Alif Tersulit dalam Al-Quran
Agama | 2022-11-05 12:25:17Dari sekian banyak huruf hijaiyyah, alif adalah huruf yang paling mudah kita tulis karena bentuknya yang paling simpel. Siapa sangka, di balik bentuknya yang simpel, ternyata jika kita kupas demi kupas, alif menjadi huruf yang ekstra kompleks, khususnya saat ingin mendalami alif dalam Al-Qur'an. Karakteristiknya yang khas dan keanekaragaman yang melimpah, alif seringkali disebut "kiswah" atau pakaian yang menghiasi huruf lainnya.
Seringkali banyak yang keliru membedakan antara alif dan hamzah, padahal keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas, baik dari segi makna, bentuk penulisan, fungsi, bahkan makhraj. Alif merupakan huruf hijaiyyah yang memiliki karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dengan huruf-huruf lainnya. Alif adalah huruf yang makhrajnya secara khusus diklasifikasikan ke dalam jenis muqaddar atau makhraj yang tidak memiliki sandaran; karena suara yang dikeluarkan tidak terpusat pada bagian tertentu. Alif adalah huruf jaufiyah yang makhrajnya keluar dari rongga mulut (tajwiful famawi) dan rongga tenggorokan (tajwiful halqi). Alif adalah salah satu dari tiga huruf maddah (alif, waaw, dan yaa') atau huruf yang memberi vokal panjang dan merupakan satu-satunya huruf mad asli yang bersifat mutlak.
Alif memiliki satu sifat unik yang menonjol yaitu sifat khafa' (lirih), sifat ini hanya dimiliki oleh huruf haa' simpul dan huruf-huruf maddah yang terkumpul dalam kata "Hawaa". Secara lughawi, khafa' memiliki makna istitaar (ketertutupan/ketersembunyian), sedang secara istilah artinya "tersembunyinya suara huruf saat mengucapkannya". Oleh sebab makhraj alif bersifat muqaddar, sebagian berpendapat bahwa alif tidak memiliki sifat dzatiyah (sifat lazimah), karena alif hanya mampu berdiri jika ada huruf lain yang mendahuluinya, sehigga sifatnya mengikuti sifat huruf yang ditumpanginya. Namun sebagian yang lain berpendapat bahwa alif juga berhak untuk memiliki sifat dzatiyah karena alif memiliki makhraj. Sifat-sifat dzatiyah yang melekat pada alif tersebut adalah sifat mutadhaaddah (sifat yang memiliki lawan), sebagai huruf yang beraksentuasi jelas (jahr), lunak (rakhawah), rendah (istifaal), terbuka (infitaah), dan tercegah (ishmaat).
Sisi unik alif juga akan kita temukan jika meninjaunya dari segi konsistensi tebal dan tipisnya huruf (tafkhim dan tarqiq), yang mana alif tergolong ke dalam huruf yang pada sebagian keadaan dibaca tafkhim dan pada sebagian keadaan lainnya dibaca tarqiq. Tafkhim-tarqiq-nya alif mengikuti huruf sebelumnya. Jika sebelumnya huruf isti'la maka alif dibaca tafkhim dan jika sebelumnya huruf istifaal maka alif dibaca tarqiq (kabalikan dari ghunnah, yang mana tafkhim-tarqiq-nya ghunnah mengikuti huruf sesudahnya).
Al-Qur'an memiliki kaidah khusus dalam penulisan alif. Dalam posisi lepas (ifradh), alif memiliki bentuk berdiri tegak seperti tonggak, seperti pagar pembatas, juga seperti angka 1 (satu). Dari segi bentuk penulisan (kitabah), alif adalah huruf muhmalah (huruf tanpa titik) yang tergolong ke dalam kelompok huruf yang tidak bisa digandengkan dengan huruf sesudahnya. Alif tidak pernah menerima harakat (fathah, kasrah, dhammah atau sukun) dan selalu jatuh setelah huruf berharakat fathah. Oleh sebab itu, alif kemudian memiliki satu kaidah "Siapapun yang hendak mengucapkan Alif wajib menggunakan huruf lain yang mendahuluinya". Dari sinilah asal muasal munculnya huruf laam alif, yang sebenarnya laam alif merupakan alif dan laam adalah pasangan huruf yang dipilih untuk menyanggahnya. Oleh sebab itu pula alif hanya ditemukan pada dua tempat dalam suatu kalimah (kata), yaitu di tengah kalimah (wasathul kalimah) dan di ujung kalimah (tharaful kalimah). Adapun huruf yang bentuknya ditulis seperti alif di awal kalimah (ibtida') dengan harakat atau tanpa harakat, maka huruf yang dimaksud bukanlah alif melainkan hamzah. Sedangkan dalam Al-Qur'an sendiri, alif di awal hanya ditemukan pada huruf muqaththa'ah (fawatihus suwar) seperti dalam lafazh alif laam miim, alif laam miim shaad, alif laam raa, dan alif laam miim raa.
