Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trya Azzahra

Year-End Anxiety: Kecemasan yang Muncul Menjelang Tahun Baru

Edukasi | 2024-12-20 16:37:41
Ilustrasi cemas akan pergantian tahun (Photo by Polina Tankilevitch: https://www.pexels.com/photo/a-woman-holding-a-sign-about-burnout-6024596/)

Setiap menjelang tahun baru banyak orang yang menulis resolusi untuk dirinya di tahun berikutnya. Resolusi ini bermakna bahwa mereka optimis dan memiliki target capaian untuk menjadi pribadi yang lebih baik pada tahun yang akan datang. Bagi mereka, tahun baru adalah tahun yang tepat untuk memulai langkah yang baru dan menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya. Maka dari itu, sebagian orang menyambut tahun baru dengan perasaan senang karna merasa bahwa “Wah akhirnya chapter baru terbuka..”, “Saya akan memulai langkah yang baru..’ dan banyak lagi bentuk optimis mereka dalam menyambut tahun yang baru.

Namun, alih-alih menyambut tahun baru dengan penuh kesenangan, tidak sedikit ditemukan bahwa sebagian orang lainnya justru menyambut tahun baru dengan kecemasan yang berlebih. Fenomena ini dikenal sebagai Year-End Anxiety. Fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor, nah maka dari itu penulisan artikel bertujuan untuk menjelaskan mengapa sering terjadi kecemasan pada sebagian orang ketika menjelang pergantian tahun baru serta solusi untuk mengatasi fenomena tersebut. Jadi jika kalian salah satu dari sebagian orang tersebut yuk kita simak pembahasannya!

  • Ruminasi Terhadap Harapan yang Tidak Sesuai

Menurut (Snyder, 2002) Harapan adalah bentuk optimis seseorang ketika ingin mencapai target tertentu. Ketika seseorang merasa harapannya tidak terwujud ini akan menyebabkan perasaan kecewa dan cemas. Nah berhubungan dengan situasi dimana pada akhir tahun orang-orang cenderung melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri, melalui evaluasi diri tersebut seseorang yang merasakan perasaan gagalnya ini cenderung berpikir ruminasi. Apasih yang dimaksud dengan ruminasi? Menurut (APA, 2022) Ruminasi adalah proses memikirkan situasi yang buruk terus menerus sehingga mengganggu proses berpikir jernih untuk pemecahan masalah dan sering kali membuat pemikirnya terjebak dalam pemikiran negatif.

Ruminasi malah menyebabkan seseorang semakin terfokus pada kemungkinan terburuk atau kekhawatiran tentang apa yang tidak bisa mereka kendalikan. Misalnya ketika saya membayangkan situasi tentang tahun yang akan datang saya malah memikirkan segala hal yang mungkin salah atau tidak berjalan sesuai rencana. Saya terjebak dalam pikiran tentang kemungkinan kegagalan, “Apakah saya bisa mencapai tujuan saya” atau “Apakah saya akan terjebak dalam kegagalan yang sama” Jadi, ketika seseorang berpikir ruminasi, ia akan berfokus pada ketidakpastian akan hal buruk yang belum tentu terjadi dibandingkan mencari strategi untuk mencapai keberhasilan di tahun yang akan datang.

  • Sosial Comparison

Menurut (Festinger, 1954) Sosial Comparison atau Teori Perbandingan Sosial adalah perilaku dimana seseorang mengevaluasi dirinya dengan membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Fenomena ini sering kali terjadi di akhir tahun, karena pada akhir tahun kita banyak menyaksikan keberhasilan orang lain serta pencapaian orang lain, seperti konten “2024 recap” atau “2023 recap” yang tersebar di media sosial. Akibatnya, timbul perilaku membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita seringkali merasa tidak puas dengan pencapaian kita sehingga ketika melihat pencapaian orang lain, kita malah membandingkan diri kita seperti “Kok saya gak bisa kaya orang itu ya?”; “Kok usaha saya tidak sesukses dia?” atau “Kok pencapaian saya jelek dan pencapaian dia baik?”. Nah, perilaku seperti ini akan menyebabkan kecemasan berlebih karena kita akan merasa seolah kita tertinggal dan tidak memenuhi ekspetasi sosial.

 

  • Fear of Loss (Ketakutan akan Kehilangan)

Pergantian tahun baru juga sebagai bentuk re-minder atau pengingat bahwa waktu terus berjalan. Hal ini menyebabkan beberapa orang merasakan kecemasan karena merasa akan kehilangan momen yang terjadi di tahun yang akan berlalu. Beberapa orang dalam fenomena ini mungkin merasakan takut kehilangan. Menurut (Forodova, 2004) Fear of Loss merujuk kepada kecemasan yang di alami seseorang ketika menghadapi kemungkinan kehilangan suatu objek atau momen. Maka dari itu, perasaan takut akan kehilangan menjadi salah satu faktor penyebab seseorang merasakan kecemasan ketika menjelang pergantian tahun baru. Mereka cemas bahwa dengan bergantinya tahun mereka akan kehilangan hal-hal berharga yang ia temukan di tahun yang akan berakhir.

Refleksi

Faktor-faktor yang dijelaskan merupakan faktor penyebab yang paling sering di temukan dalam fenomena Year-End Anxiety. Jika kamu adalah salah seorang dari sebagian orang yang merasakan kecemasan menjelang pergantian tahun baru, cara yang seharusnya kamu lakukan adalah memahami dan mengubah kecemasan menjadi motivasi untuk tumbuh dan melangkah lebih baik ke masa depan.

Contohnya, jika kamu merasa cemas akan pergantian tahun baru sebab kamu merasa banyak harapan kamu yang gagal atau belum tercapai, cobalah lihat sisi positifnya. Seperti dari kegagalan tersebut, kamu belajar hal apa? Kamu menemukan pengalaman baru apa? Meskipun harapan kita tidak berjalan sesuai dengan ekspetasi kita, percayalah bahwa tidak semua hal harus sempurna atau terencana dengan baik. Yang perlu kamu lakukan adalah menerima kegagalan tersebut melalui prosesnya bukan hasilnya, kemudian tetapkan tujuan yang realistis sebagai alternatif, karena tahun baru adalah kesempatan untuk memulai lagi apa yang belum tercapai.

Lalu bagaimana dengan kecemasan yang datang akibat sosial comparison? Nah untuk mengatasi kecemasan ini yang perlu kamu lakukan adalah fokus dan percaya dengan apa yang sudah kamu capai. Setiap orang memiliki perjalanan yang unik dalam meraih pencapaiannya masing-masing. Makanya kita perlu untuk belajar bersyukur tentang apa yang kita dapatkan. Dan terakhir, jika kamu merasa cemas karena takut kehilangan hal-hal yang berharga, Sadarilah bahwa hidup ini fana dan penuh ketidakpastian, dan hal ini adalah bagian dari hidup kita. Percayalah bahwa perubahan di hidup akan terjadi. Setiap tahun yang baru akan membawa peluang untuk tumbuh, berubah, dan berkembang. Beranilah untuk menghadapi hal tersebut, karena dengan itulah kita akan menemukan kebahagiaan dan semangat dalam menghadapi tahun yang akan datang.

Referensi

Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human Relations, 117-140.

Forodova, A. (2004). Lost and Found: The Fear and Thrill of Loss. Psychodynamic Practice, 107-118.

Snyder, C. R. (2002). Hope theory: Rainbows in the mind. Psychological Inquiry, 249-275.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image