Dimensi Sikap Dan Dimensi Individu
Eduaksi | 2022-12-30 14:40:05Sikap adalah pernyatan-pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan mengenai objek, orang ataupun peristiwa. Sikap terbentuk atas dasar pengalaman dalam hubungannya dengan objek di luar dirinya. Sikap seseorang akan bertambah kuat atau sebaliknya tergantung pada pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi saat sekarang dan oleh harapan-harapan di masa yang akan datang. Pada dasarnya Sikap itu merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan kegiatan.
Menurut Ahmadi (2007:151), Sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Pendapat ini memberikan gambaran bahwa Sikap merupakan reaksi mengenai objek atau situasi yang relatif stagnan yang disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberi dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya. Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2005:5) bahwa Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap satu aspek dilingkungan sekitarnya.
Selain pengertian, sikap juga mempunyai 3 komponen struktur yaitu:
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional individu merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan.
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar bagi objek yang dimaksud.
Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Faktor-faktor pembentukan sikap
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:
1. Pengalaman pribadi, Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial.
2. Orang lain yang dianggap penting
Orang lain di berada di sekitar individu merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu tersebut.
3. Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Skinner (dalam Azwar, 2003) sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.
Karakteristik (dimensi) sikapSax (dalam Azwar, 2003) mengungkapkan karakteristik (dimensi) sikap, yaitu:
Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek sikap.
Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
Konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud.
Dimensi individual adalah kepribadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas, maksudnya dua anak kembar yang berasal dari satu telur yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu dan yang lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi identik. hal ini berlaku pada sifat-sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda. Contoh sederhananya saja dua oarang murid sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah bersedia untuk di samakan satu sama lain, artikatanya masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya sendiri, gambaran tersebut telah dikemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi dan matematika inggris, dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur ternyata ternyata tidak sepasang punyang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain (pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan, sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan,sebab tanpa dibina melalui pendiidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian yang unik akan tetap tinggal laten. Serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Dengan kata lain kepribadiaan seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya, sehingga seseorang tida kmemiliki warna kepribadiaan yang khas sebagai miliknya. Jika terjadi hal demikian seorang tidak memilki kepribdian yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa, padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan ke mandiriannya sendiri.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keindividuan, Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dalam diri individu,yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor (dimensi) internal atau yang di sebut juga kerangka acuan internal (internalframe of refrence) adalah penilaian yang di lakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.
2. Faktor Eksternal
Pada diri eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitassosialnya, nilai-nilai yang di anutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.