Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Atra Apriandini

Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama sebagai Simbol Kebangkitan Peradaban Islam di Bumi Indonesia

Agama | Saturday, 04 Feb 2023, 15:05 WIB
sumber gambar: unusa.ac.id
sumber gambar: unusa.ac.id

1.1 Mengenal Nahdlatul Ulama secara Singkat

Nahdlatul Ulama merupakan sebuah lembaga keagamaan Islam yang telah berkembang sejak masa pemerintahan kolonial dan masih sanggup bertahan hingga masa setelah Indonesia merdeka. Nahdlatul Ulama pertama kali didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan seorang pengurus pondok pesantren di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pada tahun 2021 diketahui jumlah anggota Nahdlatul Ulama telah mencapai angka 95 juta jiwa. Jumlah ini mengalami kenaikan drastis jika dibandingkan dengan data pada tahun 2013 yang hanya berjumlah sekitar 45 juta jiwa. Adanya kenaikan drastis ini dapat disebabkan oleh prinsip organisasi yang dianut oleh Nahdlatul Ulama, yakni mengedepankan ajaran Islam yang berbasis pada akidah Asy’ariyah dan berpedoman pada fiqih Madzhab Syafi’i. Selain itu, kenaikan jumlah anggota tersebut juga dapat disebabkan oleh sifat organisasi Nahdlatul Ulama yang selalu menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap budaya-budaya lokal yang berkembang di Indonesia. Namun, masih dengan catatan bahwa budaya-budaya lokal tersebut dipastikan tidak bersinggungan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadist.

Ajaran Islam yang bersifat “tradisional” tersebut dianggap cocok dengan semangat negara Indonesia yang berbasis pada Pancasila. Sehingga tidak mengherankan jika ajaran Islam yang dibawa oleh Nahdlatul Ulama dinyatakan sebagai ajaran Islam-Nasionalis. Hal tersebut juga sesuai dengan semboyan yang selalu digaungkan oleh Nahdlatul Ulama selama ini, yakni “Hubbul Wathan Minal Iman”. Semboyan tersebut memiliki arti bahwa sikap mencintai tanah air juga merupakan bagian dari iman yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu, ungkapan tentang kesetaraan agama dan nasionalisme juga datang dari tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, yakni KH. Hasyim Asy’ari. Beliau menyatakan bahwa agama dan nasionalisme merupakan dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah sebagian dari agama dan keduanya hidup berdampingan serta saling menguatkan.

Dari pandangan beliau tersebut dapat kita ketahui bahwa, pemikiran yang dianut oleh Nahdlatul Ulama mengenai ajaran Islam tidaklah bersifat radikal. Justru Nahdlatul Ulama memberikan dukungan nyata agar kehidupan bernegara didasarkan atas Pancasila, dan bukan berdasar atas salah satu agama saja. Hal tersebut dikarenakan latar belakang warga negara Indonesia yang tidak terdiri atas satu agama saja. Namun, warga negara kita ini terdiri atas banyak agama. Jadi akan lebih baik jika negara dijalankan berdasar pada prinsip Pancasila, yang di dalamnya memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk memeluk dan mempercayai agama yang dimiliki. Maka tidak heran jika kini Nahdlatul Ulama memiliki jumlah anggota organisasi keagamaan Islam terbesar di dunia. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa Nahdlatul Ulama selalu mengajarkan ajaran Islam yang berdasar atas toleransi dan sifat nasionalis.

Kata Nahdlatul Ulama sendiri memiliki artian sebagai “Kebangkitan Para Ulama”. Kata tersebut dipilih karena pada waktu pendirian organisasi ini, Jawa masih berada dalam masa penjajahan Jepang. Sehingga dengan mengedepankan prinsip Islam-Nasionalis, seperti yang telah dibahas sebelumnya, diharapkan mampu melahirkan para tokoh ulama yang memiliki peran besar untuk kemajuan negara di masa depan. Hal tersebut kemudian dapat dibuktikan dengan lahirnya ulama-ulama besar Nahdlatul Ulama yang memiliki peran vital untuk Negara Indonesia, baik pada masa sebelum kemerdekaan maupun masa setelah kemerdekaan. Sebut saja sosok KH. Abdul Wahid Hasyim yang memiliki peran penting baik pada saat sebelum dan sesudah kemerdekaan. Selain itu juga terdapat Presiden RI ke-4, yakni Abdurrahman Wahid yang memiliki andil besar dalam kemajuan Islam di dunia. Walaupun pemikiran dan langkah yang beliau berikan selalu dicap nyeleneh oleh banyak pihak, namun kelak dimasa depan banyak pihak yang terpukau atas pemikiran-pemikiran nyeleneh tersebut. Gaya pemikiran yang dimiliki oleh Presiden ke-4 RI tersebut selalu berlandaskan pada nasionalisme, kritis, dan agama. Sehingga pada akhirnya selalu mampu untuk menghadirkan solusi-solusi baru yang dikemas secara menarik.

