Teknologi dan Psikologi: Menyikapi Perubahan Kesehatan Mental di Era Digital
Edukasi | 2025-01-09 16:04:32Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan yang meliputi tingkat emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Gangguan kesehatan mental dapat terjadi ketika gangguan mental yang dialami tidak diatasi dengan baik sehingga kondisi kesehatan mental semakin memburuk. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2021 Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi terhadap gangguan mental.
Menurut penelitian Setyanto (2023), jumlah kasus tertinggi kesehatan mental di Indonesia dialami seseorang klien mahasiswa pada rentang usia 21-23 tahun yang menemukan bahwa 25% mengalami depresi, 51% mengalami kecemasan, dan 39% mengalami stres. Masalah ini tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Tekanan untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang cepat juga dapat menambah beban psikologis, terutama bagi mereka yang kurang terbiasa dengan teknologi.
Kondisi budaya di era digital
Pada zaman modern ini Penggunaan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Kemajuan teknologi memiliki dampak positif bagi pelajar salah satunya adalah dapat mengakses berbagai sumber belajar digital seperti e-books, jurnal online, video pembelajaran, kursus daring, serta pendekatan belajar yang lebih personal dan fleksibel, seperti pembelajaran visual, auditori, atau kinestetik. Ini mempermudah penelitian dan pembelajaran mandiri. Pengembangan teknologi berbasis AI (Artificial Intelligence) juga berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas bagi kalangan pelajar.
Dampak Digital (AI) dan Literasi Media
Era digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Teknologi ini memberikan kemudahan dan efisiensi, namun juga menghadirkan tantangan serius terhadap kesehatan mental. AI dan teknologi digital menuntut kita untuk selalu terhubung, responsif, dan produktif, yang seringkali membuat individu merasa kewalahan. Penggunaan AI sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan mental merupakan salah satu opsi yang dapat digunakan saat ini. Kurangnya tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater, biaya yang mahal serta stigma buruk terkait gangguan mental menjadikan AI memiliki potensi untuk dapat digunakan dalam mengurangi gangguan mental atau meningkatkan kesehatan mental. Hal ini telah buktikan oleh adanya beberapa penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan AI seperti chatbot dapat meningkatkan kesehatan mental, bahkan chatbot ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk konseling (Lee, dkk., 2017).
Berdasarkan pada uraian fenomena masalah yang terjadi, penggunaan AI dapat dilakukan oleh setiap orang. Penggunaan AI dapat memberikan dampak positif dan negatif. Membuat suatu pekerjaan atau tugas menjadi mudah dan dapat menjadi media untuk meningkatkan kesehatan mental seperti memberikan informasi terkait kesehatan mental hingga mendiagnosis gangguan-gangguan tertentu, baik gangguan fisik maupun gangguan psikis serta dapat meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas bagi kalangan pelajar. Namun, adapun dampak negatif dari penggunaan AI membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap teknologi, serta menurunnya interaksi sosial dan pengambilan keputusan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.