Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rina Mariana

Rajin Masuk karena Mu

Curhat | Wednesday, 08 Feb 2023, 10:57 WIB

CERPEN

Rajin Masuk Karena Mu

Karya : Rina Mariana, S.Pd

“Masa – masa paling indah masa – masa di sekolah”, penggalan lirik lagu Chrisye yang berjudul Kisah – Kasih di Sekolah itu selalu mewakili sebuah rasa yang menggambarkan betapa indahnya bangku sekolah. Apalagi ketika hati sudah mengenal rasa yang tak biasa kepada seseorang yang tiap kali bertemu membuat tingkah jadi serba salah dan apabila tidak bertemu membuat hati selalu rindu, iyaaaa masa putih abu –abu. Dimana pada masa ini boleh dikatakan masa dimana seseorang bisa mengukir jati diri, bahkan melukis kisah cinta...

Pagi ini, cuaca tak seperti biasa. Mentari seolah-olah enggan menampakkan wajahnya. Begitu juga dengan Rara yang tak mau beranjak dari tempat tidurnya. Tak seperti biasanya, gadis cantik yang lincah, super aktif ini biasanya pagi-pagi sudah siap mau berangkat sekolah. Rara panggilan akrab Syafira Juanita Karina seorang siswi salah satu SMA swasta yang kini duduk di bangku kelas XII.

“Tumben hari ini Rara telat bangun, kata Bu Rosa. Apa jangan-jangan dia sakit?(gumamnya dalam hati).

“Raaaa....Raraaaaa”, terdengar suara dari balik pintu kamarnya, dengan penuh rasa khawatir Bu Rosa membuka kamar nya , betul di dapatinya ia sedang dalam kondisi yang tidak baik, ternyata ia sedang demam.

“Astagaaa badan kamu panas banget sayang, kita ke dokter yuk”, kata bu Rosa kepada anak kesayangannya itu, bagaimana tidak dari kecil ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, ayah nya meninggal tepat di saat ia baru masuk kelas 1 SD, sejak saat itulah Bu Rosa mencurahkan segala cinta dan kasih sayang nya kepada anak semata wayangnya sampai dia pun rela untuk tidak menikah lagi.

“Ayo mama bantuin ke kamar mandi, sekarang kamu cuci muka dulu abis itu ganti baju kemudian kita ke dokter ya sayang yaa”...

“Iya maa,,,oya ma Rara belum sempat kabarin Bu Nisa di sekolah, nanti di kirain Rara males lagi ngga mau sekolaaaahhh”...

“Iya sudah mama telpon dulu iyaaa kabarin bahwa kamu lagi sakit.

Merekapun akhirnya ke dokter umum, setelah ke dokter, dokter mengatakan bahwa Rara mengalami gejala tipes, tapi untungnya cepat di bawa ke dokter jadi cepat di tangani.

“Raaaa,,,,jangan terlalu capek- capek sayang yaaa, ekstrakurikulernya di kurangin aja, Mama khawatir kalo kamu sampai sakit kayak gini lagi,”

“Iya maaaa sahutnya( Bu Rosa pun memeluk Rara).

Satu pekan lamanya ia absen dari sekolah karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk tetap masuk, selama satu pekan itu pula ia tidak bisa bertemu dengan seseorang yang selama ini membuat dia semangat untuk tetap masuk sekolah, semangat belajar sehingga dia selalu juara kelas, semangat mengikuti ekstrakurikuler dan kegiatan apapun di sekolah. Dia adalah sosok yang menurut nya sangat berwibawa, dengan karakternya yang lembut dan mempesona. Sosok laki-laki yang cuek tapi tidak sombong, yang membuat nya terkadang senyum-senyum sendiri apabila mengingatnya.

“Hehe kenapa si aku ini, ada apa dengan diriku kenapa aku mengingat terus wajahnya yang ngga bosen untuk di liat, lamunan Rara sudah mulai kemana-mana. Seketika lamunanya ambyaar, karena tiba-tiba Bu Rosa datang membawa makan siang dan obat untuk nya.

“Mamaaaa kagetin aja, (terlihat jelas wajahnya yang tersipu malu). “Gimana keadaannya sayang, udah mendingan sekarang? Tanya Bu Rosa.