1.2 Nahdlatul Ulama dan Sistem Pendidikan

Peran Nahdlatul Ulama dalam bingkai kenegaraan tidak hanya berhenti sampai pada masa kedua tokoh tersebut. Lebih dari itu, Nahdlatul Ulama kemudian hadir sebagai sebuah organisasi keagamaan Islam yang aktif mendukung program dari pemerintah untuk memajukan sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peran yang dimainkan Nahdlatul Ulama dalam bidang pendidikan, seperti pendirian pondok pesantren yang di dalamnya mengajarkan ilmu-ilmu terapan disamping ilmu agama, dan lembaga pendidikan perguruan tinggi yang masih berada dalam naungan Nahdlatul Ulama. Salah satu pondok pesantren dalam naungan Nahdlatul Ulama yang terkemuka ialah pondok pesantren Lirboyo, bertempat di Kediri, Jawa Timur. Di dalam pondok pesantren tersebut selain fokus mengajarkan ilmu-ilmu agama juga fokus untuk mengaarkan para santrinya tentang ilmu-ilmu sebagai hasil dari kemajuan teknologi, seperti ilmu komputer dan ilmu informasi.

Langkah selanjutnya yang diambil oleh Nahdlatul Ulama dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut ialah dengan mencoba mewujudkan visi misi organisasi yang telah disepakati ketika Muktamar pada tahun 2004 di Boyolali. Dimana dalam salah satu visi misi tersebut terdapat bagian yang membahas perihal kemajuan pendidikan akademik dan non akademik. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya peredaran PTNU, atau Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama, yang di dalamnya secara aktif mengajarkan ilmu-ilmu agama dan berbagai cabang keilmuan lainnya. Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama yang pertama kali hadir di Indonesia bertempat di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya yakni berada di Kota Surakarta. Pada saat ini, Perguruan Tinggi tersebut telah berkembang secara masif, sehingga mampu untuk menyediakan berbagai program studi meliputi jenjang D3, S1, dan S2 . Adapun program studi yang ditawarkan Perguruan Tinggi tersebut meliputi Ekonomi Syariah, Hukum Keluarga (Ahwal Al Syakhsyiyah), Pendidikan Agama Islam, Akuntansi, Manajemen Perusahaan, Manajemen, Ilmu Hukum, Teknik Industri, Teknik Mesin, dan beberapa program studi untuk jenjang Pascasarjana (S2). Keberadaan program studi yang beraneka ragam ini memberikan bukti nyata bahwa Nahdlatul Ulama bukan sekedar organisasi keagamaan yang memiliki fokus hanya pada ilmu-ilmu agama. Sekaligus mematahkan anggapan bahwa mereka yang selalu berpegang teguh pada agama akan tertinggal oleh geliat perubahan zaman di era globalisasi.

Lebih lanjut tentang Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama, pada saat ini keberadaannya di Indonesia telah mencapai angka 100 buah (seratus). Kemudian hal yang patut dibanggakan selanjutnya ialah jumlah Perguruan Tinggi tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya berada di Provinsi Jawa saja yang notabene sebagai daerah awal lahirnya organisasi ini. Jumlah tersebut merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi Nahdlatul Ulama yang bergerak sebagai pihak penyelenggara. Karena di dalam jumlah yang besar tersebut memberikan cerminan bahwa Nahdlatul Ulama telah benar-benar menerapkan visi misi yang dimiliki. Visi misi yang telah disepakati sebelumnya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat-kalimat pemanis hasil dari dilaksanakannya rapat terbuka. Akan tetapi, justru dengan adanya visi misi tersebut dapat menjadi tongkat tuntunan untuk organisasi agar dapat melangkahkan kaki kedepannya secara lebih baik lagi. Visi misi yang disinggung dalam hal ini ialah tentang misi Nahdlatul Ulama untuk membentuk pribadi berkarakter dan berakhlak mulia serta mengintensifkan program pembelajaran agar mampu unggul secara akademik dan non akademik.

