Memohon Keberkahan dengan Doa
Agama | 2022-12-13 17:07:45Hidup berkah siapa yang tidak berkeinginan. Bahagia dalam rida-Nya, lurus dalam bimbingan dan Arah-Nya, nikmat bersama karunia-Nya, haru seiring dengan taburan rahmat dan kasih-sayang-Nya, dan nyaman sejalan dengan ajaran dan petunjuk-Nya.
Aduhai alangkah nikmatnya hidup yang di dalamnya tersimpan berkah sebaga harta yang paling berharga. Manfaat untuk dunianya, manfaat untuk akhiratnya. Barakah dalam nuansa yang menyejukkan saat kita berada dekat dengan Nya. Ibadah kita pun menjadi nikmat. Sebab ada keberkahan yang menyertainya. Ya, hidup berlimpah berkah. Aduhai nikmatnya.
Karena keberkahan itu datangnya dari Allah Subhanahu wa ta'ala, maka kita diperintahkan agar senantiasa berdoa dan memohon keberkahan kepada-Nya. Adalah teladan kita Al-Mushtofa, Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam selalu memohon keberkahan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dalam berbagai urusan. Beliau shallallahu'alaihi wa sallam juga memberikan wanti-wanti, agar kita-selaku ummatnya-selalu berdoa dan memohon keberkahan kepada Allah ta'ala.
Dengan memohon keberkahan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, berarti kita menggantungkan semua harapan dan hidup kita hanya kepada-Nya. Setiap kita, diminta untuk memohon keberkahan kepada Allah ta'ala dalam berbagai urusan. Apalagi karena begitu besarnya nikmat keberkahan itu, para nabi dan rasul pun juga selalu memohon keberkahan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Dan inilah kisah-kisah itu memberikan tutur kata kebaikannya kepada kita, pada saat pribadi-pribadi mulia itu memohon keberkahan kepada Rabb-nya. Adalah Nabi Nuh alaihissalam. Beliau berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, meminta kepada-Nya agar diperlihatkan sebuah tempat yang diberkahi. Permohonan agung itu terangkum dalam firman-Nya,
"Dan apabila engkau dan orang-orang yang terdekat telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim. Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan engkau sebaik-baik pemberi tempat.” (QS. Al-Mukminun [23]: 28-29)
Dan keberkahan Allah Subhanahu wa ta'ala pun menyertai kehidupan Nabi Ibrahim alaihissalam, bapak para anbiya'. Allah ta'ala berfirman, "Kami limpahkan keberkahan itu atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat kebaikan dan ada pula yang melakukan kezaliman terhadap dirinya sendiri dengan nyata." (QS. Ash-Shaffat [37]: 112)
erkait dengan Nabi Ayyub 'alaihis-salam, panutan kita, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menyampaikan kabarnya melalui sabdanya, "Sesungguhnya Allah Swt., telah menyeru kepada Nabi Ayyub as., Hai Ayyub, tulisan Aku telah benar-benar mencukup-kanmu dari apa-apa yang kamu lihat?' Kemudian Ayyub menjawab, Ya, demi kemuliaan-Mu, tetapi tidak ada kecukupan bagi diriku kekuali dengan keberkahan dari sisi-Mu.” (HR.Imam Bukhari)
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar memberikan keberkahan-Nya dalam setiap urusan. Beliau shallallahu'alaihi wa sallam merindukan, "Dan berikanlah untuk diriku keberkahan atas apa-apa yang Engkau anugerahkan pada diriku". (HR. At-Tirmidzi)
Ya, barakah. Keberkahan hidup. Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memerintahkan agar kita senantiasa meminta keberkahan kepada Allah 'Azza wa jalla. Keberkahan adalah nilai tertinggi yang langsung diberikan Allah ta'ala kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Keberkahan besar manfaatnya untuk dunia dan akhirat. Sebagaimana panutan kita dalam keteladanan, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, adalah seorang yang suci; terbebas dari dosa dan kesalahan. Namun beliau tetap memohon keberkahan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, mengingat betapa pentingnya manfaat yang ada di dalamnya.
Beliau shallallahu'alaihi wa sallam memberikan nasehat kepada kita-ummatnya-agar senantiasa memohon keberkahan kepada Allah Tabarakallahu ta'ala dalam setiap kesempatan; dalam setiap keadaan. Ketika akan makan, kita dianjurkan untuk membaca doa, "Allahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa 'adzabannaar" (Ya Allah, semoga Engkau selalu memberikan keberkahan terhadap apa-apa yang telah Engkau jadikan sebagai rezeki bagi kami dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka).
Inilah doa keberkahan. Doa ini bermakna agar Allah Subhanahu wa ta'ala menurunkan berkah-Nya, dari makanan dan rezeki yang kita miliki. Berkah bukan nilai nominal sedikit atau banyaknya rezeki yang kita makan. Akan tetapi berkah adalah apa-apa yang memberikan kebaikan pada diri kita. Makanan yang berkah adalah, meskipun jumlahnya sedikit, namun cukup membuat badan kita bertenaga, menerimanya dengan suka rela, dan menjadikan hati kita semakin lapang, itulah keberkahan. Insya Allah.
Ketika akan memasuki rumah, kita sangat dianjurkan untuk mengucap doa dan memohon keberkahan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Anas bin Malik radiyallahu 'anhu pernah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw., pernah berkata makhluk melalui sabdanya, Wahai anakku, apabila engkau ingin memasuki rumah, maka ucapkanlah salam terlebih dahulu, Assalamu'alaikum warah-matullahi wa barakatuh. Semoga ianya menjadi keberkahan atas dirimu dan atas keluargamu.” (HR. At-Tirmidzi)
Keberkahan itu juga bisa kita temukan dalam indahnya perjumpaan dengan saudara kita sesama muslim. Kepada mereka kita dianjurkan untuk mengucapkan salam dan berdoa, 'Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh', (semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan-Nya dilimpahkan atas kamu sekalian).
Aduhai alangkah indahnya doa ini. Ada barakah yang-insya Allah-akan kita dapatkan di sini. Ada barakah dalam pertemuan. Ada barakah dalam perjumpaan yang indah ini. Ada kesan yang mendalam, saat kita saling doa-mendoakan dalam kebaikan dan keberkahan. Ya, Allah rahmatilah kami; berkahilah kami; masukkan kami dalam keridaan-Mu.
Referensi: Musyafa, Haidar. 2014. Hidup Berkah dengan Doa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.