“Udah maa,, Rara besok mau sekolah udah satu minggu Rara ngga masuk, pasti udah banyak tugas dari bapak/ibu guru.

“Iyaaaa kalau Rara merasa udah baikan, iya ngga masalah mama izinin,, tapi inget pesan mama jangan dulu capek dan jaga makanan, jangan sampai karena kangen makanan di kantin akhirnya lupa apa yang ngga di bolehin sama dokter.

“Iyaaa mama tenang aja, Rara juga ngga mau liat mama khawatir”, ujar Rara.

Keesokan harinya ia sudah mulai masuk sekolah, seperti biasa sebelum masuk kelas semua siswa berkumpul di lapangan untuk melakukan kegiatan imtaq pagi mulai dari sholat Dhuha yang dilanjutkan dengan membaca Al- Qur’an dan kemudian berdoa. Tapi hari itu terasa berbeda bagi nya karena baru masuk jadi dia tidak tau kalau ada peraturan baru lagi di

sekolah yaitu bahwa bagi siswa-siswi yang tidak mengikuti Imtaq pagi tanpa ada alasan akan didenda dengan uang sebesar 20 ribu perhari, pantes aja dia bingung ketika banyak diantara siswa dan siswi yang mengeluarkan uang 20 ribuan kepada anggota OSIS dan nama mereka pun di tulis.

Pelajaran yang di tunggu – tunggu pun tiba, dengan wajah yang penuh harap akhirnya dia kini sudah membayar rasa rindu karena selama satu minggu ini dia tidak pernah melihat wajah orang yang membuat nya selalu semangat di kelas.

Pak guru pun masuk kelas dan seperti biasanya tanpa ada basa basi, dia langsung menyuruh anak – anak mengumpulkan tugas yang kemarin belum selesai di kerjakan. Hari ini pelajaran Fisika, pelajaran yang menurut kebanyakan orang itu adalah pelajaran yang sangat sulit bahkan lebih sulit dari pelajaran matematika, tapi untung saja Rara sudah mengerjakan karena tadi malam dia sempat chat ke sahabatnya, teman sebangkunya, teman berbagi segala hal, nama nya Intan anak pindahan dari Jawa. Selama dia disini Rara dan Intan sudah seperti bersahabat lama, padahal mereka baru kenal setahun yang lalu, tapi keakraban diantara keduanya sudah seperti terjalin bertahun-tahun.

Ketika pelajaran berlangsung tanpa sadar Rara Mulai melirihnya dalam diam, perlahan menatapnya penuh kekaguman aaahhh...segera ia memalingkan pandangannya, (sambil senyum-senyum sendiri).

“Baiklah anak-anak silahkan siapa yang mau kerjakan di depan, pak guru tambahin nilainya, suara lembut itu membuka keheningan kelas,,,sontak saja Rara mulai merasa salah tingkah, tanpa dia sadarai Pak Dayat panggilan Pak Rahmat Hidayat seorang guru muda, tampan dan kharismatik. Lulusan Perguruan Tinggi Negeri dengan peringkat kelulusan Cumlaude, guru fisika yang banyak di kagumi siswi justru malah menghampirinya.

“Bagaimana keadaan kamu?” Tanya Pak Dayat sambil melihat Rara penuh kecemasan, seolah-olah dia pingin tahu banget keadaan Rara yang sebenarnya”.

“Alhamdulillah sudah baik Pak, (tumben banget Pak Dayat nanyain aku, biasanya kan dia ngga mau tau tentang siapapun, ujarnya dalam hati)”.

“Cieeeeee mulai ada yang perhatian niiiihhh, ledekan Intan membuat nya semakin merah merona.

“ Sssssstttt,,ngga usah keras – keras ngomongnya, ntar Pak Dayat denger lagi, aku kan jadi ngga enaaakkk.

“Oya ntar keluar main kita ke perpus iyaaa,,ajak Rara kepada sahabatnya ituuu.

“Iya udah, tapi aku beli minum dulu iya di kantin, kamu duluan aja nanti aku nyusul. “Okkeee, tapi ngga usah lama – lama.

