Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faridatus Sholihah

Kisah Slamet, Seorang Nelayan yang Beralih Profesi menjadi Mebelan

Gaya Hidup | 2021-12-17 10:10:14
Sumber gambar : Faridatus Sholikhah 2021

Rembang (KR) – Nelayan merupakan salah satu profesi di Indonesia, nelayan bekerja menangkap ikan dan hewan lainnya yang hidup di perairan, baik di air asin maupun di air tawar. Penghasilan nelayan, ini bergantung pada banyak tidaknya hasil tangkapan ikan yang diperoleh, hasil tangkapan tersebutlah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bekerja sebagai nelayan, pasti memiliki resiko, contohnya saja cuaca yang buruk sehingga gelombang ombak yang tinggi.

Slamet (50) salah satu nelayan di Kecamatan Kragan, Rembang, Jawa Tengah ini pernah bergantung pada hasil tangkapan ikan. Namun, sejak tahun 2014 Slamet berhenti dari profesinya sebagai nelayan. Slamet menceritakan penyebab ia berhenti menjadi seorang nelayan dan beralih membuka toko mebel.

“Penyebab saya berhenti jadi nelayan ini karena dulu saya pernah mengalami kecelakaan yang cukup fatal. Saat saya naik ke kapal, saya terpeleset dan mengenai baling-baling kapal. Akibatnya, baju bagian punggung saya terlilit dan mencekik saya,” kata Slamet, saat ditemui di bengkelnya, Senin (13/12/2021).

Akibat dari kecelakan tersebut, bagian punggung Slamet mengalami luka sobek yang cukup parah. Slamet bersyukur, baling-baling kapal tersebut tidak mengenai bagian leher. Dari kecelakan itu, ia mengalami sedikit trauma, sehingga memilih untuk berhenti menjadi nelayan, dan berpikir mencari pekerjaan lain, untuk membiayai ketiga anaknya yang masih sekolah, dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena Slamet sudah tidak bekerja selama dua bulan karena masa pemulihan.

Mulanya, Slamet membuka toko kayu kecil yang hanya menjual usuk dan reng untuk membangun rumah bagian atap, di depan rumahnya. Awalnya, Slamet membeli kayu limbah bekas pembuatan kapal yang masih layak untuk dijadikan reng dan usuk. Meskipun dengan modal uang seadanya, ia tetap menjalani dengan ikhlas dan kesabaran.

“ Tidak masalah dengan modal sedikit, yang terpenting kita punya niat, dan usaha, jangan lupa juga berdoa kepada Tuhan, meskipun toko yang saya buka kecil dan mungkin saja tidak mampu bersaing dengan toko kayu besar, namun rezeki kan sudah ada yang ngatur” kata Slamet.

Dari tahun ke tahun, toko kayu yang Slamet jalankan berkembang dengan baik, hingga saat ini, toko tersebut sudah dikenal dengan nama “UD. Kayu Bapak Slamet” yang sudah memiliki lahan toko sendiri, tidak di pekarangan rumah lagi. Saat ini, toko tersebut juga sudah menjual berbagai perabotan rumah, seperti almari, meja, kursi, dan berbagai barang lainnya yang terbuat dari kayu.

“Dulu, saya masih ingat sekali barang pertama yang saya buat adalah rak sepatu, pesanan tetangga saya. Awalnya, saya ragu apa saya bisa, karena saya tidak memiliki latar belakang soal perkayuan menjadi barang perabot, tapi saya pikir kalau tidak sekarang kapan lagi, dan Alhamdulillah hasilnya lumayan bagus untuk pemula”. Tutur Slamet dengan tersenyum, karena mengenang masalalu.

“Meskipun saya tidak memiliki anak buah tetap, mereka hanya membantu saya ketika mendapat banyak pesanan saja. Hal ini dikarenakan, pelanggan lebih merasa puas dengan hasil saya sendiri, lucu jika saya mengingatnya, padahal saya lulus SD saja tidak, sekarang malah buat perabotan dari kayu” Tambahnya.

Sudah hampir tujuh tahun, Slamet menggandrungi pekeraan sebagai pengrajin kayu. Tidak ada yang tahu takdir di masa depan, yang semula seorang nelayan kini beralih menjadi mebelan. “Alhamdulillah, usaha saya saat ini lancar dan dapat memenuhi kebutuhan, niat, usaha, dan doa selalu ditanamkan dalam hidup, juga jangan lupa untuk membantu sesama sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa” Tutur Slamet diakhir perbincangan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image