Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khansa Tsabitah

Ada Apa Dengan Childhood Abuse?

Edukasi | Saturday, 17 Dec 2022, 20:22 WIB
kekerasan terhadap anak - Bing images)    " />
Gambar : (kekerasan terhadap anak - Bing images)

Kenapa melakukan kekerasan?

Apakah perlakuan semua orang tua sama terhadap anaknya? Tentu saja tidak, pastinya semua orang tua mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya. Tetapi, pada dasarnya anak itu harus dididik dengan baik dengan kasih sayang dari orang tuanya. Peran orang tua dalam lingkungan anak sangatlah penting dalam berkembangnya Kesehatan mental anak. Atas dasar pertimbangan untuk melindungi anak dalam segala aspek maka dibentuk peraturan yang mengatur mengenai perlindungan anak yaitu UU No. 23 Tahun 2022. Dalam Pasal 1 angka 1 UU Anak (UU tentang Perlindungan Anak). Meskipun sudah adanya peraturan yang diberikan untuk melindungi anak tetap saja peraturan tersebut belum dapat melindungi anak dari kekerasan. Berbagai kekerasan yang diterima anak di antara lain seperti kekerasan verbal, fisik, mental maupun pelecehan seksual. Sedihnya pelaku biasanya adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan si anak. Seperti keluarga, temannya, guru, bahkan orang tua dari anak itu sendiri.

Saya pernah berpikir, “memang ada orang tua yang mau berbuat kasar kepada anaknya sendiri?” sebenarnya orang tuanya sayang gak sih sama anaknya sendiri? Seperti tidak menyangka kalau ada orang tua yang melakukan kekerasan terhadap anaknya sendiri. Apalagi setelah saya mendengar cerita teman saya yang diperlakukan kasar oleh ayahnya sendiri. Lebih sedihnya setelah mengetahui dia mengalami kecemasan sehingga tidak tenang tidur setiap malamnya, mulai memotong-motong rambutnya sendiri sehingga terlihat seperti pria, dan teriak di setiap malamnya. Di tambah dengan ayahnya yang denial dengan kesehatan mental yang dimiliki anaknya yang berbeda dengan kesehatan-kesehatan mental anak normal lainnya. Karena menganggap anaknya normal seperti halnya anak normal lainnya, perlakuan yang dilakukan juga biasa saja sama seperti orang tua pada umumnya. Tidak ada penanganan yang khusus dalam mendidik dengan sangat berhati-hati dalam setiap Tindakan yang diberikan. Karena kekerasan kepada anak bukan hanya berpengaruh terhadap fisik anak tetapi secara mental juga.

Kasus yang terjadi di Indonesia

Childhood abuse atau kekerasan terhadap anak menjadi salah satu hal yang sering kita temukan pada kasus-kasus kekerasan di dunia terutama di Indonesia. Berdasarkan laporan “Global Report 2017 : Ending Violence in Childhood” sebanyak 73,7 persen anak-anak di Indonesia berumur 1-14 tahun mengalami pendisiplinan dengan kekerasan atau agresi psikologis dan hukuman fisik di rumah. Kemudian hal ini diperkuat lagi oleh data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mencatat sebanyak 4.294 kasus kekerasan pada anak yang dilakukan oleh keluarga dan pengasuh pada tahun 2011-2016. bagusnya ada penurunan di setiap tahunnya. Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) menunjukkan adanya penurunan kasus kekerasan terhadap anak, dibandingkan hasil SNPHAR pada tahun 2018. Fakta data tersebut tidak mengherankan karena banyak upaya pencegahan dan penanganan yang dilakukan oleh banyak pihak sekitar. Mulai dari keluarga itu sendiri, masyarakat sekitar, pemerintahan pusat, hingga media massa.

Macam-macam kekerasan

Masih banyak warga Indonesia yang mendidik anaknya dengan cara yang salah. Hal ini disebabkan banyak orang beranggapan bahwa dengan mendidik anaknya dengan cara yang kasar membuat anaknya akan menuruti perintah orang tua, dan tidak akan bandel. Namun justru sebaliknya, anak yang dididik secara kasar cenderung menjadi tidak mau mendengarkan apa yang orang tuanya katakan, menjadi bandel bahkan lebih tidak suka diatur, anak juga rentan menggunakan bahasa yang kasar dan kotor. Dilihat dari fisik dan mental orang tua itu lebih kuat fisik dan mental daripada anaknya. Karena dari kekerasan secara fisik yang sering dilakukan seperti pemukulan, pemaksaan akan mengakibatkan si anak menjadi luka-luka, lecet, bahkan memar. Biasanya kekerasan ini terjadi juga diakibatkan oleh si anak yang terkadang membuat orang tuanya kesal. Karena tidak mau menuruti perintahnya, tidak mendengar omongan orang tuannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu orang tua tidak dapat menahan emosinya lagi dan memilih menggunakan kekerasan. Seperti salah satu kasus yang terjadi pada tahun 2018 yaitu, seorang bayi berusia 16 bulan terpaksa meregang nyawa setelah dibanting oleh ayah kandungnya.

