Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tyara Usrina Mahadatin

Promo Tanggal Kembar: Bikin Hemat atau Justru Boros?

Gaya Hidup | 2025-12-14 22:56:59

Setiap bulan, platform belanja online berlomba-lomba menggelar flash sale besar-besaran di tanggal “cantik” seperti 9.9, 10.10, 11.11, dan seterusnya. Penulisan ini merujuk pada kesesuaian antara tanggal dan bulan, misalnya 9.9 yang berarti tanggal 9 bulan 9. Tanggal kembar ini seolah sudah menjadi “hari raya belanja nasional” di era digital.

Namun, di balik banjir diskon dan voucher gratis ongkir, muncul pertanyaan menarik: apakah promo tanggal kembar benar-benar membuat kita hemat, atau malah membuat dompet jebol tanpa sadar?

Dari Hari Lajang Jadi Hari Belanja

Asal usul promo tanggal kembar dimulai dari Tiongkok. Pada awalnya, 11 November (11.11) dikenal sebagai Single’s Day, hari untuk merayakan kehidupan para lajang. Saat itu, para penjual menawarkan promo khusus bagi orang yang lajang, dengan berbagai penawaran menarik agar mereka dapat berbelanja dengan lebih menguntungkan. Kemudian pada tahun 2009, raksasa e-commerce, Alibaba mengubah momen itu menjadi festival belanja daring besar-besaran. Fenomena ini cepat menular ke Indonesia dan diikuti oleh berbagai platform seperti Shopee, Lazada, hingga TikTok Shop. Masyarakat menantikan tanggal-tanggal kembar bukan lagi karena makna angkanya, tapi karena kesempatan untuk belanja dengan hemat.

Antusiasme dan Respons Masyarakat

Di Indonesia, setiap kali promo tanggal kembar digelar, traffic e-commerce melonjak tajam. Tercatat pada kampanye 11.11 tahun 2025, kolaborasi Tokopedia dan TikTok Shop berhasil mencatat kenaikan transaksi masing-masing sebesar 176% dan 96% dibandingkan hari biasa (Kompas.tv, 2025). Bagi banyak orang, tanggal kembar dianggap momen paling tepat untuk mendapatkan barang impian dengan harga miring. Momentum ini pun dimanfaatkan dengan baik oleh Gen Z, kelompok konsumen yang memiliki kecenderungan belanja impulsif cukup tinggi (IDN Research Institute, 2024). Artinya, saat ada promo besar, Gen Z cenderung membeli barang yang sebelumnya tidak mereka rencanakan. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme terhadap diskon sering kali membuat orang membeli tanpa berpikir panjang.

Hemat Secara Harga, Boros Secara Perilaku

Secara matematis, potongan harga memang menurunkan biaya per unit barang, sehingga menimbulkan kesan seolah-olah lebih hemat. Namun, dalam praktiknya, perilaku konsumen sering kali berbanding terbalik, karena promosi yang gencar justru mendorong peningkatan total belanja yang tidak direncanakan.

Penelitian dari Suhardi et al. (2023) menemukan bahwa taktik pemasaran yang menggunakan isyarat kelangkaan (scarcity cues), seperti "diskon berakhir dalam 1 jam" atau "stok terbatas", secara efektif memanipulasi kecemasan konsumen akan kehilangan kesempatan (Fear of Missing Out/FOMO). Tekanan psikologis ini mematikan pertimbangan rasional dan memicu pembelian impulsif. Akibatnya, meskipun kita hemat pada satu item, kita menjadi boros secara keseluruhan karena membeli lebih banyak dari rencana awal.

Fenomena ini diperkuat oleh penelitian terbaru Anggita et al. (2025) tentang mental accounting. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa konsumen biasanya membagi uangnya ke dalam kategori-kategori tertentu di pikiran. Ketika seseorang merasa “diuntungkan” karena mendapatkan diskon, muncul anggapan bahwa ia memiliki sisa uang. Perasaan ini membuat orang merasa wajar menggunakan uang tersebut untuk membeli barang lain yang sebenarnya tidak diperlukan, daripada menyimpannya sebagai tabungan.

Lalu, Bagaimana Agar Tidak Boros Saat Tanggal Kembar?

Promo tanggal kembar sebenarnya bukan masalah. Namun, yang jadi masalah adalah cara kita menghadapinya. Berikut beberapa langkah sederhana agar tetap rasional saat berburu diskon:

· Buat daftar kebutuhan sejak awal. Tulis barang yang benar-benar dibutuhkan sebelum hari promo tiba.

· Tetapkan batas anggaran. Anggap promo sebagai “bonus”, bukan alasan menambah pengeluaran.

· Bandingkan harga terlebih dulu. Jangan langsung klik ‘beli’, lakukan survei harga agar tahu apakah diskon yang diberikan benar-benar menguntungkan.

· Tunda pembelian 24 jam. Jika masih ingin setelah sehari, berarti barang itu memang penting dan dapat dibeli.

· Ingat tujuan finansial. Selalu ingat target keuangan pribadi agar tidak tergoda melakukan pemborosan.

Dengan cara-cara ini, kita tetap bisa memanfaatkan tanggal kembar untuk berhemat tanpa malah menambah utang dan merasa sesal di kemudian hari.

Kesimpulan

Promo tanggal kembar memang memberi sensasi “menang banyak”, tapi kemenangan itu semu kalau akhirnya tagihan membengkak.Hemat yang sebenarnya bukan ketika kita mendapat potongan harga, tapi ketika kita bisa menahan diri dari membeli yang tidak perlu. Jadi, sebelum tergoda promo di tanggal kembar, pastikan Anda tahu mana yang benar-benar kebutuhan, dan mana yang hanya jebakan algoritma belanja.



Daftar Pustaka:

Kusuma, A. I. (2025). Tokopedia TikTok Shop Panaskan Akhir Tahun 2025 Lewat 12.12, Brand Lokal Tembus Pasar Asia Tenggara. Kompas.tv; www.kompas.tv. https://www.kompas.tv/info-publik/635291/tokopedia-tiktok-shop-panaskan-akhir-tahun-2025-lewat-12-12-brand-lokal-tembus-pasar-asia-tenggara?page=all

IDN Research Institute. (2024). Understanding and Uncovering the Behavior, Challenges, and Opportunities. https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-gen-z-report-2024.pdf

Suhardi, Y., Akhmadi, A., Darmawan, A. (2023). Fear of missing out, price sensitivity, and customer online impulse buying: The role of scarcity cues. JMSAB (Jurnal Manajemen dan Bisnis), 6(1), 171–184.

Anggita, W., Aprilian, R.I. (2025). Pengaruh Mental Accounting dan Norma Subjektif terhadap Consumptive Behavior Gen Z dalam Menggunakan E-paylater. Jurnal EMT KITA, 9(4).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image