Keanekaragaman alif
Eksistensi alif dalam Al-Qur'an terbilang khas baik dari segi penulisan (kitabah) atau dari segi pengucapan (nuthqan). Umumnya alif ditemukan dalam bentuk tegak lurus (alif 'imad), namun terkadang alif juga ditemukan dalam bentuk bengkok seperti huruf yaa' tanpa titik (alif maqshurah), serta tidak jarang pula alif ditemukan sebagai diakritik garis vertikal kecil di atas huruf (alif khanjariyah) seperti pada lafazh Allaah. Terkadang alif juga ditemukan dengan aksesoris bulatan kecil (shifr) di atasnya, yang keberadaannya kadang-kadang dianggap ada dan kadang-kadang dianggap tidak ada (diabaikan). Pada kasus khusus, alif ditemukan menyimpang sebagai huruf far'iyyah (huruf tambahan) seperti pada alif mumalah (alif yang dibaca imalah) dan alif mufakhamah (alif yang dibaca tafkhim).
Kekhasan penulisan dan penyalinan dalam Al-Qur'an erat kaitannya dengan enam kaidah asasi (al-qawaa'id al-sittah) dalam ilmu rasm (rasm utsmani). Kaidah yang mencakup: 1) membuang huruf (hadzf), 2) menambah huruf (ziyaadah), 3) pergantian huruf (ibdaal), 4) penulisan hamzah (hamazaat), 5) fashl dan washl, dan 6) lafazh yang memiliki dua bacaan namun cukup ditulis dengan salah satunya (fiihi qira-ataani wa kutiba 'alaa ihdaahumaa). Masing-masing kaidah memiliki banyak bagian, setiap bagian melingkupi keunikan (fariid), keragaman (tanawwu), pengecualian (mustatsnayaat), dan perbedaan (ikhtilaaf), serta tidak jarang cara penulisannya ada yang telah disepakati (ittifaaq). Sedangkan alif menjadi salah satu bahasan paling dominan dalam beberapa kaidah di atas.
Alif tersulit dalam Al-Qur'an
Sudah menjadi hal umum bagi kita, bahwa jika dalam suatu kalimah (kata) terdapat huruf alif, maka harus dibaca panjang. Al-Qur'an ternyata tidak selalu demikian. Dengan kata lain, tidak semua alif harus dibaca panjang. Ada kalanya alif tertulis dalam kalimah namun tidak dibaca (diabaikan). Bacaan yang dianggap sulit dalam maksudnya maupun cara membacanya disebut bacaan musykilat. Kaidah hadzf, ziyaadah, dan ibdaal dari keenam kaidah asasi agaknya lebih cenderung menjadi embrio penyebab terjadinya istilah musykilat, faktor periwayatan qira'ah juga memiliki kontribusi penyebab terjadinya istilah tersebut. Alif sendiri jika ditinjau dari maknanya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu alif bermakna (harf lahu ma'nan) yang disebut alif muhmal dan alif tanpa makna (harf bighairi ma'nan) yang disebut alif layyinah. Berikut uraian ringkas beberapa kalimat dalam Al-Qur'an yang terdapat alif yang dianggap sulit dalam maksudnya maupun cara membacanya:
Alif Layyinah Fariqah: Pada lafazh ana (berbagai surah, dsj), jenis mad thabi'i fariqah, dibaca panjang ketika waqaf dan tidak dibaca (diabaikan) ketika washal.
