Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Merangkum Kisah Bahagia dalam Buku Memoar

Info Terkini | Sunday, 25 Dec 2022, 10:11 WIB
Cover Buku Memoar

Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati tak pernah berhenti menggali inspirasi dari fenomena yang ada, bagaikan mata airyang selalu memancarkan air dengan deras. Berbagai genre buku telah dibuat dengan sangat variatif.

Menurut Vitriya, banyak manusia yang mengalami kisah bahagia dalam hidupnya namun hilang begitu saja karena tidak terdokumentasi menjadi sebuah tulisan.

Berpijak dari pemikiran itu komunitas yang beranggotakan lebih dari 12 ribu peserta tersebut membuat buku berjudul “Bahagia Menulis, Menulis Untuk Bahagia” yang merangkum pengalaman pribadi yang mengisahkan Bahagia, pengirimannya dilakukan sejak akhir November 2022 lalu.

“Untuk menjaga kualitas, maka naskah kita seleksi baik dari segi tata tulis maupun isinya. Tulisan harus merupakan pengalaman pribadi, ditulis dua halaman dan tak boleh ada ujaran kebencian serta harus ada hikmah di dalamnya,” terang Vitriya di kediamannya Klaten Jateng, Minggu (25/12/2022).

Beberapa penulis yang menulis dalam buku memoar seperti: Sutanto (Sanden Bantul), Evi Giasofa (Piyungan Bantul), Esti Kustiati (Sleman), Atvi Lutviani (Brebes),Hapsah Amir (Kaltara), Tri Handayani (Purbalingga), Dewi Lestari (Srandakan Bantul)

Sutanto (Sanden Bantul)

Sutanto menuliskan kisahnya membuat buku solo pertama berjudul “Anggrek Vanda Untuk Bunda” berisi 10 cerita yang mengandung nilai pendidikan melalui KYM. Yang menggembirakan, di KYM difasilitasi mulai dari proses penulisan, editing, pembuatan cover, pembuatan ISBN sampai dicetak.

“Dalam menerbitkan buku di KYM ada beberapa tahap bahagia yang aku rasakan, pertama adalah saat naskah dinyatakan layak untuk diterbitkan. Kedua adalah saat cover buku keluar, ketiga saat ISBN terbit, keempat saat buku tercetak dan sampai di dekapan. Dan bahagianya lagi saat buku yang aku tulis dibaca orang. Aku makin bahagia, karena buku pertamaku ini juga diminati beberapa SD yang membeli untuk melengkapi bacaan diperpustakaan,” terang Sutanto.

Evi Giasofa (Piyungan Bantul)

Evi Giasofa menulis kisah berjudul “Sekotak Puisi Penuh Intuisi” berisi proses menulis, dari kebimbangan hati sampai berbuah sebuah keyakinan. Mulai dari beberapa orang yang mencibir, tak menghargai tulisannya

“Setiap kata aku torehkan dengan mengingat selalu kata-kata buas yang mulai menggenang di pikiranku. Putus asa dan berhenti menulis, No, I don’t think about it!. Bismillah, aku yakinkan hatiku untuk memulai semuanya, berproses dalam tulisan. Berikan senyum termanis untuk mereka yang tidak menghargai. Kotak ini berisi intuisi yang membuatku maju, aku harus memikirkan maju dengan inovasi, karena jika tidak, seseorang akan melakukannya,” ungkapnya.

Eti Kustiati membuat tulisan berjudul “Syukur Bahagia Tanpa Tepi”, berisi unggkapan rasa bersyukur tak bertepi atas kebahagiaan yang dirasakan setelah mengalami berbagai kejadian demi kejadian dalam mengemban sebuah tugas selama kurun waktu +-20 tahun. Dijalani dengan penuh sabar dan keikhlasan, hingga mencapai sebuah rasa nikmat keindahan. Meski hingga kini, tak tahu siapa pelaku dibalik semua kejadian. Semua itu kepada Yang Kuasa Sang Pencipta jagat raya.

Atvi Lutviani, membuat tulisan berjudul Ku Bahagia, yang mengisahkan perjuangannya memasukkan ekstra kurikuler mendongeng sebagai upayamembantu perkembangan bahasa anak, menanamkan literasi sejak usia dini melalui cinta buku, juga dapat menumbuhkan minat membaca dan menulis pada murid.

“Dalam kegiatan mendongeng ini pula, anak dapat mengungkapkan apa yang di dengarnya melalui bahasanya sendiri, tumbuh imajinasi, dan pesan – pesan moral yang tersampaikan melalui kegiatan mendongeng ini lebih mudah di ingat dan di dengar anak,” imbuhnya.

Tri Handayani, memuat kisah berjudul “Bahagia itu Sesuatu", menurutnya kebahagiaan seseorang tidak di ukur oleh kekayaan yang melimpah punya mobil bagus. Bukan itu semua. Kita punya sepeda motor rasanya sudah bahagia, ketika bisa mengantar anak sekolah tepat waktu. Mereka sangat senang ketika pintu gerbang masih terbuka karena diantar tepat pada waktunya. Begitu pula ucapan salam, cium tangan, serta ucapan terimakasih yang diberikan kepadaku rasanya membuatku bahagia, anak-anakku bahagia walau yang kulakukan tak seberapa. Bahagia itu adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan tak mudah untuk di ungkapkan.

Dewi Lestari, Judul tulisan “Renjana”, mengisahkan momen bertemu pujaan hati. Renjana bercerita tentang pertemuan dua insan yang saling mengenal lewat karya. Bermula dari jatuh hati pada tulisan-tulisannya, diikuti dengan berbagi buah pikir dan rasa, lantas ketika berjumpa setelah sekian warsa benih-benih cinta telah mengakar dalam di jiwa.

Sedangkan Hapsah Amir, membuat tulisan berjudul ”Bahagia Bersamamu, Abi” isinya bahwa kecurigaan yang tak berdasar akan merusak kebahagiaan yang telah terjalin. Maka tetaplah percaya dan yakin bahwa Allah SWT selalu bersamamu setiap keputusan dalam hidup.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image