Bel keluar mainpun berbunyi, anak-anak keluar dengan begitu cepat tanpa ada yang mau saling tunggu bahkan kalau yang laki-laki sampai saling dorong, tertawa mereka begitu lepas tanpa beban. Tujuan pertama adalah kantin. Dikantin cewek cowok rebutan untuk mengambil tempat masing-masing, mulai dari kantin satu sampai kantin enam penuh berjejalan, tidak ada yang mau antri dan herannya lagi ada beberapa diantara mereka yang perempuan sampai rela berdesak-desakkan dengan yang cowok. Tapi disinilah tempat serunya. Beda dengan Rara yang begitu keluar main dia lebih memilih ke perpustakaan, waktunya selalu ia habiskan disana untuk terus meng upgrade pengetahuannya. Walaupun dia lebih sering di perpus tapi bukan berarti dia tidak memiliki teman, justru karena dia gadis yang lincah dan aktif teman – temannya lebih nyaman kepadanya, tidak seperti kebanyakan siswa yang cerdas identik dengan diam.

“Assalamu’alaikum,” Terdengar dari balik pintu.

“Waalaikumussalam,” jawab Rara dan para pegawai didalam perpustakaan.

“Buk bisa pinjam buku paket fisika kelas XII gak? Tanya Pak Dayat kepada pagawai perpustakaan.

“Boleh dong paaakk,” Ucapnya sambil mengambilkan buku paket fisika.

“Mari Bu terima kasih”.( Kemudian dia keluar setelah dia mendapatkan buku yang dia cari).

“Sama – sama pak”.

Tiga puluh menit sudah, waktu istirahat pun berakhir. Rara bergegas masuk kelas bersama Intan. Pertanyaan Pak Dayat tentang kondisi nya tadi pagi selalu terngiang – ngiang di telingannya. Tumben selama ini Pak Dayat bertanya sesuatu yang tidak pernah biasa dia lakukan kepada siswa atau siswi nya. Tidak ada seorangpun yang pernah ditanya mengenai

kondisi kesehatan siswanya kecuali dalam hal pelajaran. Itu suatu hal yang tak biasa menurutnya.

Pelajaran selanjutnya pun tiba. Konsentrasi nya pun sempat terganggu dengan perhatian Pak Dayat tadi, tapi segera Rara sadar bahwa itu cuma sekedar perhatian biasa ngga lebih dari itu. Dia mulai fokus pada target awal, pencapaiannya pada akhir sekolah nanti harus bisa dia buktikan dengan mendapat nilai yang terbaik dan harus bisa menjadi juara umum. Sehingga dengan perasaan yang dia miliki selama ini tidak merubah prestasi maupun reputasinya justru itu menjadi motivasi terbesar yang pernah dia rasakan. karena sebentar lagi ada ujian nasional kurang dari dua bulan lagi dia akan meninggalkan masa paling indah dalam hidupnya dan akan melanjutkan study nya ke jenjang yang lebih tinggi.

Tidak terasa bel pulang pun berbunyi, anak – anak sudah tak sabar untuk menuju halaman parkir tempat dimana mereka memarkir kendaraan bagi siswa yang membawa kendaraan sendiri.

Pandangan Rara langsung menuju keluar halaman sekolah , karena biasanya Bu Rosa menunggu di luar sekolah.

“Mama mana yaaaa, kok ngga keliatan?” Tanya nya kepada Intan. Intan tidak akan pulang sebelum dia pastikan Rara ada yang jemput, begitupun sebaliknya.

“Iya kita tunggu aja dulu, mungkin lagi di jalan sahut Intan”.

Tak berselang lama, Bu Rosa pun datang. Dan mereka pun akhirnya pulang bersama – sama. Intan di jemput kakaknya dan Rara di jemput mamanya.

Dua bulan sudah berlalu, setelah melewati beberapa ujian mulai dari Tri Out atau uji coba, ujian sekolah sampai Ujian Nasional. Akhirnya tiba juga saat kelulusan. Semua siswa harap – harap cemas menanti hari kelulusan itu. Biasanya pada saat pengumuman banyak diantara siswa ataupun siswi yang nilainya tidak memenuhi standar kelulusan dan dengan berat hati pihak sekolah harus menyampaikan itu. Dan tidak jarang pula bagi siswa yang tidak lulus bahkan ada yang sampai stres tapi ada juga yang justru malah saling mentertawakan terutama yang laki - laki.