Selain kekerasan secara fisik kekerasan dilihat dari segi psikologi juga. misalnya, menganiaya atau mengolok-olok menggunakan kata-kata yang tidak sewajarnya di ucap, dan melihatkan gambaran yang tidak pantas dilihat oleh anak kecil. Dengan adanya orang tua yang suka berbicara kasar kepada anaknya mungkin tidak hanya menyakiti fisik sang anak tetapi menyakiti perasaannya juga. Akibat dari anak yang melihat gambaran itu membuat rusaknya otak anak, sampai menimbulkan rasa keinginan untuk mencoba dan meniru. Salah satu dampaknya dapat membuat anak menjadi takut pergi keluar dan bertemu banyak orang. Kemudian, pengabaian terhadap anak juga termasuk dalam kekerasan. Seharusnya adanya anak itu orang tua bisa menjaganya, mengarahkan, melindungi dari perbuatan yang tidak menyenangkan bukan malah membiarkannya saja. salah satu contoh penganiayaan yang terjadi yaitu kasus yang terjadi pada tahun 2017 di mana seorang ibu membunuh anaknya hanya karena si anak masih sering mengompol, sang anak di semprot wajahnya dengan cairan pembasmi serangga oleh sang bunda.

Dari beberapa kekerasan yang sudah saya sebutkan di atas, ada kekerasan yang paling sensitif untuk para anak-anak yaitu, pelecehan. Yang mana kasus pelecehan rentan terjadi pada anak perempuan. Salah satu kasus yang baru saja terjadi di Indonesia pada tahun lalu yaitu pada 2021, di mana anak anggota DPRD Bekasi berinisial AT dilaporkan ke Polres Metro Kota Bekasi atas tuduhan pemerkosaan terhadap anak. Pelaku dari kasus yang terjadi bukan hanya orang yang tidak dikenal saja. Bahkan yang memaksa anak untuk melakukannya ayah dari anak itu sendiri. Kasus ini banyak ditemukan di mana saja. Bukan hanya di Indonesia, di luar negeri banyak juga kasus pelecehan terhadap anak. Dalam studi kasus pada tahun 2012, ditemukan Afrika Selatan menjadi satu negara dengan tingkat pelecehan seksual tertinggi di Dunia. Perilaku yang dilakukan orang dewasa kepada anak bukan hanya memaksa melakukan hubungan intim saja tetapi, banyak juga yang memaksa anak tersebut memegang bagian-bagian vital. Perbuatan ini sangat mempengaruhi sang anak. Anak bisa saja trauma dengan kejadian seperti ini hingga takut menikah, cenderung menjadi pendiam dan tertutup dan terus merasa ketakutan.

Bagaimana cara mencegahnya?

Banyak orang tua yang membenarkan aksi mereka dengan alasan kenakalan anak mereka serta anak yang tidak mau menurut pada orang tuanya. Padahal kekerasan terhadap anak banyak terjadi akibat perilaku orang tua itu sendiri yang lalai dalam mendidik anak. Bukannya sangat tidak diperbolehkan melakukan kekerasan terhadap anak? Bahkan sudah tertera dalam undang-undang negara. Oleh karena itu banyak sekali upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kekerasan orang tua terhadap anak. Antara lain yaitu, berkomunikasi dengan baik antar sesama anggota keluarga. Dalam hal seperti ini orang tua harus paham mengenai kondisi anaknya sendiri. Kemudian, orang tua bisa berikan pengetahuan mengenai cara melindungi dirinya sendiri. Hal yang seperti ini harus sangat diperhatikan apalagi di saat anak tidak sedang bersama orang tuanya. Orang tua harus lebih memperhatikan anak, menjaga dan merawatnya seperti, jauhkan anak dari tindakan kekerasan di rumah dan tidak banyak menonton atau menyaksikan kekerasan di media sosial. Maka dari itu cara bentuk mendidik anak dari orang tua juga harus diperhatikan. Ayo mulai dari sekarang sayangilah dan jagalah anak-anak kita.

Referensi :

Suteja, J., & Ulum, B. (2019). Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Kondisi Psikologis Anak dalam Keluarga. Equalita: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1(2), 169. https://doi.org/10.24235/equalita.v1i2.5548

ANGKA KEKERASAN TERHADAP ANAK SEPANJANG 2021 MENURUN. (2021, December 28). Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3610/angka-kekerasan-terhadap-anak-sepanjang-2021-menurun

Gerintya, S. (2017, November 27). 73,7 Persen Anak Indonesia Mengalami Kekerasan di Rumahnya Sendiri Baca selengkap73,7 Persen Anak Indonesia Mengalami Kekerasan di Rumahnya Sendiri. Tirto.Id. https://tirto.id/737-persen-anak-indonesia-mengalami-kekerasan-di-rumahnya-sendiri-cAnG

Koran Sindo. (2018, January 12). Kekerasan Anak dan Keluarga. Nasional Sindo. https://nasional.sindonews.com/berita/1273017/16/kekerasan-anak-dan-keluarga

Simanjuntak, R. T. (2021, May 18). 3 Kasus Pelecehan Seksual dengan Korban di Bawah Umur di Bekasi, Pelaku dari Anak Anggota DPRD, Maling, hingga Guru . Kompas.Com. https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/18/20122791/3-kasus-pelecehan-seksual-dengan-korban-di-bawah-umur-di-bekasi-pelaku

Sindo, K. (2019, February 12). Inilah Daftar Negara dengan Kasus Pelecehan Seksual Terbanyak. SINDONEWS.COM. https://international.sindonews.com/berita/1377865/45/inilah-daftar-negara-dengan-kasus-pelecehan-seksual-terbanyak

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image