Persebaran Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama yang jumlahnya telah mencapai seratus buah tersebut tidak lain dikarenakan oleh prinsip yang dianut oleh organisasi, yakni benar-benar ingin mewujudkan generasi yang unggul secara akademik dan tetap berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan hadist. Karena seperti yang kita ketahui bersama, pada saat ini telah banyak terdapat orang pintar yang lulus dari berbagai macam perguruan tinggi di dunia. Akan tetapi masih sedikit sekali alumni-alumni tersebut yang meletakkan prinsip hidupnya berdasar pada ajaran agama Islam (berlaku untuk mereka yang beragama Islam). Jika kita melihat hal ini dengan perspektif Bahasa Jawa, maka kita akan mengenal kalimat:

“Saiki pancen akeh wong sing pinter, nanging eman yen pinter e cuma dinggo minteri liyane.”

Kalimat tersebut dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai bentuk sindiran terhadap perilaku manusia pada masa kini yang selalu sibuk mengagung-agungkan kepintaran ataupun kekuasaan yang dimiliki. Namun, disisi lain ia dengan kepintaran atau kekuasaan tersebut justru mendatangkan kejelekan/ kemudharatan bagi orang lain. Kita sendiri tentu sudah akrab dengan hal tersebut. Karena pada saat ini telah banyak sekali contoh dari perilaku tersebut yag dapat kita lihat dan rasakan di kehidupan sehari-hari. Tidak perlu jauh-jauh untuk mencari contoh siapa yang dimaksud dalam kalimat tersebut. Cukup dengan mengaktifkan televisi ataupun berada di sosial media selama beberapa menit saja, maka kita akan segera menemui tentang siapa yang dimaksud dalam peribahasa tersebut.

Atas permasalahan dasar itulah Nahdlatul Ulama kemudian bertekad untuk dapat mencetak generasi baru yang memiliki pengetahuan luas, namun tetap di sisi lain masih memiliki hati nurani untuk membantu sesamanya. Karena di dalam ajaran Islam menyatakan akan sangat sia-sia jika seseorang yang berilmu tidak mampu mempergunakan ilmu tersebut untuk mencapai tujuan yang baik. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam terjemahan salah satu hadist berikut ini:

“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787).

Dalam terjemahan hadist tersebut memberikan penjelasan bahwa sebaik-baiknya manusia itu bukan diukur berdasarkan jumlah harta yang dimiliki. Juga bukan pula berpatokan pada tingginya jabatan atau gelar yang disandang oleh seseorang. Akan tetapi, yang dimaksud dengan sebaik-baiknya manusia dimata Allah SWT adalah mereka yang semasa hidupnya dapat bermanfaat bagi sesamanya. Allah tidak pernah membeda-bedakan status seseorang berdasarkan jumlah harta, jabatan, ataupun gelar yang dimiliki. Namun, manusia senantiasa berlomba-lomba menghalalkan segala cara untuk mencapai kriteria-kriteria duniawi tersebut. Mereka selalu menyombongkan berbagai kriteria hidup duniawi tersebut, hingga tidak menyadari bahwasanya Allah tidak menyukai jalan yang telah mereka pilih untuk mencapai kriteria hidup tersebut.

Di sisi lain, Nahdlatul Ulama kemudian menjelma sebagai sebuah organisasi keagamaan Islam yang memiliki visi misi untuk ikut serta dalam memajukan pendidikan. Sekaligus juga senantiasa untuk selalu memupuk para siswanya agar memiliki karakter yang luhur. Hal tersebut dikarenakan Nahdlatul Ulama tidak ingin melihat generasi bangsa ini kedepannya menjadi sebuah generasi yang hanya unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, namun nihil dalam bidang akhlak, etika, dan moral. Oleh karena itu, hadirnya Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan mampu untuk membawa kembali peradaban Islam yang pernah mengalami kejayaan pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid.