Alif Layyinah Sillah: Pada lafazh laakinna (Al-Kahfi: 38), jenis mad thabi'i sillah, dibaca panjang ketika waqaf dan tidak dibaca (diabaikan) ketika washal.
Alif Muhmalah Takhshiish: Pada lafazh azh-zhunuuna (Al-Ahzaab: 10), ar-rasuula (Al-Ahzaab: 66), as-sabiila (Al-Ahzaab: 67), dan qawaariira (Al-Insaan: 15). Alif pada keempat lafazh tersebut tergolong jenis mad thabi'i takhshish, dibaca panjang ketika waqaf dan tidak dibaca (diabaikan) ketika washal.
Alif Muhmalah Tidzkaar: Pada lafazh salaasila (Al-Insaan: 4), jenis mad thabi'i tidzkar, dibaca panjang ketika waqaf dan tidak dibaca (diabaikan) ketika washal.
Alif Muhmal Ibdal Taukid: Pada lafazh lanasfa'an (Al-'Alaq: 15), jenis mad 'iwadh, dibaca panjang ketika waqaf dan dibaca iqlab ketika washal.
Alif Muhmal Ibdal Munawwan: Pada lafazh idzan (Al-Israa': 76), jenis mad 'iwadh, dibaca panjang ketika waqaf dan dibaca idgham ketika washal.
Alif Layyinah Ibdal Minnunin Saakinah: Pada lafazh ihbithuu (berbagai surah, dsj), jenis bukan mad thabi'i, tidak dibaca (diabaikan) baik ketika waqaf ataupun washal.
Alif Layyinah Ihtimaliyyah: Pada lafazh tsamuuda (Huud: 68, Al-Furqaan: 38, Al-'Ankabuut: 38, dan An-Najm: 51), jenis bukan mad thabi'i, tidak dibaca (diabaikan) baik ketika waqaf ataupun washal.
Alif Layyinah Nafsulkalimah Takhallush: Pada lafazh ihdinaa (berbagai surah, dsj), jenis mad thabi'i takhallush, dibaca panjang ketika waqaf dan dibaca sesuai ketika washal.
Alif Ibdal Littashil: Pada lafazh aa'jamiyyun (Fushshilat: 44), jenis tashil, hamzah kedua dibaca baina-baina (samar-samar antara alif dan hamzah).
Alif Muhmalah Tanbih Kulliyyah: Pada lafazh mi-atin (Al-Kahfi: 25), jenis bukan mad thabi'i, tidak dibaca (diabaikan).
Alif Muhmalah Ma'dumiyyah: Pada lafazh lisyai-in (Al-Kahfi: 23), jenis bukan mad thabi'i jika washal dan mad lin jika waqaf, alif tidak dibaca (diabaikan).
Alif Muhmalah Tafshiliyyah: Pada lafazh tabuu-a (Al-Maaidah: 29) dan latanuu-u (Al-Qashash: 76), jenis bukan mad thabi'i, alif pada kedua lafazh tersebut dibaca pendek pada hamzah, seakan-akan tidak ada alif, namun alif tersebut harus selalu ada pada rasm-nya.
Alif Muhmalah Tanbihiyyah Tafshiliyyah: Pada lafazh wamala-ihi (Al-A'raaf: 103, QS. Yuunuus: 75, Az-Zukhruf: 46), jenis bukan mad, tidak dibaca (diabaikan).
Alif Muhmalah Intizhaariyyah: Pada lafazh laa tai-asuu (Yuusuf: 87), laa tai-asu (Yuusuf: 87), dan afalam yai-asi (Ar-Ra'd: 31), jenis bukan mad, tidak dibaca (diabaikan).
Alif Layyinah Idh'aftaqliliyyah: Pada lafazh liyarbuwa (Ar-Ruum: 39), jenis bukan mad, tidak dibaca (diabaikan) baik ketika waqaf ataupun washal.
Alif Layyinah Idhmariyyah: Pada lafazh ash-shalaah (berbagai surah, dsj), jenis mad thabi'i, dibaca panjang.
Alif hanyalah satu dari betapa luas biasanya ilmu Al-Qur'an. Semakin giat kita menggali, semakin hanyak kabut rahasia yang tersibak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.