Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ninis

Stunting Problem Sistemik, Jangan Kambinghitamkan Pengajian!

Khazanah | Wednesday, 22 Feb 2023, 14:33 WIB

Lagi-lagi publik dikejutkan oleh statement ibu Megawati Soekarnoputri yang terkesan menyalahkan pengajian. Dalam pidato tersebut beliau mengatakan "Saya melihat ibu-ibu tuh ya maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya beribu maaf, jangan lagi saya di-bully. Kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya? Iya lho maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu lho," kata Megawati di acara yang dihadiri Republika.co.id tersebut. Beliau terkesan menuduh dengan aktif kegiatan keagamaan (pengajian) menyebabkan anak-anak tidak diperhatikan gizinya sehingga menjadi stunting.

Tuduhan tak berdasar itu juga diprotes oleh Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Andi Nurpati. Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu mengatakan bahwa pengajian tidak dilakukan setiap hari. Seperti yang beliau tuturkan kepada SINDOnews "Sangat tidak pantas menyoal ibu-ibu pengajian, kenapa enggak menyoal ibu-ibu yang dugem (dunia gemerlap, red) ke diskotik? Ibu-ibu yang bekerja full day?" (Minggu, 19/2/2023).

Selain itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis juga menanggapi pidato kontroversial itu. Beliau menuturkan " malah dengan ikut pengajian, ibu-ibu jadi tahu dan peduli mengurus anak. Sebab, tidak ada ceritanya ibu-ibu rajin pengajian menjadi bodoh dan tidak kreatif ". Jangan usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji bebernya. (Khazanah Republika.co.id).

Tanggapan atas statement Ibu Megawati masih terus mengalir dari berbagai elemen masyarakat. Pasalnya statement tersebut, sama sekali tidak berdasar justru cenderung menuduh. Bagaimana Islam memandang menuntut ilmu, lantas benarkah ada kaitannya stunting dengan aktifnya ibu-ibu di pengajian?

Urgensi Menuntut Ilmu

Islam memandang aktivitas menuntut ilmu perkara yang urgent. Maka wajib sebelum beramal hendaknya mengetahui ilmunya terlebih dahulu, agar tidak salah beramal sehingga selamat dunia akhirat. Sehingga syari'at mendorong agar setiap muslim itu menuntut ilmu tak terkecuali perempuan atau yang notabene berstatus sebagai Ibu. Hal ini tercantum dalam satu hadis berikut:

Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia, maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat (selamat di akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR Bukhari dan Muslim).

Terlebih seorang ibu adalah pencetak generasi butuh banyak ilmu untuk mendidik anak-anaknya. Di tengah kehidupan sekuler ini ilmu agama minim di dapatkan dari bangku sekolah hingga kuliah. Bahkan ada wacana akan menghapuskan pelajaran agama yang hanya 2 jam per pekan. Wajar kini pengajian atau majelis ta'lim banyak bertebaran dan diminati orang-orang yang haus akan ilmu agama.

Negara seyogyanya mengajarkan Islam kaffah integral dalam kurikulum sekolah. Sehingga tidak hanya mampu mencetak individu yang cerdas, namun juga beriman dan bertaqwa. Selain itu, kurikulum berbasis Islam juga mencetak individu yang memiliki kesadaran politik yang tinggi. Ini yang akan menjadi bekal kelak ketika menjadi seorang ibu untuk mendidik anaknya agar menjadi muslim yang taat dan siap menjadi pemimpin masa depan.

Seorang ibu yang memahami Islam tahu bahwa anak adalah amanah dan berdosa jika menelantarkannya. Bahkan terkadang anak-anaknya yang masih kecil pun dibawa dalam rangka membiasakan anak suasana Tholabul ilmi (mengkaji Islam). Tak lupa menyiapkan bekal bahkan mainan dan kebutuhan anak juga dibawa agar anak juga nyaman. Dia paham betul bagaimana mengatur bagaimana antara amanah domestik dan publik agar bisa harmonis.

Stunting Problem Sistemik

Kemiskinan sejatinya akar masalah tingginya angka stunting di negeri ini. Masih banyak rakyat yang miskin bahkan mengalami kemiskinan ekstrem. Alih-alih memikirkan gizi anak, sekedar menghilangkan rasa lapar saja sudah syukur. Sejatinya stunting adalah problem sistemik, karena penerapan sistem kapitalis kekayaan hanya dikuasai oleh segelintir orang saja.

Solusi yang diberikan pun tak pernah menyentuh akar masalah. Yakni hanya dengan pemberian makanan tambahan berupa biskuit dan obat penambah darah. Namun ternyata tak juga mampu menuntaskan bahkan mengurangi kasus stunting. Sebab yang dibutuhkan bumil dan anak agar tidak stunting bukan hanya edukasi, namun dengan tercukupinya gizi dari protein hewani. Ini yang belum di support oleh negara, memastikan setiap rumah bisa mencukupi kebutuhan gizi keluarganya.

Mengkambinghitamkan pengajian dalam persoalan stunting tentunya tidak bijak. Justru terkesan melempar tanggung jawab atas kasus stunting pada individu terutama pada ibu-ibu yang aktif di pengajian. Seharusnya seorang negarawan dan pemangku kebijakan melakukan introspeksi diri dan segera berbenah bukan malah lempar tanggung jawab. Wallahu A'llam Bi Showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image