1.3 PTNU sebagai Simbol Kebangkitan Peradaban Islam di Indonesia

Jika kita sejenak menengok kembali tentang sejarah peradaban Islam pada masa kekhalifaan Harun Al-Rasyid, maka kita akan mengetahui sebuah fakta bahwasanya agama Islam saat itu tengah berada pada masa puncak kejayaannya. Dalam bidang pendidikan saja telah terdapat berbagai macam perubahan positif yang dihadirkan di Kota Baghdad. Kota Baghdad pada saat itu menjadi kota sentra peradaban Islam pada masa Khalifah Harun AL-Rasyid, sehingga di sana banyak ditemui ilmuwan-ilmuwan Islam yang mahir di bidangnya msing-masing. Contoh-contoh perkembangan pendidikan yang terdapat pada masa tersebut meliputi: Perpustakaan (Dar al-Kutub); Masjid Khan; Observatorium dan rumah sakit; Ribat dan Zawiyah; serta Madrasah. Keberadaan perpustakaan sebagai tempat penyimpanan berbagai macam buku membawa dampak positif dan membuat ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Dampak positif tersebut juga mengakibatkan adanya evolusi Masjid Khan menjadi Madrasah. Madrasah merupakan sebuah tempat yang memiliki fungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan, sekaligus juga menjadi lembaga pendidikan bagi umat Islam.

Selain itu, dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan di Baghdad juga dapat dirasakan dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, salah satunya yakni dalam bidang ekonomi. Akibat dari adanya kemajuan yang diraih dalam bidang pendidikan tersebut telah mampu melahirkan banyak ahli di bidangnya masing-masing, sehingga berbagai dampak positif pun mampu dirasakan pada masa itu. Hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah tentang sistem pendidikan yang selalu dijalankan berdasar pada ajaran Islam. Karena Kota Baghdad pada waktu itu dipimpin oleh seorang khalifah, maka sudah barang tentu jika praktik keagamaan Islam dijalankan sesuai dengan norma-norma yang sebenarnya. Hal yang dapat disimpulkan disini adalah jika ilmu pengetahuan dan ajaran agama dijalankan secara beriringan, maka akan didapatkan berbagai dampak positif dalam bidang kehidupan bernegara.

Bercermin atas pengalaman sejarah tersebut, maka Nahdlatul Ulama kemudian melakukan reformasi pendidikan dengan cara menata kembali praktik pendidikan yang ada dan mengevaluasi serta menyeimbangkan kurikulum pendidikan perguruan tinggi agar mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Sebagai contoh yakni Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia yang telah menghadirkan 6 (enam) fakultas dan 16 (enam belas) program studi yang dapat dipilih. Di dalam enam fakultas tersebut terdiri atas berbagai macam cabang ilmu pengetahuan, seperti ekonomi, hukum, ilmu sosial, keguruan dan pendidikan, teknik komputer, serta satu lagi fakultas yang menjadi ciri dari organisasi Nahdlatul Ulama, yakni fakultas Islam Nusantara. Melalui hal ini dapat dilihat bahwa Nahdlatul Ulama selalu berusaha melakukan pembaharuan sistem pendidikan dan juga selalu berusaha untuk mempertahankan ciri atau karakteristik yang dimiliki. Karena terdapat sebuah peribahasa yang menyatakan bahwasanya “Orang yang hebat adalah mereka yang tidak pernah melupakan asalnya.”.

Selain itu, untuk mendukung terciptanya generasi yang berwawasan luas dan berbudi luhur tersebut juga dibutuhkan bimbingan dari para dosen yang berkualitas pula. Hal tersebut dikarenakan, seorang dosen atau tenaga pendidik selalu memiliki peranan besar dalam keberhasilan anak didiknya. Oleh sebab tersebut, Nahdlatul Ulama selalu berusaha untuk menghadirkan tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas agar mampu menanamkan semangat Islamiyah melalui ilmu-ilmu yang diajarkan. Adanya penyesuaian sistem pendidikan yang dirancang dinamis ini ditujukan agar kelak mampu membawa kembali masa kejayaan Islam yang pernah ada pada kekhalifaan Harun Al-Rasyid. Nahdlatul Ulama melalui Perguruan Tinggi yang dimiliki selalu berusaha agar mampu mencetak generasi Islam unggul yang berwawasan luas, berpikiran moderat, serta berakhlakul karimah. Sehingga alumni-alumni yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di bawah naungan Nahdlatul Ulama tersebut mampu bersaing dan membawa perubahan positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.4 Tokoh-Tokoh Nahdlatul Ulama dan Peran yang Diberikan untuk Peradaban Islam

