Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mutia Azzahra

Rasa Aman Berkomunikasi Dalam Menjelajahi Dunia Maya

Eduaksi | Thursday, 10 Nov 2022, 21:53 WIB

Di era informasi zaman sekarang, tidak aneh jika banyak anak usia sekolah, bahkan pada usia prasekolah, sekarang sudah lebih memahami internet. Teknologi internet ini pun memberikan pengalaman positif maupun negatif. Jika perlu Anda harus memastikan dan mengawaskan mereka dalam bermain di dunia maya apakah membawa keceriaan, rasa aman, dan mencerdaskan. Dunia maya seperti pisau bermata dua. Di satu sisi dunia maya merupakan akses ilmu pengetahuan tanpa batas dan sisi lain menjadi pintu bagi segala jenis komunikasi dan informasi termasuk informasi negatif.

Fakta nya dunia maya sebagia besar pengguna dunia maya salah satu nya internet tidak mengalami gangguan serius. Begitu sebaliknya, peran dunia maya sangat besar dalam membantu kemajuan belajar dan meningkatkan kualitas individu.

Manfaat dunia maya bagi anak-anak “pengguna dunia maya salah satu nya internet memang terbatas mencari hiburan dan pergaulan” kata pengamat telematika.

Untuk menghindari kejahatan dunia maya, maka harus selalu ditekankan sebuah prinsip yang berisi dasar yang harus kita ketahui dalam menggunakan internet. Prinsip dunia maya pun prinsip dasar di dunia nyata yang berlaku pula di dunia maya.

Penggunaan internet secara sehat dan aman perlu dini melalui proses pembelajaran etika berinternet secara sehat. Hal ini pun perlu disampaikan untuk menghindari sebuah kebiasaan jelek di dunia nyata akan terbawa di dunia maya dan menimbulkan efek negatif dunia nyata. Kehadiran internet sehat dan aman juga disosialisasikan kepada orang tua dan guru untuk pemanfaatan internet juga merupakan tanggung jawab orang tua untuk mengawasi anaknya agar terhindar dari konten negatif dan dapat mendorong untuk lebih cerdas dalam menciptakan kreativitas.

terdapat pula informasi mengenai dunia internet Indonesia yang belum memberikan rasa aman, bersumber dari tulisan seorang penulis. Berarti apabila dunia maya atau internet Indonesia ini belum bisa menjamin rasa aman bagi penggunanya, maka siapa lagi yang bisa menciptakan rasa aman tersebut jika bukan kita yang berusaha membuatnya.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Markplus Insight, jumlah pengguna internet Indonesia didominasi oleh generasi muda berusia 15-30 tahun yang disebut “netizen”. Internet mempengaruhi psikologi dasar manusia. Perkembangan teknologi dan segala dinamika pengaruhnya terhadap psikologi manusia bahkan kini menghasilkan cabang ilmu psikologi sendiri yang disebut sebagai cyberpsychology atau psikologi dunia maya.

Nah begitu pun dengan Perkembangan teknologi dan segala dinamika pengaruhnya terhadap psikologi manusia bahkan kini menghasilkan cabang ilmu psikologi sendiri yang disebut sebagai cyberpsychology atau psikologi dunia maya. Psikologi dunia maya berbicara banyak tentang perilaku, cara berpikir, dan perasaan manusia yang berkaitan dengan kompleksitas dunia maya. Psikologi dunia maya berbicara banyak tentang perilaku, cara berpikir, dan perasaan manusia yang berkaitan dengan kompleksitas dunia maya. Jadi bagaimana kita bisa memiliki rasa aman Ketika berkomunikasi di dunia maya? Untuk menciptakan rasa aman di dunia maya, selalu ditekankan prinsip dasar yang harus diketahui dalam menggunakan internet.

walaupun internet memudahkan kita untuk mengakses dalam segala hal di zaman sekarang ini ada juga dampak baik dan buruknya bagi kita yang menggunakan internet tersebut. Internet bisa membuat para pengguna kecanduan. Mungkin jika dipahami adanya kecanduan disaat berjelajah menggunakan internet, para pengguna merasakan rasa aman, mudah, dan fleksibel. Oleh sebab itu para pengguna kecanduan sehingga tidak bisa lepas dari jangkauan internet.

