Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Widya Nurbayanti

Menghembuskan Namamu: Merawat Zikir di Tengah Riuh Dunia

Eduaksi | 2025-10-18 10:01:08
ilustrasi gambar diambil dari picart nayumi

Menghembuskan nama-Mu adalah konsekuensi logis dari rindu,sedangkan rindu adalah konsekuensi logis dari adanya cinta.

Telah lama rindu itu tumbuh dalam dada para kekasih Mu.Mereka yang setia menapaki jalan-Mu dengan pasrah.Mereka yang tak usainya mengutarakan rindu,meski dunia terus menolak pelukan nya.Mereka yang menyimpan cinta tanpa suara, tapi murni dalam tawa dan air mata.

Mereka yang selalu berzikir adalah para kekasih Allah.Bukan karena banyaknya lafaz, tapi karena tulusnya cinta.Mereka menghembuskan nama-Nya di setiap helaan napas,bukan karena kewajiban, tapi karena rindu.

Rindu untuk bertemu,rindu untuk kembali,rindu untuk tenang dalam dekapan kasih-Nya.

Dan bukankah zikir itu sendiri adalah wujud cinta yang paling Tulus?Cinta yang tidak menuntut balas,cinta yang hanya ingin mengingat dan diingat.

Zikir Merupakan Nafas Cinta yang Tak Pernah Padam

Di tengah dunia yang semakin riuh, zikir menjadi semacam pelabuhan sunyi.Ia bukan sekadar lafaz yang diucapkan di bibir, tapi napas cinta yang terus mengalir di dalam dada.

Zikir adalah cara hati bernafas tanpa zikir, hati sesak oleh dunia.Sebagaimana jasad membutuhkan oksigen untuk hidup,hati membutuhkan nama Allah untuk tetap bertahan dalam fitrah.

Ketika dunia menawarkan kebisingan,zikir menghadirkan ketenangan.Ketika dunia mengajarkan ambisi,zikir menumbuhkan pasrah dan sabar.Ketika dunia menuntut perhatian manusia,zikir mengingatkan bahwa cukup Allah yang melihat dan mencintai.

Ustadz Adi Hidayat pernah mengatakan,

“Zikir itu bukan penghalang aktivitas, tapi pengingat agar setiap aktivitas bernilai ibadah.”

Maka, zikir bukan berarti menjauh dari dunia,melainkan menghadirkan Allah di dalam dunia yang sedang kita jalani.

 Zikir di Era Digital: Tantangan Generasi yang Sibuk

Generasi sekarang terutama Gen Z hidup di era yang penuh distraksi.Notifikasi, dan arus informasi yang tiada hentimembuat hati mudah lelah dan kehilangan fokus spiritual.

Namun justru di tengah hiruk pikuk itulah, zikir menemukan maknanya.Zikir bisa menjadi pause button di tengah hiruk pikuk digital sejenak berhenti, menarik napas, dan mengingat siapa kita, dan kepada siapa kita akan kembali.

Kini, banyak anak muda mulai menemukan cara mereka sendiri untuk merawat zikir:

Mereka mendengarkan dzikir playlist saat belajar.

Membuat desain visual dengan kalimat Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Menulis caption syukur di media sosial: “Alhamdulillah for today.”

Menjadikan zikir harian sebagai bagian dari habit tracker digital.

Inilah bukti bahwa zikir tetap hidup di hati generasi baru hanya bentuknya yang menyesuaikan zaman.

Ketika Zikir Menjadi Gaya Hidup

Zikir bukan hanya tentang waktu-waktu tertentu, tapi tentang kesadaran yang terus hidup.Bangun tidur dengan “Alhamdulillah”,memulai aktivitas dengan “Bismillah”,dan menutup hari dengan “Astaghfirullah.”

Itulah gaya hidup seorang mukmin sejati:hidupnya tidak terpisah dari nama Allah.Zikir menjadikan setiap detik bernilai ibadah bahkan diamnya seorang yang berzikir lebih bermakna daripada bicara tanpa arah.

Allah berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Betapa indahnya hidup, jika Sang Pencipta mengingat kita karena kita tidak pernah lupa untuk mengingat-Nya.

Di dunia yang semakin bising,zikir adalah suara lembut yang menenangkan hati.Ia adalah napas ruhani yang membuat kita tetap hidup sebagai manusia bukan sekadar makhluk yang berlari di antara kesibukan tanpa arah.

Maka, mari kita rawat zikir,sebagaimana kita merawat napas kehidupan.Sebutlah nama Allah di sela tawa, dalam tangis,di jalan yang ramai, maupun di malam yang sepi.

Karena hanya dengan menghembuskan nama-Nya,kita akan benar-benar merasa hidup.Dan hanya dengan terus mengingat-Nya,kita akan benar-benar merasa pulang.

widya nurbayanti, mahasiwa UIN Syarif hidayatullah Jakarta, prodi ilmu alquran dan tafsir

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image