Pada saat ini, telah banyak kita jumpai tokoh-tokoh dari organisasi Nahdlatul Ulama yang memiliki peran besar dalam kehidupan bernegara. Beberapa tokoh yang memberikan peran besar tersebut akan coba diuraikan di bawah ini:

1. KH. Said Aqil Siraj

KH. Said Aqil Siraj adalah seorang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode tahun 2010-2022. Banyak pihak yang mengemukakan pendapatnya bahwa KH. Said Aqil Siraj ini memiliki gaya berpikir yang sama dengan Presiden ke-4 Republik Indonesia, yakni Presiden Abdurrahman Wahid. Nama KH. Said qil Siraj ini selalu muncul dalam daftar 500 muslim paling berpengaruh di dunia sejak tahun 2010. Hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan dari seorang anggota Nahdlatul Ulama dari Provinsi Jawa Barat ini. Sebelum mengulas mengenai peran apa yang dimainkan oleh beliau, maka akan lebih baik jika kita terlebih dahulu berkenalan dengan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama paling berpengaruh ini.

KH. Said Aqil Siraj merupakan putra dari pengurus pondok pesantren KHAS kempek yang berada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren, beliau kemudian meneruskan pendidikannya di beberapa perguruan tinggi Islam dunia. Ketika memperoleh gelar S1, beliau memilih mengenyam pendidikan di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Kemudia untuk memperoleh gelar S2-nya, beliau memilih Universitas Ummul Qura, Makkah dengan mengambil jurusan perbandingan agama. Tidak puas sampai di sana, beliau kemudian melanjutkan studinya dengan mengambil jurusan aqidah dan filsafat Islam di Universitas Ummul Qura, Makkah. Melalui latar belakang yang dimiliki ini, kita dapat mengetahui jika KH. Said Aqil Siraj tergolong sebagai orang yang sangat mencintai pendidikan. Beliau juga tidak merasa cepat puas dengan apa yang sudah dipelajari, terbukti dengan banyaknya ilmu yang beliau pilih untuk ditekuni.

Maka bukanlah menjadi hal yang mustahil jika nama beliau, KH. Said Aqil Siraj dapat bersanding dengan jajaran nama muslim paling berpengaruh di dunia. Peran besar yang telah beliau berikan untuk peradaban Islam baik di Indonesia maupun dunia juga tidak perlu diragukan lagi. Salah satu prestasi mentereng beliau untuk peradaban Islam dunia ialah menyelenggarakan acara International Summit of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL). Kegiatan tersebut merupakan sebuah reaksi dari muslim Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama dalam menyikapi adanya terorisme yang mengatasnamakan Islam. Selain itu, peran yang diberikan oleh KH. Said Aqil Siraj selama masih menjabat sebagai PBNU ialah dibukanya kerjasama antara Nahdlatul Ulama dengan Afghanistan serta negara-negara Eropa lainnya. Nahdlatul Ulama dianggap sebagai sebuah organisasi keagamaan Islam yang mampu dijadikan tolak ukur oleh negara lain untuk menyebarkan perdamaian yang utuh.

2. KH. Yahya Cholil Staquf

Tokoh Nahdlatul Ulama selanjutnya yang memiliki peran besar dalam peradaban Islam ialah KH. Yahya Cholil Staquf. Peran beliau dalam memajukan peradaban Islam di dunia lebih banyak bersifat sebagai seorang pembicara. Seperti yang dilakukannya pada tahun 2018 sebagai seorang pembicara di dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel. Di dalam pembicaraannya tersebut beliau selalu menekankan tentang perdamaian dunia dan menawarkan solusi-solusi alternatif atas konflik yang tengah melanda. Selain itu, peran yang dimainkan oleh KH. Yahya Cholil Staquf juga berupa inisiatif untuk mendirikan institut keagamaan di California, Amerika Serikat. Institut tersebut nantinya akan berfungsi sebagai lembaga pengkajian agama Islam untuk masalah perdamaian dan rahmatan lil alamin.

