Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agung Prima

Tokoh Nahdlatul Ulama Masuk Daftar The World's 500 Most Influential Muslims 2023

Agama | Thursday, 09 Feb 2023, 17:14 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (c) @yahyacholilstaquf

Tercatat 26 tokoh asal Indonesia masuk daftr The World's 500 Most Influential Muslims 2023 atau 500 tokoh Muslim paling bepengaruh di dunia tahun 2023. Di antaranya terdapat tokoh Nahdlatul Ulama yang memang setiap tahun sudah menjadi 'langganan'.

Daftar tersebut dirilis oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA) seiap akhir tahun. Di antara 26 nama tokoh yang masuk daftar itu, Indonesia harus bangga karena tiga orang di antaranya berada di urutan 50 pertama. Kaum Nahdliyin khususnya juga patut berbangga lantaran salah satu dari tiga orang itu adalah tokoh NU.

Selain Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang menempati peringkat 13, dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya di peringkat ke-30, ternyata NU juga menyumbangkan wakilnya. Ada sosok Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027, Yahya Cholil Staquf, yang berada di posisi ke-19.

Kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu sebelumnya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2022-2027 pada Muktamar NU ke-34 menggantikan KH Said Aqil Siradj yang sebelumnya juga pernah masuk daftar serupa. Gus Yahya juga merupakan Rais 'Aam Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu'tabaroh an Nahdliyyah (Jatman). Selain itu, Gus Yahya pun menjadi Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Profil KH Yahya Cholil Staquf

KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya merupakan putra dari salah saorang pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. M. Cholil Bisri. Adiknya, Yaqut Cholil Qoumas saat ini menjabat sebagai Menteri Agama di bawah kabinet Presiden Joko Widodo.

Lahir di Rembang, 16 Februari 1966, Gus Yahya tercatat pernah menimba ilmu di pesantren asuhan KH. Ali Maksum, tepatnya di Madrasah Al Munawwir Krapyak, Sewon, Bantul. Ternyata, Gus Yahya pun pernah berkuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, mengambil jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Di kampus, Gus Yahya aktif dalam organisasi ekstra kampus, yakni sebagai Ketua Umum Komisariat Fisipol UGM Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta periode 1986-1987.

Sementara, perannya di Nahdlatul Ulama dimulai menjadi Katib 'Aam PBNU masa khidmat 2015-2020. Kini jabatan Ketua Umum PBNU 2022-2027 diembangnya. Dalam dunia politik Gus Yahya juga pernah menjadi juru bicara Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Terbaru, pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Gus Yahya masuk Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sejak Mei 2018.

Perannya bukan cuma dalam lingkup nasional saja, karena Gus Yahya pun tercatat menjadi salah seorang inisiator berdirinya Institut Keagamaan di California, Amerika Serikat yang diberi nama Bait ar-Rahmah li ad-Da’wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin. Institut tersebut mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat untuk semesta alam.

Tak hanya sebatas itu kiprah Gus Yahya di Amerika. Sebab, pada tahun 2015, Gus Yahya pernah dipercaya Presiden Jokowi menjadi tenaga ahli perumus kebijakan pada Dewan Eksekutif Agama-Agama di Amerika Serikat-Indonesia. Dewan tersebut didirikan berdasarkan sebuah perjanjian bilateral yang diteken oleh Presiden Obama dan Presiden Jokowi pada Oktober 2015.

Gus Yahya juga pernah berkiprah di Eropa sebagai utusan Pimpinan Pusat GP Ansor dan PKB untuk jaringan politik yang tersebar di luar Indonesia, bernama Centrist Democrat International (CD), dan European People’s Party (EPP).

Pernah berpidato tentang resolusi konflik keagamaan di American Jewish Committee (AJC) menjadi pengalaman internasional selanjutnya bagi Gus Yahya. Menjadi pembicara internasonal juga sudah rutinitas tersendiri bagi Gus Yahya, seperti pada Juni 2018, dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel. Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menyerukan konsep rahmat, sebagai solusi bagi konflik dunia, termasuk untuk perdamaian Israel-Palestina.

Nama Gus Yahya pun pernah mendapatkan apresiasi dari tokoh-tokoh perdamaian dunia dalam perhelatan International Religious Freedom (IRF) Summit pada Juli 2021. Pidatonya berjudul "The Rising Tide of Religious Nationalism" (Pasang Naik Nasionalisme Religius) sempat mengguncang Washington, DC, Amerika Serikat kala itu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image