Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Qomaruddin

Gelisah, Biaya Sekolah Semakin Melambung?

Eduaksi | 2025-04-06 17:24:46
Ilustrasi suasana belajar di sekolah (freepik.com/freepik)

Setiap kali tahun ajaran baru mendekat, rasa cemas kembali muncul. Bukan hanya soal kesiapan anak, tetapi juga persoalan yang tak kalah pelik: biaya sekolah yang semakin melambung.

Tak sedikit orang tua mengeluh karena harus merogoh kocek dalam-dalam, bahkan sejak proses pendaftaran. Fenomena ini tidak hanya terjadi di sekolah swasta, tapi juga mulai merambat ke sekolah negeri unggulan yang dulunya menjadi andalan masyarakat luas.

Apakah ini pertanda bahwa pendidikan sedang bergerak menjauh dari semangat keadilan sosial?

Sekolah Semakin Mewah, Tapi Apakah Semakin Mendidik?

Sekolah hari ini tak ubahnya etalase: tampil memukau dengan gedung megah, fasilitas berkelas, bahkan sistem promosi yang tak kalah dengan perusahaan besar. Brosur dan media sosial dipenuhi janji mutu, kenyamanan, dan prestasi.

Namun, di balik itu semua, kita perlu bertanya: apa makna pendidikan yang sebenarnya? Apakah sekadar tampilan dan gengsi, atau proses mendalam yang membentuk akhlak, karakter, dan kemandirian?

Ketika Akses Makin Terbatas

Bagi sebagian keluarga, biaya pendidikan saat ini telah melampaui kemampuan. Bukan karena mereka tak menghargai pentingnya sekolah, tapi karena sistem yang ada membuat mereka terpinggirkan sejak awal.

Padahal, semestinya pendidikan menjadi alat pemutus rantai kemiskinan, bukan justru menjadi bagian dari sistem yang memperlebar jurang kesenjangan.

Sekolah Negeri dan Swasta: Harus Tetap Berpihak

Sekolah negeri, dalam banyak hal, kini juga memasuki era persaingan yang ketat. Seleksi masuk yang ketat, persepsi favorit, hingga praktik-praktik tidak resmi yang muncul karena tingginya permintaan, membuat banyak orang tua merasa minder atau tak mampu mengaksesnya.

Sementara sekolah swasta, di satu sisi, menghadapi dilema: bagaimana bertahan secara finansial tanpa harus kehilangan idealisme pendidikan? Banyak dari mereka berupaya menjaga keseimbangan, namun tidak sedikit pula yang akhirnya lebih menyerupai institusi bisnis.

Dalam kondisi seperti ini, kita semua perlu menjaga agar semangat berpihak kepada rakyat tetap menjadi ruh utama pendidikan.

Kembali ke Akar Pendidikan

Kita tidak sedang menyalahkan siapa pun. Tapi kita perlu mengingatkan, bahwa pendidikan bukanlah barang dagangan. Ia adalah hak dasar setiap anak. Maka, ketika biaya menjadi kendala utama, ketika sekolah lebih sibuk membangun citra dibanding makna, di sanalah kita harus hadir untuk menyuarakan keadilan.

Mari mulai dari hal sederhana:

 

  • Sebagai orang tua, kita kritisi tawaran pendidikan yang hanya berorientasi pada gengsi.
  • Sebagai pendidik, kita jaga marwah profesi agar tetap melayani, bukan melayani pasar.
  • Sebagai masyarakat, kita kawal bersama agar pendidikan tetap menjadi hak, bukan kemewahan.

Menyuarakan Harapan

Pendidikan harus tetap menjadi harapan yang mungkin bagi semua. Bukan hanya bagi yang mampu membayar lebih, tetapi juga bagi anak-anak dari pelosok, dari keluarga biasa, yang memiliki cita-cita besar.

Sekolah boleh berubah mengikuti zaman, tetapi nilai-nilai keadilan, keberpihakan, dan kemanusiaan harus tetap dijaga.

Jangan biarkan biaya memisahkan masa depan anak-anak dari mimpinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image