Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maria Tanjung Sari

Tetap Rendah Hati di 2022 Dengan Segala Pencapaian

Gaya Hidup | 2021-12-15 20:31:23

Rasanya baru kemarin saya menginjakkan kaki di tahun 2020 dan sekarang ternyata sudah hampir melepas kenangan di 2021. Sungguh dua tahun ini merupakan hidup yang penuh dengan berbagai peristiwa yang saya alami. Tentunya banyak pembelajaran dalam setiap kehidupan yang dilalui apalagi dua tahun ini bisa dibilang kehidupan saya pun terdampak oleh pandemi yang diakibatkan virus Covid-19.

Bagaimana tidak, kebiasaan yang pernah saya jalani sebelum Covid-19 terjadi mengalami perubahan seratus delapan puluh derajat ketika pandemi terjadi. Belum lagi suami mengalami dampak pandemi dengan dirumahkan sementara dari pekerjaannya selama hampir kurang lebih 6 bulan. Alhamdulillah saat ini suami saya pun sudah mulai bekerja kembali.

Saya dituntut beradaptasi dalam hidup ini semenjak pandemi terjadi. Menjadi seorang wirausaha kecil-kecilan pun tak luput dari kehidupan kami semenjak pandemi, tepatnya bulan Juni 2020. Siapa sangka sampai tahun 2021 ini akan berakhir pun, saya dan suami masih memiliki usaha ritel menjual telur ayam kecil-kecilan secara online yang kami pasarkan hanya melalui broadcast WhatsApp.

Masih ingat dalam memori saya dimana kami harus berangkat pukul lima pagi menuju supplier telur untuk mengambil pesanan. Tak jarang kami harus berganti supplier ketika mendadak ada pesanan sehingga jam sepuluh malam pun kami masih berada di jalanan menuju supplier telur lainnya.

Saya menyadari bahwa pandemic menyisakan berbagai cerita yang luar biasa dalam hidup. Saya menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh menyikapi kondisi finansial keluarga yang terkena imbas pandemi. Selain itu hemat juga merupakan kunci kami bisa bertahan hidup. Mengatur pengeluaran dengan cermat sudah menjadi kebiasaan kami semenjak pandemi datang.

Pandemi dan Keberanian Berwirausaha

Tak pernah terpikir dalam benak saya untuk menjadi seorang pedagang atau lebih tepatnya membuka suatu usaha. Takut bangkrut, takut tidak punya modal cukup dan berbagai ketakutan lainnya pernah menghinggapi pikiran saya. Apalagi saya dan suami sebelum pandemi sama-sama bekerja di luar sehingga tak terlintas sedikit pun untuk berwirausaha.

Namun kembali lagi, jalan hidup tak pernah ada yang tahu. Virus Covid-19 pun juga tak pernah meminta izin untuk hadir di antara manusia di seluruh dunia. Saya menerima dengan ikhlas kehadirannya dan berbagai dampak yang terjadi.

Tak mau berpangku tangan selama terkena dampak pandemi, saya pun menggagas untuk membuka usaha berjualan telur ayam. Mengapa sih harus jualan telur ayam? Karena telur merupakan bahan pangan yang tergolong murah, mudah didapat dan juga bisa dimasak dengan kreasi apapun. Saya mengambil contoh keluarga saya sendiri yang hampir setiap minggu selalu membeli telur untuk persediaan di dapur.

Awalnya kami hanya bermodal beberapa ratus ribu rupiah memulai usaha berjualan telur. Perkenalan pertama tentu saja kepada para tetangga dekat. Melalui grup WhatsApp PKK, saya memberi informasi bahwa saya berjualan telur ayam. Keunggulan membeli telur di kami adalah bisa diantar selama masih di area komplek perumahan dan tentu saja bebas biaya antar!

Setelah satu bulan berjalan, akhirnya saya dan suami punya ide untuk merambah ke beberapa kebutuhan pokok lainnya seperti beras, gula, mie instan, dan minyak goreng. Pikiran kami sederhana saja waktu itu. Kami menjual kebutuhan pokok yang dibutuhkan tetangga ketika malam-malam mereka kehabisan. Dan benar saja, kami sering menerima pesanan di malam hari apalagi ketika hujan datang.

