Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Erin Azzurida Anwar

Belajar Dari Kasus Raya: Apakah Infeksi Cacing Dapat Membuat Anak Kekurangan Gizi?

Edukasi | 2025-11-21 14:52:57

Raya, bocah berusia tiga tahun asal Kampung Padangenyang, Desa

Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

meninggal dengan tubuh dipenuhi cacing. (Tangkapan layar video di

Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin)

Beberapa bulan lalu, Indonesia dihebohkan dengan berita balita yang terinfeksi cacing dalam jumlah besar. Raya, balita usia 3 tahun asal Sukabumi yang menjadi sorotan nasional karena tubuhnya dipenuhi oleh cacing yang diperkirakan hampir 1 kilogram. Dalam berbagai laporan media, disebutkan Raya mengeluarkan cacing berukuran 10-15 cm dari hidung, mulut, anus, hingga alat kelaminnya.

Kasus ini kemudian mendapat perhatian banyak pihak, termasuk Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang mengatakan kondisi Raya sangat memprihatinkan. “Seorang anak bernama Raya, berumur tiga tahun, berasal dari Kabupaten Sukabumi pada sebuah kampung terpencil. Ibunya ODGJ, bapaknya mengalami TBC, anak itu tiap hari di kolong. Dia meninggal di rumah sakit dalam keadaan seluruh cacing-cacing keluar dari mulut dan hidungnya,” ujarnya.

Kondisi ini sangat memilukan karena Raya tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan tidak mendapatkan gizi yang cukup. Kebiasaan buang air besar di tempat terbuka, kurangnya kesadaran menjaga kebersihan, serta sering bermain di sekitar kotoran ayam tanpa mencuci tangan turut memperbesar risiko penularan infeksi cacing.

Menurut Dosen Parasitologi salah satu universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta, Prof. dr. E. Elsa Herdiana, M.Kes., Ph.D., penyakit infeksi cacing pada kasus ini disebabkan oleh cacing gelang yang menular melalui tanah. Sebagian besar kasus mungkin hanya menunjukkan gejala ringan, namun jika telur cacing yang tertelan dalam jumlah banyak, kondisi bisa menjadi sangat serius. “Cacing akan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Jika dibiarkan, anak bisa mengalami malnutrisi, stunting, anemia, bahkan gangguan perkembangan kognitif,” jelasnya.

Beliau menekankan bahwa hubungan antara infeksi cacing dengan stunting dan penurunan fungsi kognitif sangat signifikan dan tidak boleh disepelekan. Cacing menguras berbagai nutrisi penting bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak anak, seperti protein, zat besi, zinc, dan vitamin. “Kekurangan gizi pada masa seribu hari pertama kehidupan dapat berdampak pada terhambatnya perkembangan otak,” ujarnya.

Infeksi cacing seperti yang dialami Raya menunjukkan bagaimana parasit ini dapat memperburuk status gizi anak. Dengan menyerap nutrisi penting seperti protein, zat besi, zinc, dan vitamin, cacing membuat tubuh anak kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Jika berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, dan stunting, terutama pada periode penting seribu hari pertama kehidupan.

Untuk menanggulangi dampak tersebut, pemerintah telah menjalankan program pemberian obat cacing massal dua kali setahun serta memperkuat edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Upaya seperti menjaga kebersihan lingkungan, membiasakan cuci tangan, dan memperbaiki sanitasi melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menjadi kunci pencegahan. Di sisi lain, pemantauan tumbuh kembang di posyandu dan peningkatan asupan gizi anak turut diperlukan agar risiko kecacingan dan dampaknya terhadap status gizi dapat ditekan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image