Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Devi Nur Sugiarti

NU dan Berkah bagi Peradaban Islam

Lomba | Saturday, 11 Feb 2023, 23:57 WIB
sumber: min.wikipedia.org

Usia satu abad bagi berdirinya suatu organisasi menunjukkan bahwa perjalanan dan perkembangan yang dilalui memberikan banyak pengaruh bagi lingkungannya. Usia inilah yang saat ini telah dicapai oleh NU. Sehingga untuk memperingati usia tersebut pada tanggal 16 Rajab 1444 H, atau bertepatan pada 7 Februari 2023 digelar Peringatan Satu Abad NU di Gelora Delta Sidoarjo.

Pemilihan lokasi di Sidoarjo bukan tanpa alasan. Hal ini sekaligus menjadi sebuah tilik sejarah awal perjalanan Nahdlatul Ulama dalam mempersiapkan diri sebelum memberikan sumbangsih peradaban Islam. KH Hasyim Asy’ari beserta ulama lainnya pernah belajar di Sidoarjo. Tepatnya di Pondok Pesantren Siwalan Panji.

Hal tersebut selanjutnya dijelaskan oleh Rahmat dalam laman resmi NU. Terselenggaranya karena adanya keinginan meraup berkah dari para pendiri NU, beserta guru-guru dari para ulama pendiri. Itu artinya, Peringatan Satu Abad NU punya keberkahan tersendiri.

Mengulik lebih dalam pada berkahnya peringatan satu abad NU sebenarnya dapat dilihat dari berkah keberadaan NU itu sendiri di masyarakat. Hal inilah yang saat ini dirasakan umat Islam atas keberadaan NU. Melihat prinsip NU sendiri yang terdiri dari sikap toleran (tasamuh), adil (i’tidal), sikap tengah (tawasut), dan seimbang (tawazun), NU bertumbuh memberikan berkahnya. Tidak hanya untuk umat Islam khususnya, namun juga kepada lingkungan.

Berkah Cikal Bakal NU

Prinsip toleran (tasamuh), adil (i’tidal), sikap tengah (tawasut), dan seimbang (tawazun) pada dasarnya secara sederhana dapat dimaknai hasil dari rahmatan lil alamin. Mengapa bisa dimaknai sebagai hal tersebut, sebab NU mengupayakan kedamaian di tengah masyarakat, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi umat yang lain.

Padahal melihat awal mula berdirinya NU yang salah satunya dilatarbelakangi oleh keputusan Raja Ibnu Sa’ud yang bermahzab Wahabbi. Raja tersebut hendak menerapkan asas tunggal dengan Mahzab Wahabi di Mekkah dan hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah baik Islam atau sebelum Islam. Padahal peninggalan ini banyak diziarahi, namun dianggap bi’ah. Bagi kaum modernis Indonesia, hal tersebut dianggap baik. Namun ditolak bagi kalangan pesantren yang membela keberagaman.

Sikap kalangan pesantren yang membela keberagaman tersebut membuat kalangan ini dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada 1925. Selanjutnya berimbas pada tidak dilibatkannya sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang mengesahkan keputusan tersebut.

Tidak berhenti di sana, keinginan bermahzab yang bebas tetap gigih diupayakan oleh kalangan yang peduli terhadap pelestarian warisan peradaban. Kalangan pesantren yang mendukung tersebut terpaksa membuat delegasi sendiri dengan nama Komite Hejaz yang diketuai KH. Wahab Hasbullah.

Komite Hejaz ini selanjutnya bersama pesantren pendukungnya mampu mendesak Ibnu Saud. Desakan tersebut diikuti tantangan yang besar dalam menghadapi seluruh penjuru dunia, sehingga Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya. Hasilnya sampai saat ini ibadah haji bebas dilaksanakan sesuai Mahdzab masing-masing. Di samping itu, situs sejarah Islam dan sebelumnya terselamatkan.

Melihat perjalanan awal bagaimana KH. Wahab Hasbullah mengawali cikal bakal NU tersebut, berkah yang dirasakan untuk Islam sangat besar. Berkah sendiri memang tidak tampak sebagai benda, namun terlihat bagaimana perubahan suatu kondisi menjadi semakin baik dan berkembang. Dalam hal ini berkembang artinya ada yang hidup dan abadi. Terbukti berkah ibadah haji dan umroh yang saat ini di Mekkah tidak memandang mahdzab, bahkan sekarang lebih mudah dengan toleransi (tasamuh).

Berkah Masa Awal NU

Melihat manfaat yang begitu besar, perjalanan cikal bakal NU tersebut berlanjut pada pendirian NU. Sebelumnya Komite Hejaz yang mengatasnamakan diri sebagai organisasi Nahdlatul Ulama sebagai perwakilan ke Mekkah, justru menjadi organisasi sebenarnya. Saat itulah dianggap sebagai kelahiran NU, tepat pada tanggal 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344.

Di masa awal pendirian NU bergerak sebagai jam'iyah yakni sebagai organisasi keagamaan dan sosial. Tujuannya untuk memegang teguh pada salah satu mahzab imam empat. Keempatnya ialah Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah al-Nu'man, atau Imam Ahmad bin Hambal. Selain itu juga bergerak untuk mengerjakan apa saja yang menjadi kemaslahatan agama Islam.

Karena prinsip dan tujuan tersebut, NU mampu memberikan kenyamanan di tengah-tengah masyarakat. Pengikutnya semakin bertambah banyak dan berkembang dari tahu ke tahun. Menilik makna berkah kembali, dapat dilihat pada keinginan NU untuk kemaslahatan agama Islam. Prinsip ini sejalan dengan apa yang ada pada diri Rosululloh Muhammad Saw, yakni Rahmatan lil Alamin, atau Rahmat bagi seneluruh alam.

Prinsip tersebut kemudian berkembang pada pendidikan di Indonesia. NU mendirikan pesantren dan madrasah sebagai upaya untuk memajukan masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya, NU memasukkan kurikulum perpaduan ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Pada tahun 1936 NU juga mendirikan lembaga Ma'arif guna mengkoordinasi dalam kegiatan pendidikan. Hingga saat ini, lembaga tersebut masih beroperasi dan berkembang pesat.

Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa NU memiliki peran yang tidak hanya membela kebudayaan tradisional tetapi juga berorientasi ke depan. Tidak menghilangkan sejarah, tetapi juga pada masa depan pendidikan masyarakat Indonesia.

Berkah NU Perjuangan Bangsa Indonesia dan Umat

Dengan demikian diketahui bersama, perjalanan NU tidak berhenti soal pendidikan dan agama. Melainkan juga pada perjuangan bangsa. Mulai dari sebelum pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan saat ini.

Seterusnya, berkah NU tidak berhenti. Hingga satu abad NU yang telah dilalui saat ini, NU masih memberikan berkahnya di tengah-tengah perhelatan akbar. Keberadaan ulama dengan ilmu, dan doanya, memberikan berkah yang luar biasa. Tidak hanya bagi Indonesia, juga bagi umat Islam dunia pada umumnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image