Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Rafi Goutama Gunandi

Motif dan Motivasi Serta Budaya dalam Organisasi

Politik | Thursday, 12 Jan 2023, 14:01 WIB

Organisasi dalam perjalanannya memiliki nilai budaya yang hidup dalam bentuk interaksi dan perilaku anggotanya. Budaya organisasi ini hidup dan memberi dampak pada banyak aspek dalam anggota, termasuk di dalamnya adalah motivasi berorganisasi. Motivasi berorganisasi dari anggota sebuah organisasi diduga memiliki korelasi dengan budaya dari organisasi itu sendiri. Artikel ini membahas konsep motivasi berorganisasi dan budaya organisasi secara independen, lalu kemudian membahas kaitan dari kedua konsep tersebut.

Motivasi berorganisasi ditemukan memiliki relasi dengan budaya organisasi berdasarkan tinjauan literatur. Penelitian dengan latar organisasi non-profit dapat memperkaya khasanah konsep motivasi berorganisasi dan budaya organisasi dalam konteks psikologi organisasi motif sering kali diartikan dorongan atau tenaga tersebut yang digerakan jiwa dan jasmani untuk berbuat memenuhi keinginan dan kebutuhannya, manusia melakukan berbabagi usaha, namun tanpa usaha yang maksimal tidaklah mudah untuk terpenuhi. Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang ada kekuatan yang mengarah kepada tindakannya. Lalu motivasi sendiri dapat didefinisikan sebagai seperangkat kekuatan energi yang berasal dari dalam tubuh individu, yang membentuk kepribadian dan yang menentukan wujud, arah, intensitas, dan durasi dari kepribadian tersebut.

Ada beberapa model motivasi yang sering diajukan yaitu, model tradisional yang sering disebut dengan model klasik, model ini dicetuskan oleh Taylor(1985), model ini mengatakakn bahwa motivasi pada seseorang hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis saja, khususnya untuk pekerja hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang. Model human relation yang dicetuskan oleh Mayo(2005) diartikan sebagai model hubungan manusiawi dengan penekanan pada kontak sosial yang merupakan kebutuhan bagu manusia yang bekerja dalam suatu organisasi

Dalam melakukan sesuatu, individu diharapkan mempunyai motivasi yang tinggi demikian pula dalam berorganisasi, individu yang memiliki motivasi ytinggi dapat dilihat atau dicirikan dengan sikap dan perilaku antara lain :

1.sikap menyatu dengan pekerjaan yang selalu memprioritaskan pekerjaan ;

2. Bertanggungjawab secara kreatif dan inovatif. Individu dalam bekerja berani menerapkan ide-ide yang menghasilkan kreasi dan inovasi baru ;

3.kemampuan memperhitungkan dan menanggung resiko. Individu mampu untuk memprediksi resiko yang ada di dalam pekerjaannya dan dapat mengambil keputusan yang baik Ketika mengahdapi sebuah kesempatana ;

(4) semangat kerja sama. Individu memiliki pandangan positif terhadap perjalanan pekerjaannya di masa depan;

6. Rasa memiliki. Individu menjadikan masalah pekerjaan seagai bagian pribadi darinya; dan

7. Keinginan umpan balik. Individu selalu menginginkan feedback dari pekerjaannya. Setiap orang memiliki perbedaan yang menghasilkan performa yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula.

Faktor-faktor individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), yakni kebutuhan dari individu sendiri; tujuan-tujuan (goals), sesuatu yang ingin dicapai individu dalam pekerjaannya; sikap (attitude), perlakuan dan pandangan individu terhadap pekerjaan; dan kemampuan-kemampuan (abilities), yakni kemampuan individu dalam pekerjaan. Faktor-faktor organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay), yakni seberapa besar upah kepada individu; keamanan pekerjaan (job security), yakni jaminan keselamatan fisik dalam pekerjaan; sesama pekerja (co-workers), yakni relasi dengan sesama pekerja; pengawasan (supervision), bagaimana atasan dalam mengelola karyawannya; pujian (praise), merupakan feedback positif dalam pekerjaan; dan pekerjaan itu sendiri (job itself).

Selanjutnya, Stokes (dalam Utamie, 2009) menyebut faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berorganisasi adalah kebutuhan, kewajiban, tugas kerja, kepuasan, komunikasi, dan frustasi. Setiap organisasi modern selalu berhadapan dengan tuntutan perubahan agar organisasi yang bersangkutan memiliki analisis yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian performa kinerja yang ideal. Performa kerja pada garis besarnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor motivasi dan faktor lingkungan kerja (Stokes; dalam Utamie, 2009), faktor motivasi memiliki hubungan langsung dengan performa kerja individual. Sedangkan faktor lingkungan kerja memiliki hubungan yang tidak langsung dengan performa kerja. Kedua faktor tersebut keberadaannya akan mempengaruhi motivasi kerja. Karena kedudukan dan hubungannya itu, maka sangatlah strategis jika pengembangan performa kerja individual dimulai dari peningkatan motivasi kerja Dari penjelasan di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berorganisasi dan kontekstual di Indonesia adalah menurut Djatmiko (2002) yakni tujuan organisasi, struktur organisasi, komunikasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi.

Budaya organisasi merupakan struktur yang berisi nilai, norma, sikap, harapan, dan perilaku yang diyakini bersama-sama oleh anggota organisasi. Budaya organisasi mengarahkan perilaku anggota organisasi, membuat anggotanya menjadi jelas mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dalam kondisi tertentu. Selain itu budaya organisasi memberi banyak pengaruh pada motivasi individu dan proses organisasi Menurut Miller (1987), aspek tujuan memberi penekanan bahwa anggota organisasi memiliki suatu kebutuhan untuk menegaskan harga diri. Harga diri tersebut tidak dapat dicapai tanpa adanya rasa turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih tinggi. Organisasi yang memiliki budaya yang kuat dapat mempunyai pengaruh yang bermakna bagi sikap dan perilaku anggota, sehingga dapat menjadi meningkatkan motivasi dalam berorganisasi Selanjutnya aspek konsensus yang diutarakan Miller (1987), menyatakan kebiasaan organisasi memberi kesempatan pada anggota untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan.

Keberhasilan dari organisasi dapat terlihat karena kemampuannya menghimpun gagasan bersama, serta membangkitkan motivasi kerja anggota untuk terus berpikir kreatif dan berinovasi. Hal ini sangat kuat keberadaannya bila budaya organisasi memberi kesempatan dan melibatkan semua aspirasi dalam pengambilan keputusan sehingga akan menambah motivasi kerja anggota karena rasa kepemilikan bersama terhadap organisasi mereka. Miller (1987) menyatakan bahwa aspek keunggulan berarti budaya organisasi menghargai kenyamanan baik bersifat psikologis maupun material. Apabila anggota organisasi merasa memiliki hak untuk memperoleh kenyamanan tersebut, secara otomatis organisasi menumbuhkan sikap anggota untuk selalu termotivasi dalam menjadi yang terbaik dan berprestasi lebih baik dari sebelumnya. Miller (1987) juga menjelaskan aspek kesatuan yang menerangkan sikap organisasi terhadap anggota yang tidak melakukan pemihakan terhadap kelompok tertentu dalam organisasi. Menurut Robbins (2003) sikap organisasi merupakan muatan komponen kognitif, afektif dan perilaku, sehingga budaya sebagai pengontrol dapat menjadi pegangan, agar motivasi kerja terus tertanam dalam organisasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image