Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Arti Kolam Retensi Al Jabbar dan Dzikir Burung Blekok

Info Terkini | 2023-01-06 08:35:35
Masjid Raya Al Jabbar

 

Entah kemana engkau wahai Burung Blekok dan Kuntul sang pemilik habitat sejati. Kini Masjid Raya Al Jabbar berdiri teguh di tengah kolam retensi yang cukup luas. Arsitekturnya tampak seperti mengapung di atas danau ketika air kolam mencapai batas permukaan. Arti retensi bagi Kota Bandung dan sekitarnya sangat penting untuk menjaga siklus hidrologi dan mengendalikan bencana hidrometeorologi.

Ilustrasi sekawanan Burung Blekok ( Foto Istimewa)

RETIZEN.REPUBLIKA.CO.ID, Bersyukur adanya masjid, namun bercampur haru dan pilu jika memandangi ekosistem kawasan Masjid Raya Al Jabbar. Setiap hari penulis selama bertahun tahun berkesempatan memandang kawasan Masjid Al Jabbar dari atas kereta api komuter KRD trayek Padalarang Bandung Cicalengka.

Bunyi dan getaran kereta KRD seolah mengiringi nyanyian sabda alam disepanjang jalan besi yang membelah kawasan Bandung Raya. Jalur KA warisan Kolonial Belanda itu telah mencatat bermacam peristiwa sejarah.

Terlihat sejak tahap awal pembangunan Al Jabbar dengan aktivitas pengerukan dan penggalian top soil atau tanah bagian atas hingga kedalaman sekitar lima meter. Seribu kali sayang, tanah pusaka Bumi Pusandan yang amat subur terlihat hitam legam dan senatiasa basah itu dibuang, entah kemana. Diganti dengan urugan tanah cadas hingga ribuan truk.

Tanah hitam itu sangat subur dan merupakan kerajaan berbagai jenis ikan dan belut yang terkenal memiliki rasa gurih nomor satu di negeri ini.Tanah yang subur loh jinawi itu juga menjadi habitat burung Kuntul Kerbau (Bulbucus Ibis) dan Burung Blekok Sawah (Ardeola Speciosa).

Hingga tahun 2005 dari jendela kereta komuter masih banyak terlihat Blekok dan Kuntul sedang berceloteh dan bersenda gurau. Terlihat mereka sedang berdzikir kepada Ilahi, terlihat berpencar dipinggiran sepanjang jalan baja menuju Stasiun Rancaekek. Kawasan yang dibelah oleh sungai-sungai kecil yang mengalir dari utara ke selatan.

Kini tidak tampak lagi komunitas Blekok dan Bangau di sekitar Al Jabbar, mereka terusir oleh deru pembangunan perumahan elite dan berbagai infrastruktur. Sedih dan pilu yang terus membiru. mengenang terusirnya sahabat alam, si Blekok dan Kuntul. Kepergian sahabat itu disikapi oleh alam dengan seringnya datangnya banjir.

Banjir semakin sering menggenangi beberapa wilayah di Kota Bandung dan kabupaten sekitarnya. Pemerintah daerah menyikapi banjir dan kekeringan dengan membangunan beberapa kolam retensi. Salah satunya adalah kolam retensi yang mengitari Masjid Raya Al Jabbar.

Kolam Retensi Masjid Al Jabbar

Banjir yang terjadi di Bandung Raya tidak bisa lagi diatasi secara konvensional. Dibutuhkan kolam retensi dengan luas yang memadai serta sistem pompanisasi yang andal untuk mengatasi banjir dan genangan air hujan di jalan dan permukiman.

Untuk kasus banjir yang sering menyergap Kota Bandung, pompanisasi dan kolam retensi perlu dibangun di beberapa tempat. Terutama yang terkait dengan aktivitas publik yang padat.

Kondisi jalan dan permukiman yang mengalami penurunan permukaan tanah mengakibatkan volume genangan semakin besar. Kondisinya semakin parah akibat laju pembangunan kota yang mengabaikan sistem drainase dan menjadikan badan jalan sebagai saluran pembuangan air hujan.

Pembangunan kolam retensi harus dipikirkan dari berbagai aspek. Jangan sampai dikemudian hari kolam retensi berubah fungsi. Seperti tempat penimbunan sampah perkotaan. Fungsi dari kolam retensi adalah untuk menggantikan peran lahan resapan yang dijadikan lahan tertutup/perumahan/perkantoran, maka fungsi resapan dapat digantikan dengan kolam retensi.

Kolam ini adalah menampung air hujan langsung dan aliran dari sistem untuk diresapkan ke dalam tanah atau bisa juga dialirkan dengan pompa menuju sungai besar.

Sehingga kolam retensi ini perlu ditempatkan pada bagian yang terendah dari lahan. Jumlah, volume, luas dan kedalaman kolam ini sangat tergantung dari berapa lahan yang dialihfungsikan menjadi kawasan permukiman.

Fungsi kolam retensi selain pengendali banjir dan penyalur air; bagi kawasan industri juga sebagai tempat pengolahan limbah. Kolam retensi di pabrik dibangun untuk menampung dan mentreatment limbah sebelum dibuang. Kolam retensi juga juga berfungsi sebagai pendukung waduk/bendungan. Kolam retensi dibangun untuk mempermudah pemeliharaan dan penjernihan air waduk. karena jauh lebih mudah dan murah menjernihkan air di kolam retensi yang kecil sebelum dialirkan ke waduk dibanding dengan menguras/menjernihkan air waduk itu sendiri. (*)

Regu penyelamat sedang mencari korban tenggelam di kolam retensi Masjid Al Jabar ( Foto istimewa )

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image