Waspadai Luka Batin Anak
Agama | 2023-02-13 13:31:10Dalam sesi sharing seorang anak dengan penuh amarah menyampaikan beban hidupnya yang selama ini masih tersimpan dalam hatinya. Siswa kelas X ini merasa kesal dan jengkel kepada ayahnya yang meninggalkannya sejak TK.
Dia menceritakan setiap ingat cerita ibunya anak tersebut begitu murka terhadap sosok ayahnya. Sampai detik ini "pemberontakan" itu belum reda. Bahkan kondisi itu muncul ketika melihat ibunya sendirian mencari nafkah untuk biaya sekolahnya dan adiknya.
Lain lagi dengan cerita siswa kelas XII. Dia Membenci ayahnya. Ayahnya tega meninggalkan ibu dan anaknya selama bertahun-tahun. Bahkan setelah mendengar bahwa ayahnya menikah lagi dan memiliki keturunan, sang anak ini bertambah amarahnya. Dengki, marah, kesal belum hilang.
Dua fakta di atas adalah kondisi real yang dialami banyak remaja. Beruntung dua anak ini ada media untuk berbagi, sehingga guru, orang tua dan pihak terkait bisa mengambil langkah-langkah.
Bukan tidak mungkin dialami oleh anak, siswa dan orang-orang yang kita cintai.
Orangtua Aktif Komunikasi
Ada anak yang pendiam, tidak mudah mengobral beban batinnya. Orangtua hendaknya proaktif untuk bertanya baik langsung maupun melalui teman terdekatnya. Carilah Waktu-waktu emas, semisal sedang makan, santai. Orang tua yang lebih paham kebiasaan anaknya. Ngobrol denga santai.
Teman dekatnya juga menjadi sumber penting. Kenalilah teman dekatnya. Pahamilah ke mana mereka biasanya nongkrong, dan seterusnya. Dari sini orangtua menggali informasi seperlunya.
Pantau Status Media Sosial
Hal yang mudah dipantau adalah melalui media sosial yang dimiliki anak. Dalam kondisi tertentu anak akan meluapkan di media sosial, semisal story whatsapp, facebook, IG dan sebagainya.
Luangkan waktu orang tua untuk memantau rutin. Dengan melihat "curhatan" di medsos orang tua akan paham apa yang dialami anak.
Jika Saki Hati Tak Tersalurkan
Jika beban jiwa tidak tersalurkan dengan baik, anak akan melampiaskan hal-hal yang membahayakan diri, semisal narkoba, hubungan bebas, atau berbuat maksiat dan dosa.
Orangtua yang bijaksana, akan melakukan berbagai upaya dan tindakan pencegahan. Tidak diam menunggu "bom meledak" dan itu akan menyulitkan.
Seorang ibu menceritakan perilaku anaknya di rumah yang suka marah dan menghardik ibunya. Sambil menangis dia bercerita. Ini juga bentuk pelampiasan.
Anak laki-laki yang kami ceritakan di atas, tidak mau bertemu dengan ayahnya.
Tentu keadaan semacam ini tidak bisa dibiarkan. Orangtua perlu bersikap legowo, rendah hati, sedikit mengalah. Jangan menuntut anak untuk patuh dan taat, karena mereka masih dalam kondisi "sakit". Orang tua, guru, adalah obatnya.
InsaAllah
Nasrun Minallah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.