3. Habib Luthfi bin Yahya

Kemudian tokoh Nahdlatul Ulama berikutnya yang memiliki andil besar dalam kehidupan Islam di dunia ialah Habib Luthfi bin Yahya. Habib Luthfi bin Yahya merupakan tokoh Nahdlatul Ulama yang memiliki peranan besar dalam terselenggaranya konferensi internasional bela negara yang dihadiri oleh berbagai ulama besar di dunia. Melalui konferensi tersebut para ulama dapat saling bertukar pikiran mengenai masalah perdamaian dunia. Selain itu, beliau kini juga menjabat sebagai anggota dewan pertimbangan Presiden Republik Indonesia.

1.5 Kesimpulan

Jika pada awal artikel ini kita masih mengenal secara singkat tentang Nahdlatul Ulama hanya sebagai organisasi keagamaan Islam. Maka pada bab kesimpulan ini kita akan mampu menemukan fakta bahwa Nahdlatul Ulama merupakan sebuah organisasi keagamaan yang lebih dari fakta singkat tersebut. Perkembangan demi perkembangan organisasi selalu dihadirkan sebagai bentuk perubahan menuju tingkat lebih baik. Organisasi yang pada mulanya hanya berfokus pada pengajaran agama Islam bercorak tradisional/ Islam Nusantara, kini telah berevolusi menjadi sebuah wadah organisasi yang mampu menghadirkan kader-kader berkualitas untuk kehidupan bangsa dan negara. Adanya visi dan misi organisasi yang telah disepakati bersama menjadi sebuah tongkat tersendiri untuk Nahdlatul Ulama dalam melangkahkan kaki menuju masa depan.

Peran aktif selalu diberikan Nahdlatul Ulama dalam berbagai bidang kenegaraan, salah satu yang paling menonjol ialah bidang pendidikan. Atas kepekaan sosial yang dimiliki, Nahdlatul Ulama kemudian gencar mendirikan perguruan tinggi yang di dalamnya aktif mengajarkan ilmu-ilmu agama dan berbagai cabang keilmuan lainnya. Pendirian perguruan tinggi yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia tersebut diharapkan mampu menjadi perantara untuk membawa kembali peradaban Islam yang ada pada masa khalifah Hasan Al-Rasyid. Seperti yang kita ketahui bersama, dalam masa khalifah tersebut kehidupan kenegaraan dapat berjalan dengan lancar. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini banyak ditemui para ilmuwan yang mahir di bidangnya masing-masing. Atas pengalaman sejarah inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan Nahdlatul Ulama mendirikan perguruan-perguruan tinggi tersebut. Karena Nahdlatul Ulama sebagai sebuah organisasi keagamaan Islam terbesar di dunia juga ingin menyaksikan ilmu pengetahuan dapat berkembang sejajar dengan ilmu-ilmu agama Islam. Maka tidaklah berlebihan jika kita mengandaikan keberadaan perguruan perguruan tinggi tersebut sebagai sebuah simbol tentang kebangkitan Islam di bumi Indonesia.

Sumber Referensi:

1. Ibrahin, Arfah. 2021. Kota Baghdad Sebagai Central Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyyah. (online), Vol. 3, No. 1, hal. 43-54.

2. Pongpronprot, Lalitphan. 2016. Baghdad: The City of Rise And Fall of Islamic Empire.

3. NU Online. Perguruan Tinggi Pertama Milik NU. https://nu.or.id/warta/perguruan-tinggi-pertama-milik-nu-6oeKi

4. PCNU Tulungagung. Visi dan Misi Utama Organisasi Nahdlatul Ulama. https://www.pcnutulungagung.or.id/visi-misi/

5. Mumazziq, Rizal. Peran NU Untuk Perdamaian Dunia. https://www.nu.or.id/opini/peran-nu-untuk-perdamaian-dunia-iPFdb

#lombanulisretizen #lombavideorepublika #satuabadnu #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image