Pergi Untuk Pulang
Sekolah | 2022-11-04 14:59:26Aku; teman seperjuangan Asheera. Di atas tanah juang yang ia sebut sebagai tempat pengasingan di rumah sendiri. Berasal dari belahan bumi yang berbeda membuatku tak pernah menyangka bahwa takdir membawa kami berjumpa dan berjuang bersama. Menyelami hitam-putih waktu yang deras mengalir, untuk kemudian tenggelam di dalamnya.
Kami menghabiskan lima masa panjang dengan sedikit kesempatan mengambil nafas. Bak berenang dalam kolam panjang tak bertepi. Lelah? Tentu iya. Merah mata kami mengisahkan banyak hal yang terjadi. Namun tak mengapa, aku dan Asheera sudah mantap berjanji. Meneguhkan diri, mendayung kuat bahtera demi menggapai cita dan mimpi. Mimpi yang sudah lama terukir di relung sukma, yang diangkat bersama ribuan doa, yang digantung tinggi dengan penuh percaya, yang ditatap kuat setiap harinya. Bulat tekad kami. Mimpi-mimpi ini; ada, untuk diwujudkan.
Dan yah, perjuangan kami tak semudah kedipan mata. Tahun-tahun berlalu, kami bagai kafilah besar yang berkelana ribuan kilometer di tengah padang luas nan tandus. Terus mencari tempat merantau yang lebih memukau dan hijau, demi menemukan masa yang berkilau.
Serangan gerombolan anjing bukan lagi hal asing. Akrab kami dengan gonggongan bising yang hadir. Tak gentar, naluri dan akal melarang kami untuk mundur. Telah banyak gonggongan buas yang kami usir, kami perangi, kemudian kami anggap angin lalu. Ketika kami baru saja tersenyum, mendongakkan kepala, menatap satu sama lain, ketika kami hendak berkata "tenang, semua ini telah usai", badai lain datang menggempur silih berganti tanpa ampun. Sebut beragam nama badai yang ada, biar kami lihat dalam daftar hadir di saku baju kami. Telah banyak rintangan yang sanggup kami dobrak dengan segudang kekalutan. Hal itu, menjadikan kami semakin terlatih. Meluaskan hati, bahwa memang tak semua hal berjalan beriring dengan pinta diri.
Kami sebut semua ini kasih sayang dari Yang Maha Pengasih. "Dibalik kesulitan, ada kemudahan", begitu janji manis-Nya yang takkan pernah Dia ingkari. Janji yang cukup meredakan hiruk pikuk cemas di ulu hati. Menenangkan ruang yang tadinya penuh koaran aksi.
Meski berteman lelah dan air mata, meski harus singkirkan sebagian nyaman, meski digelung nestapa tak berkesudahan, kami tetap membela mimpi yang wajib dibela habis-habisan.
Beratus-ratus ujian telah dilewatkan. Beribu-ribu puluk doa telah diserahkan. Dan kelak, pasti ada berjuta-juta balasan indah yang akan tersampaikan.
Dan kini ketika kaki mulai letih, getarnya beberapa kali terasa. Tanda perjuangan telah sampai pada hilirnya. Ketika armada onta mulai goyah, beberapa memilih berhenti untuk sekedar beristirahat. Pun beberapa kali keluh, peluh dan pekik semangat terangkat bersahutan. Samar-samar, kami melihat oase nun di ujung horizon menjanjikan sebongkah harapan. Pucuk-pucuk daun palem nan hijau tampak melambai riang, seakan sudah menunggu kami sejak lama.
Tujuan akhir tidak jauh lagi. Letihnya berjuang akan dibayar mahal nanti. Semoga Ridho-Mu selalu menyertai kami, wahai Tuhan Yang Maha Melindungi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.