Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HUSNA SHORIHA UINJKT

Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

Agama | Tuesday, 13 Dec 2022, 01:28 WIB
Sketsa Pemimpin sedang menyampaikan pesan. Sumber ilustrasi : Pinterest

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman, ahli pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran/instruksi.

Ciri-ciri Seorang Pemimpin Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Terdapat dua pemimpin di muka bumi yang cerdas, yaitu pemimpin cerdas saja dan pemimpin cerdas yang bisa membawa perubahan. Untuk menciptakan perubahan [dalam arti positif], tidak diperlukan pemimpin sangat cerdas sebab kadang kala kecerdasan justru dapat menghambat keberanian. Keberanian jadi satu faktor penting dalam kepemimpinan berkarakter, termasuk keberanian mengambil keputusan dan menghadapi risiko. Kepemimpinan berkarakter risk taker bertentangan dengan ciri-ciri kepemimpinan populis. Pemimpin populis tidak berani mengambil risiko, bekerja menggunakan uang, kekuasaan, dan politik populis atau pencitraan lain.

Ciri-ciri pemimpin berkarakter sebagai berikut :

1. Pemimpin harusnya berempati terhadap bawahannya secara tulus.

2. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Jujur dengan kekuatan diri dan kelemahan dan usaha untuk memperbaikinya.

3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya.

4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing dan belajar dari mereka dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya.

5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara profesional keilmuan dalam jabatannya.

6. Memiliki rasa kehormatan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya.

7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat “team work”, kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas.

Beberapa tokoh yang sukses menerapkan kepemimpinan islam yaitu :

1. Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi terakhir merupakan representasi dari manusia sempurna yang multi-talenta, sekaligus pemimpin terbaik, suami terbaik, ayah terbaik, kakek terbaik, dan yang terbaik di antara orang-orang terbaik. Maka dari itu penjelasan Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. berikut bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam Mengkaji Kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai Teladan Masyarakat Madani. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Ahzab ayat 21.

لَقَد كانَ لَكُمْ فِي رَسُول الله أسوة حسنة لمن كان يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا ۲۱

Artinya: Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21) Ayat tersebut termasuk ke dalam Khabari Nau' Inkari dalam ilmu Balaghah. Maksud dari ayat tersebut adalah menginformasikan dan menegaskan kepada kita, sungguh pada diri Rasulullah Saw. itu terdapat uswatun hasanah yang menurut beberapa Imam, memiliki makna frasa bahwa Rasulullah Saw. merupakan figur yang luhur dan wajib kita ikuti seluruh perbuatannya serta contoh terbaik dalam semua perkataan, perbuatan, dan seluruh aspek kehidupannya, karena terdapat kebesaran dan kemuliaan sifat manusia di dalam diri beliau. Sehingga hal ini kemudian menjadikan beliau sebagai figur yang luhur serta contoh yang tinggi dan harus diikuti dengan sepenuh hati.

2. Umar bin Abdul Aziz. Umar mengusung konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar, karena Umar begitu berorientasi pada kejujuran, keadilan, mengutamakan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi, mengabdikan diri sepenuhnya hanya untuk negara dan juga ummatnya.

Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Umar justru menangis ketika tahta dianugerahkan kepadanya. Meski Umar bukan berasal dari trah Bani Umayyah, keadilan dan kearifannya selama menjabat gubernur telah membuat Khalifah Sulaiman terkesan. Maka di akhir hayatnya, Sulaiman dalam surat wasiatnya memilih Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya.

Tanpa ragu, Umar membersihkan harta kekayaan para pejabat dan keluarga Bani Umayyah yang diperoleh secara tak wajar. la lalu menyerahkannya ke kas negara. Semua pejabat korup dipecat. Langkah itu dilakukan khalifah demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Baginya, jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus ditunaikan secara benar.

3. Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan sebagai salah satu raja dalam Dinasti Umayyah merupakan pencetus pemikiran dibidang ekonomi pada penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat Islam beliau mengubah mata uang Bizantium dan Persia dibeberapa daerah yang dikuasai Islam, hal ini didasarkan pemikiran bahwa mata uang selain memiliki nilai ekonomi juga sebagai pernyataan kedaulatan dinasti Islam.

Selain itu Khalifah Abdul Malik dalam hal pajak dan zakat memberikan kebijakan dengan mewajibkan bagi umat Islam untuk membayar zakat dan bebas dari pajak lainnya. Kebijakan inilah yang membuat Non Muslim memeluk agama Islam, namun hal ini menimbulkan permasalahan bagi perekonomian negara, karena disatu pihak perpindahan agama mengakibatkan berkurangnya sumber pendapatan negara dari sektor pajak. Pada masa pemerintahannya, Abdul Malik melakukan Islamisasi di berbagai hal. Abdul Malik menghentikan penggunaan mata uang Romawi yang didalamnya terdapat gambar Yesus. Ia kemudian menggantikannya dengan memperkenalkan mata uang Islam yaitu dinar. Awalnya mata uang baru ini berisi gambar khalifah sebagai pemimpin umat dan panglima tertinggi. Namun koin ini kurang diterima sehingga diganti dengan koin tanpa gambar, bertuliskan ayat Al-Qur'an atau kalimat Islami lain seperti tahlil. Sebagaimana dinar, mata uang dirham bergaya Sasania yang sebelumnya digunakan umat Muslim juga dirombak oleh Abdul Malik dengan menghilangkan gambar Kaisar Sasania.

Kesimpulan dari tiga tokoh islam diatas adalah bahwa sebuah kepemimpinan tidak bisa berjalan dengan baik apabila seorang pemimpin hanya mempedulikan urusan pribadinya tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang sukses ialah yang mampu membuat rakyatnya makmur tanpa kekurangan sandang maupun pangan. Pemimpin tidak layak untuk di ayomi karena tugas sesungguhnya seorang pemimpin adalah mengayomi rakyatnya.

Adapun cerminan bagi para pemimpin adalah untuk senantiasa meneladani sifat baginda Nabi Muhammad Saw. dan mengikuti apa yang beliau ajarkan serta meneladani penetapan beliau yang bijaksana dan adil. Seorang pemimpin juga hendaknya menanamkan nilai- nilai profetik dalam diri, yaitu: cinta kepada Tuhan, bermoral, bijaksana, sejati, mandiri, dan kontributif. Hal ini diperlukan, karena seorang pemimpin merupakan contoh bagi rakyatnya, sehingga diharapkan dapat membentuk masyarakat madani yang beradab, demokratis, meghormati, dan menghargai publik.

Lalu, bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang patut kita pilih dan kita teladani? Menurut Nabi Syu'aeb, seorang pemimpin hendaknya merupakan orang yang kuat dan amanah. Sebab dengan kekuatannya, seorang pemimpin akan berani membuat kebijakan dan kewenangan untuk menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan. Sedangkan dengan amanahnya, seorang pemimpin akan mampu memikul tanggung jawab.

Di dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa terdapat tiga cara Rasulullah Saw dalam berdakwah yang berisi pesan moral bagi para pemimpin untuk membangun bangsa dengan berlandaskan akhlakul karimah, yaitu: Linta lahum atau senantiasa bersifat lemah lembut dan baik terhadap kawan maupun lawan; Fa'fu 'anhum wastagfirlahum atau senantiasa bersifat lapang dada, mudah memaafkan, dan memohonkan ampunan bagi setiap kesalahan; serta Wa syawirhum fil amri atau senantiasa mentradisikan sikap bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan.***

Husna Shoriha, Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image