan kepada diri sendiri agar merasakan segala emosi yang mada.

Jadi, joy of missing out ini sebenarnya lebih menekankan supaya manusia hendaknya tidak berlebihan dalam bermedia sosial atau ketika menjelajahi kehidupan di dunia maya. Serta menekankan agar seseorang lebih banyak melakukan interaksi dengan keluarga, saudara dan teman secara langsung. Sehingga kita dapat menyadari bahwa dunia nyata harus lebih diprioritaskan ketimbang dunia maya. Christina m Crook, yang merupakan salah satu penggiat yang juga mempromosikan gaya hidup joy of missing out, yaitu pengarang buku the joy of missing out, sekaligus pendiri JOMO TM mengungkapkan bahwa menjadi joy of missing out adalah suatu usaha mendapatkan momentum yang dilakukan secara sadar, yaitu untuk mengambil keputusan untuk terputus dari dunia internet dan menjalani kehidupan secara offline

Lalu apa ya esensi dari gaya hidup joy of missing out?

Nah, esensinya adalah menjalin relasi positif yang dalam dengan orang disekitar kita. Gaya hidup joy of missing out ini mengajak kita untuk menjalani hidup dengan lebih santai dan berfokus pada kehidupan saat ini. Robert Waldinger (2017), juga kembali mengungkapkan, bahwa seringkali orang berusaha untuk terus terkoneksi hanya agar tidak merasa tertinggal dengan apa yang terjadi atau dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain. Serta membuat momen yang harusnya momen face to face time dengan orang lain berubah menjadi face screen time.

Sabrina Barr (2019), menuliskan bahwa salah satu aspek dari gaya hidup joy of missing out. Yaitu, kemampuan untuk menikmati waktu sendirian dan tidak merasa pusing memikirkan apa yang sedang dilakukan orang lain di luar sana. Sendirian di sini bukan berarti kesepian, akan tetapi sendirian yang dilakukan secara sengaja agar dapat menimbulkan rasa nyaman, damai dan tentram. Serta agar dapat membuat kita berfikir untuk melihat segala hal dengan gamblang.

Lalu bagaimana ya caranya keluar dari jeratan fear of missing out ini?

Untuk keluar dari jeratan Fear of missing out, seseorang haruslah secara sadar berfikir untuk membatasi interaksi menggunakan media sosial. Karena, interaksi melalui media sosial sangatlah berbeda dengan interaksi secara langsung. Ketika kita berinteraksi melalui media sosial, kita tidak bisa merasakan emosi dan perasaan yang disampaikan oleh lawan bicara kita. Sejalan dengan pemikiran Annabel Maw (2018), bahwa joy of missing out dapat dialami ketika kita mulai menyadari hal-hal yang sedang kita lakukan, mampu mengambil keputusan untuk terpisah sejenak dengan media sosial dan fokus pada momen yang mada. Serta mulai membangun relasi yang real dan hangat dengan orang disekitar kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image