Bersyukur sekarang warung sembako kami sudah memasuki tahun pertama berdiri. Dengan berbekal spanduk sederhana yang kami ikat di depan pagar, bukan hanya tetangga komplek yang tahu namun juga ada warga komplek lain yang memesan sembako dari kami.

Yang paling membuat saya senang adalah, warung kami sudah ada di Google Map! Walau masih tergolong warung kecil, tapi kehadirannya banyak memberi hikmah bagi saya dan suami untuk tetap optimis meski masa pandemi datang di kala itu.

Pandemi dan Tekad Menjadi Seorang Bloger

Baru tahun 2019 saya mulai memberanikan diri menulis di blog. Lalu pada tahun 2020 saya mantap menyebut diri sendiri sebagai seorang bloger. Awal saya menulis di blog adalah melatih kemampuan menulis terlebih dahulu. Dulu saya berpikir menulis adalah bakat dari lahir yang dimiliki oleh seseorang. Namun kemudian ternyata saya keliru karena menulis bisa dipelajari kok.

Tahun 2020 bersyukur sekali saya banyak tergabung di beberapa komunitas bloger sehingga relasi pun semakin luas. Saya pun mulai mendapat penghasilan sampingan dari menulis di blog. Hingga akhirnya di tahun 2021 sudah mulai banyak job berdatangan pada beberapa blog yang saya kelola. Untuk diketahui bahwa saya memiliki beberapa blog yang sudah mulai dikenal oleh beberapa brand dimana meminta saya untuk mengulas suatu produk.

Jatuh bangun pastinya ada dalam mengelola blog-blog saya. Banyak yang harus dikorbankan seperti jam tidur, rasa lelah selepas pulang kerja dan tentu saja waktu luang. Namun entah mengapa saya sangat menikmati proses tersebut. Perlu diketahui bahwa saya masih bekerja di sebuah perusahaan swasta namun saya bersikeras untuk menjadi seorang bloger di sela-sela kesibukan bekerja. Hal ini dikarenakan pekerjaan seorang bloger tidak ada batasan usia dan juga bagi saya tulisan yang bermanfaat merupakan amal jariyah bagi seorang manusia ketika dia sudah tidak ada di dunia kelak.

Tentu saja pencapaian di tahun 2021 ingin saya lanjutkan kembali di tahun 2022 bahkan jika Tuhan berkenan pencapaian tersebut bisa lebih dari yang saya harapkan.

Menjadi Rendah Hati di Tahun 2022 Dengan Segala Pencapaian

Meskipun pencapaian saya tidak sebesar dan sehebat orang-orang di luar sana namun menjadi orang yang tetap rendah hati merupakan impian saya sejak dulu jika suatu saat kelak menjadi orang sukses. Aamiin. Bagi saya pribadi tahun 2020 sampai 2021 justru banyak mendapat keberkahan hidup dan juga jalan menuju kesuksesan versi saya.

Sukses versi saya bukanlah harus memiliki dompet dengan isi nominal yang banyak. Namun sukses versi saya adalah bisa bermanfaat untuk orang lain dan itu saya wujudkan ke dalam tulisan-tulisan yang ada di blog. Setidaknya blog yang saya kelola menjadi sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan. Ataupun jika ada tulisan organic berdasar pengalaman hidup saya, maka bisa menjadi inspirasi bagi orang lain yang membacanya.

Resolusi di tahun 2022 yang ingin saya raih tidaklah muluk-muluk. Saya masih ingin tetap eksis sebagai seorang bloger dan tentu saja bisa lebih mengembangkan warung sembako yang kami miliki. Intinya adalah saya ingin lebih baik di tahun 2021 dan tentu saja semakin produktif.

Usia bukan penghalang bagi saya untuk menjadi lebih produktif dibandingkan ketika masih berusia muda.

#retizencontentchallenge

#resolusikamu2022

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image