Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Tetangga, Emang Gue Pikirin!

Agama | Wednesday, 16 Nov 2022, 15:08 WIB

"Ada empat diantara kebahagiaan : istri yang shalihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih (baik), dan kendaraan yang nyaman." (HR. Ibnu Hibban)

Ternyata bahagia bukan hanya karena harta, tapi salah satunya karena mendapat tetangga yang baik. Sayangnya, saat ini tak semua orang memilikinya. Apalagi kita hidup di tengah zaman yang serba individualis.

Individualistis

Kebebasan berperilaku, kebebasan berpendapat, juga kebebasan lainnya akhirnya membawa masyarakat tidak menghiraukan orang lain. Menganggap apapun yang dilakukan orang adalah hak mereka selama mereka tidak merugikan yang lainnya. Slogan, "Hidup gue semau gue", "You only life once", adalah contoh slogan yang digunakan untuk bebas berperilaku dan juga menjadi dalil pemakluman perilaku orang lain apapun itu. Hak asasi manusia dalam berperilaku katanya.

Wajar jika saat ini, banyak yang tak peduli. Karena saat peduli pun tak jarang dilabeli kepo, ikut campur urusan orang lain. Hasilnya, banyak orang yang tak kenal dengan tetangganya, tak tahu kondisi tetangganya. Seperti kasus yang terjadi ini.

Misteri Kematian

Dilansir dari laman Republika.co.id, satu keluarga ditemukan meninggal dunia di dalam rumah Kompleks Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Ironisnya, satu keluarga ini baru diketahui telah meninggal dunia setelah tiga minggu, saat petugas PLN melakukan pengecekan di rumah tersebut. Tercium bau busuk dari rumah.

Ternyata satu keluarga sudah tak bernyawa dan ditemukan dalam keadaan mulai membusuk. Para tetangga mengira keluarga ini sudah pindah karena dikabarkan rumahnya memang akan di jual. Setelah dilakukan otopsi, pihak kepolisian menduga mereka meninggal karena kelaparan. Hal ini tentu tak masuk akal, lantaran kompleks perumahan lokasi TKP termasuk kompleks kalangan menengah ke atas.

Krisis Kepekaan Sosial

Para tetangga menyatakan bahwa keluarga korban termasuk keluarga yang tertutup. Tetangga pun tak tahu tentang kehidupan para korban. Bahkan pada keluarga sendiri pun para korban terbilang tertutup. Sebagaimana adik korban menyatakan mereka terakhir berkomunikasi 10 tahun yang lalu. Dan jarang datang ke acara keluarga.

Inilah potret buram kapitalisme sekularisme. Potret keluarga dan lingkungan yang anti sosial. Potret krisis kepekaan sosial. Ini pula gambaran alpanya pemimpin umat terhadap kondisi umatnya. Para pemimpin negeri tak tahu, tak kenal bahkan tak paham tentang kondisi masyarakatnya sendiri.

Islam Menjaga Kehidupan Sosial

Hal ini berbeda dengan Islam. Sebagai sistem kehidupan yang Allah swt turunkan, islam memiliki aturan yang khas dalam aturan sosial. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al Qur'an, bahwa Allah menciptakan manusia untuk beribadah pada-Nya. Allah juga ciptakan pria dan wanita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Berbuat baik kepada tetangga adalah bagian dari ibadah dan tolong menolong dalam kebaikan.

Selain itu, Rasulullah saw pun mengingatkan kita agar senantiasa berperilaku baik kepada tetangga. Sebagaimana sabdanya, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari Muslim ).

Rasul menyuruh kita berbagi dengan tetangga, “Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik” (HR. Muslim).

Rasul bahkan memperingatkan kita jika abai kepada kondisi tetangga, " Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan” (HR. Al Baihaqi).

Aktivitas lainnya yang bisa dilakukan pada tetangga diantaranya mengucapkan salam saat bertemu, tersenyum saat berpapasan, menjenguk saat sakit, berkata lemah lembut, menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Ini dilakukan bukan hanya antar muslim, tapi dengan tetangga non muslim juga diperintahkan untuk berbuat baik. Sebagaimana dikisahkan dari Abdullah bin Amr bin 'Ash, Beliau menyembelih seekor kambing. Beliau lalu berkata kepada seorang pemuda: ‘akan aku hadiahkan sebagian untuk tetangga kita yang orang Yahudi’. Pemuda tadi berkata: ‘Hah? Engkau hadiahkan kepada tetangga kita orang Yahudi?’. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda ‘Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris‘” (HR. Al Bukhari)

Peduli dan menjaga kehidupan sosial bukan berarti tak ada adab sehingga kepo bahkan nyinyir akan kehidupan tetangga. Apalagi suka nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa ijin dengan dalih sudah dekat.

Penting bagi kita mengkaji islam secara kaffah agar tidak salah kaprah juga salah arah. Sehingga kita bisa berubah menjadi muslim yang percaya dan yakin bahwa islam adalah solusi problematika kehidupan, termasuk problem krisis kepekaan sosial.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image