“Sesuai dengan harapan bahwa yang memegang nilai tertinggi pada tahun ini adalah, ujar Kepala Sekolah di akhir sambutannya”. Semua siswa saling pandang satu sama lain. Sudah pasti hati mereka sudah ngga sabar lagi melihat Surat Keterangan Lulus mereka.

Akhirnya tibalah waktu yang di nanti – nantikan. Bapak Kepala Sekolah meminta seorang siswi untuk naik ke atas panggung untuk di berikan penghargaan. Tidak lain dan tidak bukan dialah seorang gadis yang melukis cinta dalam prestasi, yang menjadikan cinta sebagai motivasi, yaitu Syafira Juanita Karina. Sontak semua mata tertuju padanya, meskipun siswa yang lain sudah menduga bahwa Rara lah yang akan menjadi juara umum di sekolahnya dan menjadi peringkat kedua di Kabupaten untuk tingkat SLTA. Bukan suatu pencapaian yang mudah, kehidupan nya begitu sederhana, Ibunya seorang singel parent yang berprofesi sebagai penjual donat, tapi tidak menyurutkan semangat belajar dalam dirinya.

Dengan hati yang berdebar – debar dia naik ke atas panggung, dengan penuh lirih dia mengucapkan sepatah dua patah kata.

“Terima kasih yang sebesar – besarnya untuk mama yang selama ini telah menjadi Ibu sekaligus Ayah yang sangat baik untuk Rara”(sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya) membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu jadi terharu dan bangga.

“Terima kasih juga kepada semua guru, teman – teman yang pernah menjadi bagian dan akan tetap menjadi bagian dalam perjalanan hidup saya, walaupun mungkin setelah ini kita ngga akan bisa sama2 setiap hari seperti biasa, karena kita akan berpisah untuk menjemput mimpi kita mengenyam pendidikan yang lebih tinggi demi masa depan yang lebih cerah”, pasti setelah ini kita akan saling merindukan”. Kata – kata yang keluar dari mulut Rara begitu dalam, ada guratan yang tak biasa dari wajahnya. “Sekali lagi terima kasih”.

Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 13.00, acara pun sudah selesai. Terlihat wajah – wajah yang saling menyayangi, berpelukan satu sama lain. Tanpa sengaja mata Rara tertuju kepada seseorang yang ternyata memperhatikannya juga dari tadi. Sorotan mata yang tak asing baginya, yang sudah di kenalnya selama tiga tahun ini.

“Maaa boleh ngga hari ini Rara agak telat pulangnyaa?” (sambil mengelus – ngelus

tangan Bu Rosa), soalnya mau ke rumah Intan dulu, katanya sih hari ini Intan langsung pulang ke Jawa, disana dia akan melanjutkan kuliahnya, ya kan Ntan?( sambil memandang sahabatnya itu penuh haru dan Intan pun mengangguk).

“Iya sudah, nanti kalau mau pulang kabarin mama ya, biar mama yang jemput?” “Ya maaa.”

Ketika keduanya mau beranjak keluar dari ruangan tempat dimana tadi acara pengumuman sekaligus perpisahan di adakan, tiba – tiba ada seorang siswi yang menghampiri Rara sambil menyodorkan selembar kertas.

“Ini untuk kamu Ra,,(sambil memberikannya kepada Rara),”

“Ini apa, dari siapa? Belum selesai pertanyaan, anak itu berlalu setelah memberikan kertas itu. Rara dan Intan saling berpandangan dengan penuh kebingungan. Di buka nya kertas tersebut dengan penuh rasa penasaran, kemudian di bacanya,

Selamat yaaa atas pencapaian ini, Saya ikut bangga dengan hasil yang kamu peroleh, mudah – mudahan kamu sukses dan kita akan bertemu di waktu yang tepat nanti”.

Salam Dayat

Tak terasa air mata nya tumpah membaca pesan singkat dari orang yang selama ini di cintainya dalam diam. (Rara dan Intan pun saling berpelukan).

selesai

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image