Antara Aku dan Ayahku
Sastra | 2022-12-13 10:27:50Pagi itu aku sedang berada didesa bersama temanku aku ajak temenku ke sawah,menyusuri pematang sawah dan melwati sungai kecil airnya bening dan sejuk, aku ajak dia duduk di pinggir sungai itu sambil bermain air,memericikan air dengan kaki kami, aku bercerita padanya tentang kenangan masa lalu, ketika aku masih kecil, setiap pulang sekolah aku selalu melewati sawah karena sekolah SD ku tidak jauh dari situ.
Rasanya tak kan pernah habis kenangan yang bisa aku ceritakan tentang masa kecil kita, saat masih kecil suka tanami buah jeruk disawah. Alangkah menyenangkannya saat itu, setiap kesawah kami makan jeruk, ayahku suka bereksperimen dengan berbagai macam tanaman buah-buahan dan juga sayur-sayuran, yang berbuah lebat pada musim hujan antara bulan desember dan febuari
Setiap pulang sekolah dulu, kami (aku bersama tetangga) akan mampir ke sawah, terutama saat musim kemarau.
“Hai, kamu alvi ? Apa kabar? Kapan datang? Tiba-tiba ada suara dari belakang yang menyapa ku.
“Hei, kamu raka? Balas ku, setengah tidak yakin.
“Iya kapan datang? Tanya nya.t
“Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu setelah lulus SMA dulu? Tanyanya.
“Ya, sudah hampir 3 tahun kita tidak bertemu”sahut ku
“Ya sejak aku merantau ke riau. Bahkan suratku tidak pernah sekalipun kamu bales” ucapnya
“Aku minta maaf” kataku.
‘Seandainya kamu tahu, betapa hancur dan kecewaanya hatiku waktu itu, setelah tahu apa yang sebenarnya terjadi, setelah tahu apa yang sebenarnya terjadi, setelah tahu surat-surat itu tidak pernah sampai ke tanganku., ‘batinku.
Pertemuan yang tidak sengaja ini seolah membuka lagi lembaran-lembaran kenangan manis dimasa sekolah dulu. Kenangan yang berakhir tanpa kepastian dan terombang – ambing dengan adanya pihak ketiga.
Aku mengenal raka tanpa sengaja, aku sering melewati jalan yang sama setiap kali berangkat ke sekolah,tapi kami tidak satu sekolah. Aku sekolah di sebuah SMA dikota sedangkan dia sekolah di SMK aku tidak tahu kapan awalanya kita dekat . Sebenarnya tidak sengaja.Karena kami sering jalan bersama itulah mungkin kami jadi dekat satu sama lain.
Ah, masa-masa SMA, kami berjalan bareng ke sekolah.Jarak sekolahku dari rumah kira kira 4 km.Aku berangkat ke sekolah dengan naik motor.Agus adalah salah satu dari anak-anak yang waktu itu letak sekolahnya berdekatan dengan sekolahku, kami secara tidak sengaja bertemu, hingga akhirnya berjalan bareng kesekolah.
Pulang sekolah, kadang kala lami bareng kadang juga tidak. Dari seringnya berjalan itulah ,lama kelamaan kami dekat, timbulah perasaan suka satu sama lain. Tapi, sebenarnya aku tidak terlalu berharap banyak dengan dia. Aku masih takut menyukai cowo dengan berpacaran. Aku tidak tahu harus bagaimana terhadapa dia semakin yang semakin lama tidak dapat aku hindari.Ternyata dia juga mempunyai perasaan yang sama.
Suatu saat Agus bertanya padaku, sepulang sekolah “Putri, aku mau tanya sesuatu ke kamu”
“iya,ada apa, tanya apa?” jawabku,’ngapain, mau tanya mesti izin. Tanya ya tanya ajalah ‘pikirku, ‘kan tiap hari kita sudah saling ngobrol.
“ Kamu sudah punya pacar”?
“belum, emang kenapa? “ aku nebak dalam hati kenapa dia bertanya seperti itu, apa maksudnya? Apa dia senang sama aku?
“Aku suka sama kamu” ucapnya sambil memandang ke arah ku.
Ah, aku tidak bisa membayangkan campur aduknya perasaan ku waktu itu, antara seneng ,takut, cemas dan lain-lain . Ya sebenernya aku juga suka padanya juga, tapi aku takut.ayahku yang galak sering sering curiga dengan teman laki-laki yang dekat denganku.
Suatu ketika kaka ku ngobrol dengan tetangga depan rumahku, namanya mas putra, ayah melihat mereka berdua ngbrol di depan rumah saja sudah curiga dan menunjukan wajah tidak sukanya.Padahal mereka Cuma sekedar ngobrol dan bercanda biasa layaknya dengan tetangga dan tidak berbuat apa-apa mereka berdua bahkan tidak ada hubungan apa-apa.Tidak naksir satu sama lain, apalagi pacaran. Itu saja sudah membuat ayah keliatan marah . Dan sekarang , bagaimana kalau dia tahu ada seorang yang suka padaku.
Ayah ku memang tidak mengatakan atau melarang aku pacaran, tapi dari raut wajahnya aku tau kalau ayahku tidak suka kalau aku dekat dengan teman cowok. Mungkin dia khawatir atau punya prangsakaan macam-macam bila anak gadisnya didekati oleh cowo .Aku tidak tahu bagaimana harus jawab pertanyaannya.
“kok kamu diam aja, kamu ngaa suka ya sama kamu”? tanya beberapa saat karena aku tidak segera merespon ucapnya.
“Bukan begitu,Aku....Cuma ngga tahu harus jawab apa sebenarnya aku..” aku tidak meneruskan ucapanku
“Aku tahu, kamu nga suka sama aku kan? “ tanya nya seolah ingin jawaban kepastian dariku.
“Sebenarnya ini bukan masalah suka atau tidak, tapi ada hal lain di balik ini semua, Ya, aku takut sama ayah ku”
“ kenapa dengan ayah kamu?”
“ Ayahku ngaa seneng anaknya deket sama cowo. Kakaku yang ngbrol sama tetangga sebelah saja di cemberutinnya, padahal mereka ngga ada hubungan apa-apa .Pacaran juga tidak . Aku takut kena marah bapaku kalau aku pacaran “ Aku mencoba memberi penjelasannya.
“ percayalah, kita ngga akan melakukan hal-hal yang negatif kok, apalagi hal-hal yang memalukan” dia mencoba meyakinkanku.
“aku percaya kamu anak yang baik ko.
Dan setelah itu kami masih berhubungan tertutup karana aku masih takut ketahuan ayahku dan putra pun ngertii aku.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.