Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Santuso

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Takmir dalam Mengelola Masjid

Agama | Tuesday, 14 Dec 2021, 16:57 WIB
masjid (sumber gambar: pixabay.com)

Mengelola masjid merupakan suatu aktivitas yang mulia. Dari pengelolaan yang baik, masjid akan dirasa besar manfaatnya oleh masyarakat. Masyarakat dapat melakukan ibadah dengan khusyu’ dan nyaman di masjid. Oleh sebab itu, penting kiranya takmir masjid mempelajari manajemen pengelolaan masjid yang baik itu.

Mengelola masjid bukan sesuatu yang simpel. Jika salah manajemen, bukan hanya jamaah saja yang akan merasakan dampaknya, bahkan takmir pun bisa berdosa karenanya.

Berikut ini unek-unek dan saran penulis kepada para pengelola masjid.

1. Fasilitas Wudhu’ Wanita

Poin pertama yang ingin penulis sampaikan kepada pengelola masjid ialah terkait fasilitas tempat wudhu’ untuk kaum hawa. Tidak jarang penulis dapati tempat wudhu wanita dibangun dengan ruang terbuka sehingga dapat terlihat dari luar. Akibatnya, laki-laki bisa melihatnya.

Ketika wudhu, wanita membuka auratnya. Pada saat itu, seharusnya wanita terjaga auratnya dari pandangan laki-laki non-mahram. Untuk itu, penulis menyarankan takmir masjid membangun fasilitas tempat wudhu wanita dengan ruangan tertutup agar auratnya tidak terlihat saat ia wudhu.

Poin ini jangan dianggap remeh. Sebab, membiarkan tempat wudhu wanita terbuka (sehingga terlihat auratnya di hadapan laki-laki bukan mahram) itu menjadi dosa untuk wanita yang bersangkutan. Dosa itu juga berlaku bagi takmir masjidnya lantaran takmir telah memfasilitasi kemaksiatan itu.

2. Anak Kecil Diedukasi, Jangan Dilarang

Beberapa orang pernah mengalami hal ini. Takmir masjid atau orang-orang tua yang biasa sholat di masjid melarang anak kecil sholat di sana. Mereka beralasan bahwa anak-anak membuat gaduh sehingga menganggu kekhusyu’an dalam sholat. Mungkin alasan itu seperti ada benarnya, tapi larangan ini justru membuat anak-anak akan jauh dari masjid.

Kita perlu menyadari bahwa anak-anak (sebelum baligh) merupakan insan yang tidak tercatat dosanya oleh Allah Swt. Jadi, Pencipta kita saja tidak mencatat dosa dari mereka, seharusnya kita pun –sebagai orang dewasa– jangan biasakan ambil hati (marah) kepada tingkah laku mereka ketika di masjid.

Jangan samakan anak-anak –yang akalnya belum sempurna– dengan orang dewasa. Dunia mereka memang dunia bermain. Takmir seharusnya memfasilitasi mereka dan mengajari mereka agar mereka senang berada di masjid, bukan justru melarang atau memarahinya.

Jika mereka diajari secara intensif tentang adab-adab di masjid, niscaya mereka akan berubah di kemudian hari. Beda cerita jika takmir hanya fokus ibadah pada dirinya sendiri sehingga tidak pernah memberikan edukasi kepada anak-anak dengan lemah lembut, maka tidak akan pernah ada perubahan pada anak-anak.

Takmir masjid perlu menambah wawasan dengan belajar shiroh yaitu tentang kisah Rasulullah dan para sahabat dalam membuat anak-anak senang pergi ke masjid. Selain itu, takmir juga penting kiranya belajar parenting dan menajemen masjid agar masjid menjadi makmur, ramai dengan jamaah, serta disenangi anak-anak.

3. Hindari Menimbun Harta

Penulis mendapati banyak masjid yang memiliki uang kas dengan jumlah yang fantastis. Uang kas itu umumnya akan selalu bertambah tiap pekannya dari infaq para jamaah. Sebenarnya hal itu bagus karena itu menunjukkan para jamaah berhati dermawan kepada masjid.

Namun, takmir harus mampu mengelola dana itu untuk kepentingan kemakmuran masjid, jangan hanya ditabung saja. Dalam Islam, menabung harta (misalnya: uang) tanpa ada maksud dan tujuannya, maka itu disebut kanzul maal (menimbun harta) yang hukumnya haram.

Maka dari itu, takmir masjid bisa mencontoh pengelolaan Masjid Jogokariyan (Yogyakarta). Takmir di masjid tersebut mengelola dana dengan baik, bahkan tidak ragu-ragu mengeluarkan dana hingga saldo menjadi Rp 0, untuk berbagai hal agar masjid menjadi makmur dan dapat membantu banyak jamaah. MasyaAllah. Luar biasa.

4. Jangan Kosongan dari Ilmu

Penulis dapati masjid-masjid berdiri dengan megah, namun jamaah sholatnya hanya 1 atau 2 shaf saja. Masjid-masjid tersebut hanya aktif ketika sholat saja. Jika di luar waktu sholat, pintu masjid dikunci.

Semakin besar masjid itu, seharusnya semakin besar pula pengaruh positifnya kepada masyarakat. Takmir masjid perlu menambah wawasan tentang fungsi masjid. Kita dapat belajar bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat mengelola masjid. Masjid bukan hanya tempat untuk sholat. Di zaman nabi, masjid juga menjadi istana negara, tempat menyusun rencana perang, tempat menimba ilmu, dan kegiatan bermanfaat lainnya.

Jadi, masjid itu jangan dibuat kosongan tanpa ada kegiatan lain, terlebih lagi jika punya banyak dana. Adakan kegiatan-kegiatan bermanfaat agar umat tergerak hatinya ke masjid, seperti acara tablig akbar, majelis taklim, halqoh-halqoh dan kajian keilmuan lainnya, sahur dan buka puasa gratis, dan sebagainya.

Di samping itu, masjid seharusnya menjadi pusat dakwah yang dapat mengubah masyarakat agar mengenal Islam lebih mendalam, seperti mendakwahkan wajibnya menutup aurat, haramnya riba, mengedukasi remaja agar punya keimanan yang kuat dan produktif & tidak terpengaruh budaya Barat, dan sebagainya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image