Meskipun yakin aman berinternet, para pengguna internet juga mengaku pernah menggalami peretasan daring. Angka itu terbagi dalam akun media sosial (21%), akun surel (20%), perangkat seluler (13%), jaringan Wi-Fi (12%), dan akun perbankan (12%). Sebanyak 1% pengguna internet mengaku hidup secara virtual terasa sangat tidak aman bagi mereka. Angka itu lebih rendah dari tingkat global yaitu sebesar 3%. Sisanya menjawab merasa tidak aman (11%), lebih rendah dari persentase global sebesar 16%. Terakhir, 5% pengguna internet mengaku tidak yakin. Sangat nyaman untuk menjalani sebagian besar hidup kita secara online dengan aman, terutama di saat ketika kita perlu membatasi aktivitas fisik untuk menjaga diri dan keluarga aman dari efek pandemi ini. Namun, kenyamanan di dunia maya bukan berarti menurunkan kewaspadaan,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky dalam rilis yang diterima Media Indonesia.

Maka dari itu agar tetap aman di dunia maya, berikut beberapa hal yang patut dilakukan.

1. Selalu menjaga privasi. Tidak membagikan atau mengizinkan akses informasi pada pihak ketiga kecuali benar-benar diperlukan.

2. Mulailah menggunakan 'privacy checker' untuk membantu mempertimbangkan pengaturan profil media sosial ke mode pribadi.

3. Gunakan kata sandi unik untuk setiap akun. Hindari penggunaan kata sandi yang sama berulang kali.

Dalam hal keamanan perilaku di dunia maya, setiap pengguna seharusnya tidak menyebarkan berita hoaks, spam, serta data pribadi yang berpotensi memicu oknum melakukan kejahatan serta menghargai warga digital lainnya saat berinteraksi. Sedangkan cara aman berinternet bisa dilakukan pengguna dengan membiasakan perilaku untuk selalu log out dari perangkat yang kita gunakan untuk akses ke dunia maya, hanya menjelajah di situs resmi dan kredibel, menghapus riwayat pencarian, serta meminimalisasi penggunaan jaringan internet gratis. Dan yang tak kalah penting adalah mengaktivasi pengaturan privasi ganda agar terhindar dari segala bentuk kejahatan online.

Dengan cara kemampuan akses, menyeleksi perangkat, media, dan konten yang akan diekspos. Kemudian memahami, menganalisis, memverifikasi dan mengevaluasi informasi yang kita terima maupun yang akan diunggah. Lalu memproduksi, mendistribusikan, berpartisipasi, dan berkolaborasi menyampaikan hal-hal positif di jagat maya. Kemampuan tersebut, menurut Sururi, merupakan pagar dalam beradaptasi di era transformasi digital agar dalam berinternet dan bermedia sosial, pengguna tetap ada di sisi positif. Sebab, banjirnya informasi mengaburkan batas antara info yang positif dan negatif, sehingga kemampuan adaptasi ini menjadi bekal untuk masuk di ruang digital.

Maka dari itu adanya rasa aman berkomunikasi di dalam dunia maya ini kita semua harus tetap berhati-hati dan bisa mengontrol diri untuk tidak mendapatkan dampak buruknya. Jangan sampai melupakan bahwa kita adalah manusia sosial yang harus bersosialisasi sengan makhluk lainnya secara langsung.

Dari sudut pandangan psikologis komunikasi, mental yang baik dan stabil akan sangat mempengaruhi bagaimana cara seseorang menggunakan media sosial. Misalnya orang dengan mental yang baik dan stabil akan menggunakan media sosial secara bijak, sedangkan orang yang memiliki mental tak stabil akan bersikap ceroboh dalam menggunakan sosial media, salah satu contohnya dengan melakukan over-sharing di media sosial Twitter.

Maka Kenyataan bahwa kejahatan bisa dilakukan lewat internet, bagaimanapun, tidak sebaiknya menjadi alasan Anda melarang anak menggunakan internet. Faktanya, sebagian besar pengguna internet tidak mengalami gangguan serius. Bahkan sebaliknya, peran internet sangat besar dalam membantu kemajuan belajar dan meningkatkan kualitas individu, termasuk anak. Apalagi dengan target 46.000 sekolah tersambung internet pada 2009, akan ada 17,5 juta siswa yang melek Internet saat itu.

Maka dari itu kesimpulan rasa aman berkomunikasi dalam menjelajahi dunia maya itu kita harus pintar menggunakan dunia maya seperti internet serta harus memahami pengaruh positif dan negatif nya dari dunia maya dengan menciptakan rasa aman berkomukasi di dunia maya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image